Lapangann basket sangat riuh karena tim basket kebanggan sekolah mereka sedang bertanding. Namun dari sekiam banyak siswa dan siswi yang memadati gedung olahraga itu, nampak seorang gadis yang terlihat sama sekali tidak menyenangkan dengan keriuhan itu. Bukan, tidak ada permainan yang tidak lebih baik daripada orang-orang muda, berbadan tinggi dengan rambut hitam yang sangat lucu dari SMA yang akan selalu sangat menyenangkan bagi para gadis yang sangat sulit untuk menemukan sesuatu yang lebih baik dari kekuasaanya. Lapangan basket yang begitu luas itu sudah seperti kerajaannya sendiri yang ada dibawah kekuasaanya. Tidak ada hal yang sulit untuk data yang benar-benar gampang.
“Ya ampun kak radit keren banget ya main basketnya, pasti aku beruntung banget deh kalo bisa jadi pacarnya dia.” Guman salah seorang gadis yang menonton bola basket, tapi lebih tetap lebih asyik memandangi sang kapten tim basket.
Nama pemuda tampan itu adalah Raditya Anggara, pemuda yang sekarang sedang duduk dikelas 12. Ia merupakan pemuda yang sangat populer dikalangan para siswa disekolahnya, bahkan hampir semua orang mengenalnya. Kepembangannya itu tidak disertai dengan alasan, yang merupakan bagian yang sangat penting dari keranjang yang diberikan kepiawaiannya yang juga mendapat kepercayaan dan tanggung jawab untuk menjadi kapten tim basket disekolahnya. Ia sudah banyak sekali malang melintang berbagai bola basket untuk mengharumkan nama sekolah tempat dia menuntut ilmu sekarang bersama dengan tim yang ia pimpin.
"Aduh kamu tuh terlalu berlebihan tau, lagian apa kerennya sih siapa aja juga bisa kali kalo cuman main basket kayak gitu". Guman seorang gadis lain. Perkirim gadis yang tadi.
“Ya ampun tiara loe liat deh mainnya tuh keren banget, masak kayak gitu lo bilang biasa aja sih.” Timpal lagi gadis yang pertama untuk mencuri perkataanya, sambil menunjuk kearah pemuda yang sedang berdiri ditengah lapangan itu agar menguatkan pendapatnya tadi.
“Ya itu gak sama kamu kalo sama aku itu ngak keren sama sama, yang namanya pemain basket itu modalnya tuh keahliannya nguasain keranjang bola bukan cuman model tampang kayak dia. Tuh tuh kamu liat kerjaannya cuman tebar pesona, udah ah aku mau balik aja kalau disini cowok banget liatin orang kayak dia. ”
Gadis itu lalu melangkahkan mereka dari gadis yang tadi dari asyik muda pemuda tampan itu. Ini adalah apa yang kita lakukan dengan keputusan untuk melakukan hal yang sama saat mendengarkan berita yang mengatakan bahwa yang akan berbicara dengan orang yang sama tidak menikah dengan kata-kata yang ditulis di sana yang masuk ke puji-pujikan .
Meninggalkan semua keriuhan dilapangan keranjang tadi. Gadis itu berjalan sendirian diiringi langit yang sangat terik siang itu. Mukanya sedikit ditekuk menandakan bahwa gadis itu menemukan kesal. Iya Seharusnya supir itulah yang tiba-tiba ada jam yang siap untuk dijemputnya disekolah, tetapi satu jam dia menunggu kenyataan yang biasa menjemputnya tidak kunjung datang. Ada juga yang juga ada yang menawarkan bantuan untuk mengantarnya, tetapi semua itu untuk karna memang biasanya sudah ada yang akan menjemputnya tetapi itu tidak memungkinkan untuk memperbaiki sesuatu yang tidak bisa menjemput dirinya. Dan pada akhirnya dia memilih berjalan kaki menuju rumah, sebenarnya itu bukan satu-satunya pilihannya. Masih ada pilihan lain yaitu naik kendaraan umum, Namun ia tidak memilihnya dan ia lebih memilih berjalan kaki untuk sampai dirumahnya. Karna suasana yang sedang tidak baik siang yang terik itu menjadi sangat menyebalkan untuk itu.
Setelah sepertiga perjalannya ia tidak sengaja melihat sebuah kedai dan tanpa pikir panjang gadis itu memutuskan untuk mampir tepat. Apa lagi yang bisa menarik perhatian dan perubahan suasana dalam sekejap selain es krim gelatto rasa coklat kesukaannya. Sambil melanjutkan perjalanan pulang yang sudah tidak jauh lagi, es krim gelatto coklat yang dapat diolah dalam perjalanan itu. Sambil menikmati es krim yang manis itu tidak disadari oleh perjalanan yang sudah selesai, ia sekarang sudah berada di depan rumah bernuansa klasik dengat kucing rumah berwarna krim dengan gaya model mereka kemudian beranjak untuk rumah itu.
“Tiara kamu sudah pulang?”. Suara perempuan berusia 40 tahun yang lalu disebut moza, menyeruak dari dalam komplek gadis itu baru saja membuka pintu. Kemudian wanita itu menghabiskan menghampiri gadis itu.
"Iya bun, Assalamualaikum". Kemudian gadis itu menghampiri wanita itu, dan kemudian menyalaminya.
"Waalaikumsalam." Sahut wanita itu sambil mengulurkan tangan balas salam dari gadis itu.
Wanita itu bukan orang asing lagi untuk gadis itu, dia adalah wanita yang setiap hari tugasnya adalah gadis-gadis itu yang dilakukan di depan rumah. Dan yang tidak pernah ia lupakan adalah selalu gadis dengan senyum yang sangat cantik. Usianya baru 40 tahun dengan rambut ikal bersama dengan kulit putih yang selalu berseri-seri hingga wanita itu sangat cantik dan bisa dipastikan yang berbeda pasti terpesona. Gadis itu selalu memanggilnya bunda, iya dia adalah ibu dari gadis itu.
“Kamu kenapa kog wajah kamu kelihatan bete? ada masalah ya? cerita dong sama bunda. ”Tanya menyanyikan lagu bunda dengan tampilan muka dengan muka sebal.
“Ngak ada apa-apa kog bun cuman lagi capek aja.”
“Ooowww ... yaudah kalo gitu kamu ganti baju terus makan ya, bunda udah siapin makan malam”. selain itu gadis itu beranjak dari tempat itu dan kemudian menuju kearah diri dan berganti pakaian. Karena pakaian berwarna putih abu-abu sudah terasa sangat lengket sekali dibadannya karena perjalanan sepanjang yang terik tadi sukses membuanya berkeringat.
Keriuhan yang kemarin terjadi, kini sudah tidak lagi seperti yang terjadi kemarin, kini sudah menjadi bek dan tentram.
“Aduh ... iiihhh sih banget sih kalo jalan ngak pernah liat ada orang disini”. Guman menyanyikan gadis dengan kesal.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Tidak ada suara yang keluar dari mulut keduanya. Ada yang aneh disini. Banyak mata yang sama sekali tidak berpaling kemanapun dalam beberapa waktu, keduanya sama-sama bisu. Entah memang tidak ada yang ingin mereka katakan atau memang ada yang ingin mereka katakan tetapi sulit untuk mereka ungkapkan? Entahlah, suasana menjadi hening sampai akhir ada memecah keheningan.
"Woi." Ucapan itu menyatakan bahwa sang gadis tersentak kaget dan mendongak kearah pemuda yang bebrapa senti jauh lebih tinggi darinya itu. Dan membuat gadis itu menjadi kesal.
“Mana gue tau kalo ada orang disitu, emangnya kalo gue jalan gue harus triak-triak dulu wwooee ada orang ngak disitu, gila apa gue harus kayak gitu.” Ejek pemuda itu kepada tiara, seperti biasa sikap pemuda itu yang biasa membuat cewek itu menjadi kesal.
“Kamu tuh emang bener-bener nyebelin banget sih jadi orang.” Gadis itu mengernyitkan dahi karena merasa sangat kesal dengan sikap pemuda itu. Dan tanpa berfikir panjang lagi.
"Plaaaak." Suara tamparan mendarat di pipi pemuda itu. “Itu Pelajaran buat orang kayak kamu.” Imbuh menyanyikan gadis melanjutkan kalimatnya. Lalu nyanyikan gadis yang menantang pemuda yang sedang kesakitan karena tamparannya.
“Awas ya loe.” Timpal pemuda itu sambil mengepalkan oksigen.
Dia memang ingin marah dan kesal denga ulah gadis disebalkan tadi. Ia tidak pernah sedikitpun mau berniat balasannya. Bukan. Karena itu dia memang karena memang dia tidak akan pernah mau atau gadis itu. Setiap kali mereka beradu entah entah itu kejadian yang sengaja atau tidak seperti kejadian tadi, ada sesuatu yang bergejolak didalam dirinya tapi tak pernah akan dia ungkapkan.
Seperti penduduk yang pemuda itu rasakan gejolak itu juga ada dalam diri gadis itu, tetapi bedanya gadis itu tidak memahami makna gejolak itu. Tidak seperti pemuda yang sangat mengerti arti gejolak itu sebenarnya.
Akhirnya jam sekolah itu usai, semua siswa berhamburan keluar dari kelas Tidak terkecuali gadis itu. Dan kali ini gadis itu sangat terburu-buru untuk pulang kerumah karena sang bunda saat sebelum gadis itu bernagkat sekolah berpesan agar gadis itu segera pulang karena akan ada tamu spesial yang datang kerumah mereka.
“Bunda tiara pulang.” Seuasi bertemu sang bunda kemudian langsung bersiap-siap untuk dikamarnya untuk segera menyambut tamu spesial yang akan datang itu.
Sambil bersiap-siap tiara yang duduk di kursi rias dikamarnya terus bertanya-tanya siapa tamu spesial yang akan datang itu. Saat tiara bertanya kepada sang bunda agar memberitahunya, sang bunda menolak untuk mengorbankan dirinya. Sang bunda hanya mengatakan itu akan menjadi hadiah spesial untuknya hari ini. Dengan kerumitan harus puas dengan jawaban yang sampai dia tahu dengan sendirinya siapa tamu spesial yang telah membuat penasaran seperti ini.
Lama menunggu akhirnya tiara mendengarkan sang bunda memanggil dirinya untuk segera turun karena hadiah spesial itu sudah datang. Lalu tiara dengan terburu-buru menuruni anak tangga untuk menuju keruang tamu tempat si ibu sudah menunggunya. Karena terburu-buru yang sedang berlangsung sepatu sepatu datar warna putih yang sedang terjadi saat ini dipeleset saat ia sampai dipgian lagi tangga yang dituruninya. Tiara kemudian kehilangan keseimbangan dan perbaikan yang terjadi sebelum hal itu terjadi ada seseorang yang dengan sigap, tubuh yang ramping tiara dan menjaganya, agar tidak terjatuh. Semua orang sangat suka melihat situasi tersebut. Kemudian, mereka menemukan satu lagi yang disebut dengan tubuh yang sedari tadi memejamarkan dia lalu pelan-pelan terbuka dan melihat siapa yang tengah bangkit tubuh. Tatapan itu kembali lagi. Tatapan keheningan beberapa waktu. Yang senanti tiba tiba menyulutkan api didada tiara.
"Lepas !." Ucap tiara serayaorong orang yang sudah menyelamatkannya itu.
Siapa yang bisa mengulangi tatapan dingin beberapa detik yang lain selain orang yang sama beberapa hari yang lalu. Ya Itu radit. Mengapa takdir selalu mempertemukan mereka. Pertanyaan itu yang selalu terbesit dibenak tiara lima kali lipat dengan pemuda ini. Anda tidak pernah tahu apa yang terjadi saat bertemu dengan Anda namun tetap saja takdir gentol mempertemukannya di sini.
“Kamu enggakpapa sayang.” Tanya ibunda memecah kebekuan.
“Enggak, enggakpapa bunda.” Jawab tiara dengan gelagapan.
“Alhamdulillah kalo kamu enggakpapa.” Jawab ibunda tiara lega. "Sekarang kamu salam dulu sama om adam tan tante sarah ya." Disambut dengan anggukan oleh tiara dan kemudian merawat kedua tamu spesial itu.
“Wah ternyata kamu banyak berubah ya, sekarang sudah besar dan makin cantik.” Sambutan wanita cantik yang salami dan kemudian orang itu mengelus-elus rambut tiara.
“Iya, beda dulu ya sama waktu dulu masih tinggal di Bandung.” Imbuh seorang laki-laki paruh baya dengan senyum ramah.
“Terimakasih om tante.” Jawab tiara malu-malu dengan luar biasa terpancar dari wajah cantiknya.
Mereka adalah orang-orang yang suka dan penuh kegembungan dari mereka saat ini masih tinggal di Bandung hingga saat ini mereka kembali bertemu di Jakarta. Tiara memang sudah tidak asing lagi dengan para tamu spesialnya, bahkan sangat penting orang-orang ini. Iya Mereka datang bersama radit sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki satu sama lain. Om Adam dan tante Sarah ini adalah orang tua radit, yang baru saja berasal dari Australi yang sejak 5 tahun lalu tinggal di Australi karena masalah pekerjaan.
“Oh ya daritadi kamu berduan kog diem aja sih? Tiara kamu ngak lupa kan sama radit?. ”Tanya om adam untuk tiara sambil menatap kedua anak muda yang ada didepannya radit dan tiara.
Mendengar pertanyaan yang baru meluncur menghantam diri itu bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan itu.
“Ya mana mungkin lupa sih pah, mah orang setiap hari disekolah dan ketemu, iyakan ra.” Jawab radit menimpali dari orang tuanya. Dengan tatapan sedikit menggoda untuk tiara.
“Iya om, tante.” Jawab tiara singkat.
Mendengar jawaban dari radit ingin sekali rasanya dia menjitak lelaki ini. Beran-beraninya dia berlagak sok akrab dan baik didepan bunda dan orang tuanya. Apalagi yang dia katakan tidak ada benarnya sama sekali. Iya memang mereka sering bertemu tetapi mereka tidak lagi seperti yang ada di belakang mereka saat ini yang sama seperti dulu. Semuanya kini sudah berubah. Tidak ada lagi tiara yang dulu dan tidak akan ada lagi radit seperti dulu lagi. Masa-masa itu bagi tiara sudah selesai yang lalu dan sekarang juga tidak akan ada; lagi riwayat seperti dulu.
Senja memang menghanyutkan, dia datang selalu dengan keindahan. Dan aku selalu terpesona olehnya. Saat ini senja selalu menjadi yang menyakitkan. Dia melakukannya terang dengan gelap. Dia memikat, lalu Hapus lenyap. Dan terus berulang setiap hari. Aku masih kecil waktu itu, tidak benar-benar memaknai apa itu janji, dan aku yang telah berusaha untuk membalasnya.
.
.
Hai .. hai .. Pembaca !!
ini cerita pertama ku
hehe .. maafkan kalau kurang bagus dan banyak typo bertebaran
semoga kalian suka ya
dan jangan lupa komentar nya ya !! sebab komentar Anda sangat praktis untuk pemutaran cerita ini
terima kasih, selamat membaca pembaca