Pagi yang mendung, membuat beberapa orang memilih berdiam diri di rumah. Namun sebagian orang juga tetap melaksanakan aktifitasnya. Langit pagi seperti memberikan pesan, bahwa hari ini akan turun hujan. Andi merapikan baju sekolahnya dan meninggalkan kamar ke ruang makan. Tidak lama kemudian, bunda memanggil untuk sarapan bersama. Akhirnya Andi tiba di meja makan, kemudian meletakkan tas ransel di kursi sebelah yang masih kosong. Rumah Andi terlihat sepi, karena dia hanya tinggal bertiga dengan kedua orang tuanya. Namun lebih sering di rumah dengan bunda, karena ayah Andi bekerja di luar kota dan pulang sebulan sekali.
to: damai
gimana kaki mu?
from: andi
time: 06.15 am
to: andi cool
udah baikan, tp hari ini aku gk masuk sekolah
bawain suratku ya,
from: damai
time: 06.20 am
to: damai
hbis sarapan, kesitu
from: andi
time: 06. 23 am
Damai duduk di kamar sembari mengetikkan beberapa pesan untuk Andi. Hari ini dia tidak masuk sekolah, karena kakinya masih sakit untuk digerakkan. Kejadian jatuh kemarin malam, membuat kaki Damai terluka dan bengkak. Ibunya tidak mengizinkan Damai masuk sekolah, dan sementara waktu istirahat di rumah. Damai menghirup udara pagi dari balik jendela kamar. Udara yang segar, sejuk dan dingin serta langit yang mendung membuat suasana hati menjadi tenang. Damai perlahan berdiri, kemudian berjalan dan membawa handphone menuju ruang tamu.
“bun, kemarin malam Damai jatuh.”kata Andi sambil makan sarapannya.
“kok bisa? terus keadaannya gimana?”
“dia kesandung batu, pas ngejar aku. Katanya udah baikan.”
“ehm, kamu masih aja sering ninggalin dia. Kurangin kayak gitu nak, kasihan Damai sering lari-lari ngejar kamu.”kata bunda membereskan makanannya.
“aku udah bilangin dia, tapi masih aja kayak gitu.”
“Andi, bunda harap kamu bisa kembali kayak dulu. Jadi anak yang peduli dan gak dingin lagi.”
“kenapa bunda bahas itu?”kata Andi dengan tatapan tajam.
“pengen anak bunda kembali kayak dulu, periang dan selalu tersenyum.”kata bunda dengan menatap Andi penuh harap.
“aku berangkat dulu.”kata Andi singkat. Dia meninggalkan sarapan dan membawa ranselnya.
“kenapa gak dihabisin sarapannya? bunda, bilang gini demi kebaikanmu.”
“iya. Aku udah kenyang, berangkat dulu. Assalamu’alaikum.”kata Andi berpamitan dengan bunda.
“ehm, wa’alaikum salam. Hati-hati.”kata bunda sambil memandangi Andi yang telah berjalan menjauh.
Andi keluar dari gerbang dan berjalan menuju rumah Damai. Wajahnya sedikit muram, dengan perkataan bunda tadi. Dia ingin berlari dari masa lalunya, namun semakin berusaha, kenangan dan rasa sakit itu semakin menyudutkan hidupnya. Peristiwa lima tahun yang lalu menyisakan luka yang dalam, dan hinggat saat ini masih membekas di hati Andi. Sepuluh menit berlalu, Andi telah tiba di depan rumah Damai.
tok..tok..
“Assalamu’alaikum.”kata Andi yang telah berdiri di depan rumah.
“wa’alaikum salam.”kata Damai sambil membukakan pintu rumah.
“kamu, kapan masuk sekolah?”kata Andi sambil melihat kaki Damai yang bengkak.
“sembuh aja belum, udah ditanyain masuk sekolah. Ini suratnya, kamu pasti bakalan kesepian berangkat sendirian. haha”kata Damai sembari memberikan surat dan meledek Andi.
“maafkan aku Mai! Gara-gara aku, kakimu jadi begini.”kata Andi dan menerima surat dari Damai.
“aku maafin tapi kalau udah sembuh, beliin aku es krim dan bakso. hehe”
“iya.”kata Andi sembari menatap Damai dengan serius.
“biasanya kamu protes, kalau aku suruh-suruh. Kenapa sekarang ngikut aja?”
“kalau gak mau aku beliin, yaudah.”
“iya-iya, masih sama judesnya gak ilang-ilang. Aku sakit, harusnya lebih ramah, perhatian juga boleh.”
“udah, aku berangkat dulu. Bye.”kata Andi berjalan membelakangi Damai.
“hati-hati, ya.”kata Damai sembari melambaikan tangan ke Andi.
Tidak lama setelah Andi pergi, Damai masuk kembali ke rumah dan menutup pintu dengan pelan. Dia berjalan menuju ruang santai yang tidak jauh dari ruang tamu. Hari ini, dia ingin menikmati suasana santai tanpa adanya guru dan pelajaran yang membuatnya tegang. Damai menyalakan tv dan seperti biasa, dia lebih suka memilih chanel acara kartun daripada yang lain. Suasana rumah mulai sepi, karena ibu dan adiknya sudah berangkat ke sekolah. Ibu Damai adalah seorang guru SMA, sedangkan ayahnya seorang tentara yang masih ditugaskan diluar pulau. Oleh karena itu, salah satu alasan Damai dan Andi menjadi dekat adalah karena ibu mereka sama-sama seorang guru, dan keduanya juga jarang bertemu dengan ayah mereka. Hal ini membuat Damai dan Andi, merasakan hal yang sama dan sering bercerita tentang keluarga masing-masing.
“eh, itu kak Andi kan?”kata salah satu anak SMA.
“iya. Gila, dia emang ganteng banget, udah gitu pinter juga. Kalau gak salah bulan kemarin, menang olimpiade matematika tingkat provinsi gak sih?”
“eh..iya-iya bener banget. Gimana gak populer, udah cakep, pinter, tinggi dan dingin banget orangnya. Banyak yang bilang, dia itu misterius dan jarang ngomong.”
“gak itu doang, dia juga nolak semua cewek-cewek. Padahal ya, ceweknya cantik semua.”
“betewe, kamu tahu semuanya. Kamu udah kepo sampai mana aja?”
“haha, ada deh. Aku kan fans dia, jadi ya harus tahu semua tentang kak Andi.”
“duh, andai aku bisa dapetin dia.”
“haha, mimpi aja kali. Yang cantik-cantik aja ditolak, apalagi kita yang kayak butiran debu gini.”
“iya, bener juga.”
Andi masih duduk sembari melihat orang-orang lewat dan beberapa kendaraan melaju cepat. Bus yang di tumpanginya hari ini, terlihat lebih sepi dari biasanya. Hanya ada beberapa anak SMA dan bapak-bapak yang berangkat kerja. Andi melirik jam tangan dan tiba-tiba terdengar suara pesan dari handphone. Dia mengambil handphone itu dari saku celana dan membuka pesan. Andi tersenyum membaca pesan itu, namun dia tidak membalasnya dan memasukkan kembali handphone itu ke saku celana.
to: andi cool
udah nympe blum?
sepi kan, gak ada aku? wkwk :P
from: damai
time: 06.45 am
Lima belas menit berlalu, Andi tiba di halte sekolah dan langkah kakinya berjalan menuju gerbang utama sekolah bersama dengan siswa yang lain. SMAN Harapan adalah sekolah favorit dengan banyak prestasi. Sekolah ini menyimpan siswa-siswa gemilang di berbagai bidang, mulai dari pelajaran hingga ekstrakulikuler. Namun untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah, karena sekolah ini menerapkan kedisiplinan tinggi tidak hanya untuk siswa, namun juga untuk guru, kepala sekolah dan karyawannya. Selain itu, SMAN Harapan menerapkan kegiatan belajar mengajar hingga sore hari atau full day. Namun sekolah ini memberikan hari libur lebih panjang, yaitu mulai sabtu dan minggu. Meskipun demikian, terkadang pada hari sabtu masih digunakan para siswa untuk kegiatan ekstrakulikuler. Tidak lama kemudian, Andi tiba di depan kelasnya namun dia tidak masuk ke kelas itu, melainkan masuk ke kelas sebelah. Andi memberikan surat titipan dari Damai untuk teman sekelasnya.
“permisi.”kata Andi kepada salah satu teman Damai.
“eh, iy..iya.”kata teman Damai dengan memandangi Andi.
“ini surat dari Damai, dia gak masuk hari ini.”kata Andi sembari memberikan surat itu kepada teman Damai.
“oh..iya.”kata teman Damai dan menerima surat itu dengan wajah memerah.
“makasih.”kata Andi dan berjalan meninggalkan kelas. Andi keluar dari kelas Damai dan menuju kelasnya yang berada di sebelah.
Andi duduk di bangku dan Leo sudah menunggunya disitu. Leo terlihat penasaran dengan kotak merah yang ada di meja Andi. Namun hal ini bukanlah pertama kalinya, karena sejak SMP hingga SMA, Andi sering mendapatkan kado-kado tanpa nama. Terkadang isinya hanya sebuah coklat, permen, namun juga pernah mendapatkan barang.
“Ndi, dapet lagi nih.”kata Leo dan memegang kotak itu.
“buka aja.”kata Andi singkat.
“okedeh.”kata Leo kemudian membuka kotak merah itu.
“kalau makanan, ambil aja.”kata Andi sambil melihat kotak yang dibuka oleh Leo.
“iya tahu. Gantungan kunci berbentuk piano, lumayan lucu.”
“ada suratnya?”kata Andi, dan melihat seksama gantungan itu.
“gak ada. Gak ada pesannya sama sekali, biasanya kalau dari fans-fansmu pasti ada pesannya, kadang ada nama juga.”
“yaudah nanti, aku bawa pulang.”kata Andi dan keningnya berkerut memikirkan sesuatu.
Tiba-tiba wajah Andi muram dan pikirannya mulai dipenuhi dengan masa lalu kembali. Dia menutup telinga dan menundukkan kepalanya. Andi tidak kuasa menahan itu, akhirnya dia keluar kelas menuju taman sekolah yang lokasinya agak jauh dari kelas. Leo terkejut dan menahannya agar tetap di kelas.
“mau kemana, Ndi? udah mau bel.”kata Leo dengan menarik bahu Andi.
“bentar, aku harus keluar.”kata Andi singkat dan berjalan meninggalkan Leo.
Dilain sisi Damai masih menikmati waktu liburnya dan terlihat sibuk membuka instagram milik Andi. Hal ini sering sekali Damai lakukan karena baginya sampai saat ini, Andi adalah orang yang misterius. Dia berharap bisa mendapatkan info yang lebih banyak tentang masa lalu Andi, dengan melihat foto-foto instagram itu. Meskipun berteman lama dengan Andi, Damai belum pernah mendengarkan cerita tentang masa lalunya. Bukan ingin terlalu mencampuri kehidupan Andi, namun Damai ingin menjadi teman yang mengerti keadaan Andi kapanpun itu. Selang berapa menit, mata Damai tertuju pada salah satu foto lama yang ada di instagram itu. Sebuah foto piano di sudut ruangan, dan telah usang tidak terpakai. Dalam statusnya tidak begitu banyak kata-kata, namun tersirat arti yang dalam.
“piano rusak yang kehilangan arti.” (kata Damai sembari membaca status di instagram itu).
Damai memikirkan status itu dengan serius, di wajahnya tersirat pertanyaan mengenai hal itu. Dia ingin menanyakan hal ini pada Andi, namun butuh waktu yang tepat. Karena sebanyak apapun pertanyaan, Andi tidak akan mudah untuk menjawabnya. Selain itu Damai juga tidak ingin membuat Andi tidak nyaman dengannya. Foto piano di instagram Andi adalah satu-satunya foto lama yang masih tersimpan di instagramnya. Foto itu menunjukkan waktu pengambilan sekitar empat tahun yang lalu. Karena tahunnya tertera di foto di bagian pojok kiri paling bawah.
“Andi, sebenarnya kamu yang dulu seperti apa? kapan aku tahu tentang masa lalumu? apa kamu tidak percaya padaku? aku selalu menunggu, kamu cerita tentang hidupmu lebih banyak. Tapi selama lima tahun ini, kamu masih sama dan hanya bercerita tentang keluarga dan keseharianmu. Andi, aku benar-benar ingin tahu lebih banyak tentangmu. Karena teman sepertimu sangat berarti bagiku. Kamu adalah satu-satunya teman yang paling lama dan selalu ada untukku hingga saat ini.” (Damai bergumam dalam hati, kemudian meletakkan handphonenya dan merebahkan tubuh di kursi).