Loading...
Logo TinLit
Read Story - Menghapus Masa Lalu Untukmu
MENU
About Us  

          Langit sore yang mendung menandakan hujan akan turun lagi. Sejak kemarin sore, gerimis hujan masih menemani bumi. Hal ini membuat kondisi sekolah SMA N Harapan terlihat semakin hijau dan sejuk. Selain itu, langit yang mendung tidak membuat kegiatan esktrakulikuler di sekolah berhenti.Latihan di lapangan sekolah masih berjalan aktif seperti biasanya. Ekstrakulikuler seperti futsal dan basket masih tetap fokus dan berjalan seperti biasa. Dua grup olahraga ini sering terlihat berlatih bersama, selain itu jarak antara lapangan futsal dan basket juga tidak begitu jauh. Oleh karena itu, tidak heran jika beberapa anak futsal berteman dengan anak basket.

“nih.”kata Andi sambil memberikan sebotol teh kepada Damai.

“oh, makasih. Kayaknya hari ini, aku pulang malam Ndi.”kata Damai.

“terus?”kata Andi dan duduk di sebelah Damai.

“kamu pulang dulu aja. Gak enak nanti sama bunda, anaknya aku suruh nungguin disini. hehe”

“apaan, biasanya juga nungguin. Kamu kan gak ikut latihan, kenapa gak langsung pulang?”

“gak bisa latihan, bukan berarti gak datang. Ini aku lihat latihan biar gak ketinggalan.”kata Damai sembari melihat teman-temannya latihan basket.

“oke. Kamu sering lihat anak futsal juga dong?”kata Andi sembari melihat ke arah lapangan futsal.

“iya, kita sering banget jadwal latihannya sama. Mereka ternyata lumayan keren-keren juga.”kata Damai mengalihkan pandangannya ke lapangan futsal.

“kamu mau jadi Nina, mulai suka mereka?”kata Andi dengan menghabiskan minumannya.

“haha, wajar kali Ndi. Siapa yang gak suka anak futsal? mereka keren dan populer. Kayak kamu juga, siapa cewek yang gak suka, udah ganteng, pinter dan tinggi juga.”kata Damai sambil menatap Andi.

“tapi aku gak suka kamu kayak cewek lain yang sukanya lihat cowok-cowok populer.”kata Andi tanpa melihat Damai.

“terserahku dong. Kamu kok kayak emak-emak, suka ngelarang. haha”

“aku mau, kamu ngikutin kata-kataku.”kata Andi singkat.

“kalau gak mau? aku kayak jadi anakmu, ya?”kata Damai sambil meledek Andi.

“harus mau, awas kalau gak mau!”kata Andi sembari menjitak dahi Damai.

“duh, sakit kali. Oke, tapi beliin aku es krim setiap pulang sekolah. Kamu harus mau.”kata Damai dengan menepuk bahu Andi.

“baiklah.”kata Andi kepada Damai dengan tersenyum.

Damai dan Andi masih duduk di gazebo dekat lapangan basket. Mereka terlihat menikmati suasana sore dan berbincang banyak hal. Hari ini Andi memutuskan untuk menunggu Damai lagi seperti biasanya. Bunda Andi tidak pernah memarahi anaknya jika pulang sekolah malam hari, karena tahu bahwa anaknya masih menunggu Damai. Disela-sela obrolannya bersama Damai, Andi memikirkan tentang hubungan mereka selama ini.

“Damai, sejujurnya aku tidak suka jika kamu dekat dengan cowok lain. Aku mungkin egois, tapi aku ingin kamu disini bersamaku.”(kata Andi bergumam dalam hati).

Waktu terus berputar, perlahan langitpun menjadi gelap dan datanglah malam. Semy masih duduk di tempat yang sama dengan Damai dan Andi, yaitu lapangan sekolah. Semy mengatur nafasnya, dan duduk di pinggir lapangan futsal. Dia terlihat mencari seseorang di kerumunan anak basket. Tidak lama kemudian, Semy melihat Damai duduk bersama Andi. Dia merasa Damai sangat dekat dengan Andi. Semy memang tidak mengenal Andi, tapi dia tahu bahwa Andi adalah salah satu cowok populer di sekolah ini. Semy berusaha melihat mereka dari kejauhan, dan tidak lama kemudian Damai meninggalkan tempat itu bersama Andi.

“ngapain bengong? nih minum.”kata Boby dengan memberikan sebotol air mineral.

“gak bengong, tapi lagi mikir.”kata Semy sambil meminum air mineral.

“mikirin si cewek basket? siapa namanya? aku kok gak ingat-ingat.”

“Damai-damai, Bob.”kata Semy sedikit kesal.

“haha, biasa aja kali jawabnya. Kamu habis lihat dia kan pastinya? ehm, kamu udah ngajak dia ngobrol?”

“bukan itu. Aku tadi lihat dia sama Andi. Kamu pasti tahu Andi kan? kayaknya mereka deket banget.”

“Andi? semua anak juga tahu siapa dia. Andi salah satu cowok berpengaruh di sekolah ini. Apa mungkin mereka pacaran?”

“iya, siapapun pasti gak ada yang bisa nolak Andi. Duh, masak Damai pacaran sama Andi, Bob?”kata Semy sambil merebahkan badannya di lapangan.

“aku kan cuma nebak. Ya kamu cari tahu aja, tanya siapa gitu. Aku yakin, para cewek pasti tahu soal ini. Denger-denger Andi banyak fansnya di sekolah.”

“padahal aku lihat Andi biasa aja. Wajahnya ganteng standart, tapi dia emang pinter sih.”

“kamu bilang gitu gara-gara cemburu. Iyakan? haha. Andi emang ganteng aku akui, cerdas dan fisiknya oke. Iya gak heran juga banyak cewek yang naksir.”

“kamu kok jadi belain dia? kayak gak pernah lihat orang ganteng aja, Bob.”

“aku ini ngomong sesuai fakta, Sem.”kata Boby ketus.

Malam semakin larut, namun suasananya masih terlihat ramai. Langit yang tadinya mendung telah hilang, dan gerimis sore hari juga berhenti. Banyak orang yang masih menikmati malam hari dengan secangkir kopi di pinggir jalan. Selain itu ada juga menghabiskan waktu malam bersama keluarga dan orang terkasih. Hal ini juga dirasakan oleh Damai dan Andi, yang masih berjalan santai menyusuri pinggir kota. Mereka setelah pulang sekolah mampir terlebih dulu ke toko es krim, kemudian baru kembali ke rumah. Andi berjalan di samping Damai, dia memandanginya dengan seksama. Andi ingin mengatakan suatu hal kepada Damai, namun hatinya masih ragu dan mengurungkan niatnya itu. Tidak terasa, setengah jam berlalu dan mereka telah tiba di kompleks perumahan.

“Ndi, pulang dulu ya?”kata Damai kemudian melambaikan tangan ke Andi.

“Mai, sampai ketemu besok.”kata Andi tersenyum kepada Damai.

“yup.”kata Damai dan berjalan meninggalkan Andi.

Mereka berpisah di dekat rumah Damai, kemudian Andi berjalan pulang setelah melihat Damai masuk ke rumahnya. Hal ini selalu dilakukan Andi saat mengantar Damai pulang sekolah. Kebiasaan ini membuat Andi sadar, bahwa Damai memang sudah masuk dalam hidupnya. Damai sudah menjadi bagian hidup Andi, meskipun belum menjadi nomor satu di hatinya. Akan tetapi, Andi membutuhkan Damai untuk menata hatinya yang masih rapuh.

“aku pulang.”kata Andi sambil berjalan menuju bunda yang duduk di ruang tamu.

“kakinya Damai udah sembuh, Ndi?”

“belum. Tadi dia lihat teman-temannya latihan.”

“oh, yaudah buruan mandi dan makan. Bunda udah siapin daritadi, habis itu kesini lagi ya?”

“ada apa bun?”

“bunda pengen ngomong suatu hal sama kamu.”kata Bunda kepada Andi dengan tersenyum.

“iya.”kata Andi. Dia berjalan menuju kamarnya.

Tanpa terasa malam semakin larut dan terdengar rintik hujan datang. Suasana malam menjadi terasa lebih dingin, dan keramaian kota masih tetap berlanjut. Beberapa orang yang diluar rumah, masih berteduh, dan ada yang menikmati malam dengan hujan di warung-warung kopi. Bau hujan menyejukkan suasana dan terkadang sedikit menenangkan pikiran yang kalut. Dari balik jendela rumahnya, Damai memandangi hujan dengan tenang. Dia teringat kenangannya bersama Andi selama ini. Musim hujan selama lima tahun ini, selalu dia lalui bersama Andi. Tidak hanya itu, perlahan Andi telah menjadi orang yang penting dalam hidup Damai.

“Andi, udah lima tahun kita selalu bersama-sama. Kalau suatu saat kamu memiliki kekasih, apakah kamu akan melupakanku? Sejujurnya sampai kapanpun, aku ingin kamu selalu bersamaku. Tapi aku sadar, banyak cewek lain yang lebih baik diluar sana. Suatu saat, pasti kamu akan menemukannya dan pada saat itu aku tidak akan selalu ada lagi untukmu.” (kata Damai bergumam dalam hati sembari memandangi hujan).

“jadi selama ini, Damai emang berteman dekat dengan Andi. Dilihat dari foto-fotonya, mereka udah dekat sejak SMA.”kata Semy yang masih membuka-buka instagram Damai.

Semy mulai penasaran dengan hubungan Damai dan Andi. Dia mulai menyadari perasaanya ke Damai, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sudah satu tahun lamannya, Semy menyimpan perasaan untuk Damai. Hingga saat ini, Semy belum pernah bertegur sapa dengan Damai, karena dia takut dan gugup saat bertemu dengannya. Namun melihat Damai dekat dengan Andi, dia tidak ingin orang yang disukainya dimiliki orang lain. Akhirnya, Semy akan memulai perjuangannya untuk Damai. Dia tidak akan pernah tahu tentang perasaan Damai, kalau dia tidak segera memulainya.

“bunda, udah makan belum?”kata Andi dan duduk disebelah bunda.

“udah, tadi mau makan bareng kamu. Tapi kamunya lama, yaudah bunda makan duluan.”kata bunda sembari melihat televisi.

“bunda mau ngomong apa?”

“ehm, besok kamu bisa pulang cepet gak?”

“paling cepet, ya setengah lima. Ada apa emangnya?”

“bunda mau ngajak kamu ke rumah Mari.”kata bunda dengan sedikit ragu.

“dari dulu bunda kan tahu, kalau aku gak mau kesana.”

“tapi nak, udah lima tahun kita gak ketemu sama mereka. Apa kamu mau seperti ini terus?”

“aku gak mau bun. Jangan paksa aku!”kata Andi memalingkan wajahnya dari bunda.

“bunda gak mau kamu kayak gini terus. Ikhlaskan semuanya yang udah terjadi. Mereka juga ingin bertemu denganmu.”kata bunda sembari mengusap tangan Andi.

“bunda pergi saja tanpa Andi”kata Andi kemudian meninggalkan bunda di ruang tamu.

Andi berjalan menuju kamarnya dengan wajah muram. Dia selalu menolak permintaan bunda untuk pergi ke rumah Mari. Andi tidak ingin kedatangannya di rumah Mari, membuatnya semakin terluka. Dia berusaha menjauh dari kehidupan masa lalu, meskipun sampai saat ini masih belum bisa melupakannya. Andi menyadari dirinya memang pengecut, yang hanya menjauh dari masa lalu. Meskipun saat ini, Damai selalu ada untuknya namun hati masih rapuh karena Mari. Mari adalah seseorang yang sangat dicintai Andi, dan sekarang dia telah meninggal. Sejak ditinggal Mari, kehidupan Andi telah berubah drastis. Andi yang dulu, bukan Andi yang sekarang dan hatinya yang dalam masih hancur. Menata hati selama lima tahun, bukanlah perkara mudah, meskipun sudah berusaha sekuat apapun dilakukan.

“selama lima tahun ini, aku berusaha semampuku untuk melupakanmu. Tapi, kenapa kamu masih selalu membayangi hidupku? Apa kamu tahu, sampai saat ini aku benci dengan diriku yang pengecut ini. Aku selalu menghindari keluargamu, dan semua tentangmu. Tapi semakin aku berusaha, semakin sakit dan sulit untukku. Mari, sebenarnya apa yang kamu lakukan padaku? Aku benar-benar ingin melupakanmu, tapi hatiku selalu saja mengelaknya.” (kata Andi bergumam dalam hati sembari memandang hujan dari balik jendela kamarnya.)

Tanpa disadari, mata Andi mulai berkaca-kaca. Dia masih sulit menahan perasaanya dan berusaha menyimpan sangat rapi. Andi segera menghapus air matanya itu, dan membuyarkan lamunan. Selama ini sosok Andi yang sempurna, sebenarnya sangat rapuh dan kesepian. Meskipun ada orang baru yang selalu menemaninya, namun hati Andi untuk Mari masih berada dibarisan paling utama di hatinya. Andi merebahkan badan di kasur berharap pikirannya yang kalut itu hilang bersama mimpi. Malam yang semakin gelap dan hujan yang masih turun, melengkapi sisa-sisa hari ini.  

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Strange Boyfriend
230      186     0     
Romance
Pertemuanku dengan Yuki selalu jadi pertemuan pertama baginya. Bukan karena ia begitu mencintaiku. Ataupun karena ia punya perasaan yang membara setiap harinya. Tapi karena pacarku itu tidak bisa mengingat wajahku.
BANADIS
7191      1689     5     
Fantasy
Banadis, sebuah kerajaan imajiner yang berdiri pada abad pertengahan di Nusantara. Kerajaan Banadis begitu melegenda, merupakan pusat perdagangan yang maju, Dengan kemampuan militer yang tiada tandingannya. Orang - orang Banadis hidup sejahtera, aman dan penuh rasa cinta. Sungguh kerajaan Banadis menjadi sebuah kerajaan yang sangat ideal pada masa itu, Hingga ketidakberuntungan dialami kerajaan ...
Aranka
4127      1389     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
The Puzzle
1135      668     4     
Fantasy
Banyak orang tahu tentang puzzle, sebuah mainan bongkar-pasang untuk melatih logika. Namun berbeda dengan puzzle yang dimiliki Grace, awalnya Grace hanya menganggap puzzle yang dimilikinya sama seperti puzzle yang dimiliki orang lain. Dia sering memainkan puzzle itu sejak kecil tapi setelah dia dewasa, puzzle itu mulai memunculkan teka-teki baginya. Grace heran saat ayahnya benar-benar menjaga pu...
ALVINO
4452      1973     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
Perfect Candy From Valdan
2892      1230     2     
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...
If Is Not You
9951      2069     1     
Fan Fiction
Kalau saja bukan kamu, mungkin aku bisa jatuh cinta dengan leluasa. *** "Apa mencintaiku sesulit itu, hmm?" tanyanya lagi, semakin pedih, kian memilukan hati. "Aku sudah mencintaimu," bisiknya ragu, "Tapi aku tidak bisa melakukan apapun." Ia menarik nafas panjang, "Kau tidak pernah tahu penderitaan ketika aku tak bisa melangkah maju, sementara perasaank...
She Never Leaves
4939      1436     4     
Inspirational
Dia selalu ada dan setia menemaniku, Menguatkanku dikala lemah, Menyemangatiku dikala lelah, dan .. Menuntunku dikala kehilangan arah.
Melawan Takdir
1762      860     5     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
You Can
1145      721     1     
Romance
Tentang buku-buku yang berharap bisa menemukan pemilik sejati. Merawat, memeluk, hingga menyimpannya dengan kebanggaan melebihi simpanan emas di brankas. Juga tentang perasaan yang diabaikan pemiliknya, "Aku menyukainya, tapi itu nggak mungkin."