Read More >>"> Confusing Letter (Chapter 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Confusing Letter
MENU
About Us  

           Sudah sore, matahari bergerak menuju ke barat untuk pulang karena pekerjaannya hari ini telah selesai dan akan berganti shift dengan sang bulan. Miya baru saja pulang dijemput abangnya yang sekalian juga baru pulang dari kerjanya.

            Aku mandi dan shalat setelahnya. Aku juga makan karena memang sudah saatnya jam makan malam. Kakakku memberi pesan jika ia akan bermalam di rumah kak Nike karena suaminya, bang Ogi ada pekerjaan tambahan dan tidak bisa pulang.

            Aku masuk kedalam kamarku, berjalan menuju meja belajarku dan kemudian mengambil sebuah amplop yang dikirim ntah oleh siapa aku tak tahu. Yang isinya sebuah puisi, ntah ditujukan untuk siapa. Tapi dari amplopnya, itu ditujukan untukku. Isinya:

 

            Mendengar namamu, jantungku tidak karuan.

            Membaca tulisanmu membuatku kagum.

            Melihat dirimu aku langsung jatuh hati

            Sayang, aku tak berani menyapa dirimu

~D~

 

            Membaca puisi ini, membuat jantungku sedikit berdebar. Awalnya aku takut juga dengan hal beginian. Seseorang tahu alamat rumahku, padahal aku tidak tahu siapa dia, mengirimiku sebuah puisi yang isinya sebuah pengakuan. Tapi terlepas aku membuang hal negatif yang ada di kepalaku saat ini. Aku senang. Baru pertama kali ada yang membuatkanku puisi seperti ini. Ada sebuah inisial di dalam puisi tersebut. Aku yakin jika yang mengirimi surat ini satu sekolah denganku. Dari kata katanya tentang membaca tulisanku. Memangnya dimana ia bisa membaca tulisanku selain di sekolah? Perlu diketahui, aku ini adalah anggota dari eskul mading, lebih tepatnya jika aku ini adalah ketua paksaan dari eskul mading. Itulah kenapa aku yakin jika dia satu sekolah denganku. Soal inisial yang terdapat disurat, itu inisial yang selalu kami buat setelah kami selesai mengerjakan pekerjaan kami. Misalnya, Reni, salah satu anggota eskulku, tugasnya menggambar, setelah selesai, pasti ia akan membuat inisial namanya, yaitu R. aku juga membuat demikian. Sepertinya ia meniru itu. Karena itu aku yakin ia satu sekolah denganku.

***

 

            Paginya, aku masih memikirkan surat yang dikirimkan kepadaku kemarin. Jujur, aku penasaran siapa yang mengirimkan surat tersebut. Aku kepikiran dengan inisial yang ada. Apa aku harus mencari orang dengan inisial D di sekolah ini. Tapi tidak mungkinkan? Berapa banyak cowok dengan inisial D yang ada di sekolah ini? Aku hanya tahu beberapa orang yang punya inisial D tersebut.

            Aku berjalan menuju gerbang sekolahku. Memperhatikan masing masing dari mereka yang berjalan menuju gerbang sekolah. Aku memperhatikan label nama yang terdapat di baju putih ini. Barang kali, aku melihat seseorang dengan inisial itu. Aku masih memperhatikan label di baju mereka. Terus memperhatikan dan melihat penjaga sekolahku.

            “Gak mungkin pak Dadang kan?” Aku bergumam. Pak Dadang adalah penjaga sekolahku, dan ia memiliki inisial D. Masa sih pak Dadang? Tanyaku dalam hati. Aku berhenti dan berdiri melihat beliau.

            “Bapak ngirim surat kemarin?” Tanyaku kepadanya?

            “Surat apa kalau boleh tau neng?” Jawab pak Dadang.

            “Gak jadi deh pak. Hehehe.” Aku permisi dan meninggalkan pak Dadang. Gak mungkin pak Dadang! Pikirku setelahnya. Aku sudah memasuki perkarangan sekolah. Seperti sekolah pada umumnya, ada yang nongkrong di kantin, di depan kelas sambil ngobrol, main gitar, sepak bola dan juga bermain basket. Padahal masih pagi. Semua terlihat bersemangat. Melihat cowok cowok pada bermain basket, aku bergumam kepada diriku sendiri.

            “Gak mungkin Rendra juga kan?” Perlu diketahui, jika Rendra ini adalah anak dari kelas sebelah, yaitu kelas Ipa 1. Dia cukup pintar. Tidak, ia sangat pintar. Ia selalu mendapatkan ranking di kelasnya. Selain pintar, ia juga ace dari eskul basket. Mungkin karena badannya yang jangkung. Ntahlah. Tapi, walaupun begitu, ia termasuk anak yang nakal di sekolah. Beberapa waktu yang lalu ia berkelahi dengan murid kelas satu. Aku gak tahu masalahnya, yang jelas dia itu anak yang lumayan bermasalah di sekolah.

            “Ya jelaslah bukan dia. Orang inisialnya bukan D.” Gumamku lagi. Banyak yang aku jumpai sebelum masuk ke dalam kelasku. Seperti, Raka, Gilang, Dimas, Nanda dan masih banyak lagi. Aku tahu nama mereka dari label nama yang terletak di baju mereka.

            Aku masuk ke dalam kelasku. Miya sudah duduk dikursinya. Aku menuju mejaku yang berada di belakang sekali dan juga aku duduk tepat di belakang Miya.

            “Cie, yang kemarin dapat surat cinta.” Nada suaranya seperti meledek. Aku diam saja sambil menarik kursiku dan duduk.

            “Apa isinya?” Tanyanya lagi. Aku diam sambil memandangnya. Sambil membuka tasku yang ada di atas meja aku menjawab pertanyaannya.

            “Puisi.”

            “Apa isinya?” Nada bicaranya terdengar penasaran. Seperti anak kecil yang akan diberitahukan suatu rahasia yang sangat rahasia diantara rahasia lainnya. Aku masih diam. Sebenarnya aku malu mengatakannya jadi aku hanya membalas seadaanya.

            “Pokoknya ada deh.” Aku diam lagi. Miya sepertinya masih menungguku kelanjutan dari perkataanku.

            “Tapi gak tahu dari siapa. Cuma ada inisial D.” Lanjutku.

            “D?” Aku membalasnya dengan anggukan.

            “Siapa? Kusebutin satu satu ya. Diki, Deni, Dino, Dhani, Dimas, Dewa, Dio, Dion, Dodit, Dewanto, Damyanto, Diego, Darius. Siapa lagi ya?” Ia seperti bertanya pada dirinya sendiri. Jujur, selain Dimas dan Damyanto aku tak kenal siapa yang disebutkannya. Perlu diketahui jika Dimas itu adalah teman kelasku sekarang dan ia sudah beberapa hari ini tidak masuk karena sakit, Sedangkan Damyanto adalah Guru matematika kami!

            Aku mengelengkan kepalaku karena memang tidak tahu siapa. Tapi kata Miya dia pasti akan membuat pergerakan kalau ia memang menyukaiku. Biarlah dulu dia bersembunyi, tapi pasti dia akan timbul kepermukaan. Aku percaya itu.

Tags: twm18*

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags