Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bottle Up
MENU
About Us  

Selalu ada rahasia dalam kegelapan
Yang bercumbu dengan pekatnya malam

__________

Attaya menatap nanar monitor komputernya, hitam, kelam, pekat. Mukanya terasa panas, menahan perasaan kesal yang sudah berada di ubun-ubun kepalanya dan hendak melesat keluar dari singgasananya. Sialan! Sempat-sempatnya PLN matiin lampu jam segini, batinnya.

Dini hari, Attaya sibuk mencari lampu emergensi yang biasanya diletakkan di dekat tempat tidurnya. Mulutnya berkomat-kamit kesal karena keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

Bagaimana mungkin, ketika dia sama sekali belum belajar untuk UAS—akibat ketiduran setelah makan malam— lalu ketika ia terbangun dan baru saja menghidupkan pirantinya di sudut kamar, dengan teganya listrik padam. Dan hal ini pun secara tidak langsung memengaruhi mood belajarnya.

Diperparah dengan file materi untuk UAS besok ada di komputernya. Bodohnya adalah Attaya sama sekali tidak menyimpan file kuliahnya di tempat lain. Sangat cerdas, sekali.

Hp-nya pun dalam keadaan tidak menguntungkan, baterainya hanya tersisa 10%.

Sungguh konspirasi yang sangat menyenangkan bagi Attaya.

Attaya mendengus kesal menatap lampu emergensi yang tidak terlalu terang. Dia lupa untuk memberikan asupan kepada lampu darurat itu. Keteledorannya sungguh mudharat.
Tak ada yang bisa disalahkan kecuali dirinya sendiri. Tertidur setelah makan malam dan dalam keadaan belum mempersiapkan materi ujian sama sekali. Bahkan dini hari pun berkonspirasi dengan PLN dan keteledorannya yang membuatnya harus mengelus dada dengan sabar.

Tanpa membuang waktu, Attaya membaca buku catatan tidak rapi miliknya di bawah lampu yang siap menjemput maut kapan saja. Baca aja deh, yang penting udah baca, pikirnya menenangkan diri.

Attaya dianugerahi sedikit kelebihan dibandingkan orang lain. Namun, ia seringkali lupa dengan kelebihan itu sehingga menyebabkannya kurang bersyukur. Baginya, semua yang didapatnya adalah keberuntungan, termasuk seperti IPnya yang semester lalu mencapai angka sempurna, 4.

Attaya begitu cepat dalam hal belajar. Ia mudah mengingat materi yang diberikan, namun cepat pula ia lupa.

Ia juga lebih suka bekerja sendirian, daripada bekerja dalam kelompok. Pasti tahu kan bahwa nggak sedikit mahasiswa yang sering titip nama di rugas kelompok? Karena hal itu lah Attaya seringkali mengambil alih semua tugas anggota kelompoknya. Apalagi dia sering tidak puas dengan apa yang sudah dikerjakan oleh teman kelompoknya. Tapi sebenarnya yang Attaya mau bukan seperti itu, dia ingin teman-temannya turut aktif dengan usaha terbaiknya. Namun nihil. Sehingga terjadilah Attaya yang “It’s okay, let me do all of it.”

Di sisi lain, ketika Attaya mendapatkan teman kelompoknya yang rajin dan pintar, dia merasa bergantung terhadap teman-temannya dan mengakibatkan usahanya kurang maksimal.

Ya, Attaya se-complicated itu.

Dan...

apapun alasannya, Attaya lebih memilih sendirian dibandingkan mengerjakan tugas ataupun belajar bersama dengan orang lain.

Kelebihan Attaya yang membuatnya lebih sering bergerak sendiri daripada beramai-ramai. Kelebihan itu juga yang membuatnya menjadi sosok yang cukup malas belajar. Loh, apa kaitannya  sendirian dan malas belajar? Kaitannya sederhana, sesedehana nggak ada orang lain yang mampu mendorongnya untuk belajar atau bersaing dengan orang lain.

Bukan sombong atau apa, sepanjang hidupnya Attaya selalu belajar satu hari sebelum hari H. Dan dia hanya membaca catatannya—hanya membaca, tanpa menghapalkannya.

Tak jarang ketika orang lain mengetahui hal ini, mereka akan sangat cemburu kepada Attaya. Tak sedikit pula yang tidak percaya bahwa Attaya baru saja belajar semalam, mereka beranggapan bahwa Attaya berbohong agar selama ujian tidak akan ada yang meminta contekan kepada Attaya. Attaya hanya tersenyum kecil, terserah mereka percaya atau tidak.

Attaya hanya belajar beberapa jam, namun nilainya sama besar bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang belajarnya berhari-hari.

Attaya memejamkan matanya, menarik napas dengan dalam. Dia butuh menenangkan diri sebelum masuk ke dunia belajarnya. Masih saja ada perasaan kesal yang tertinggal di lubuk hatinya. Rasanya ia ingin memaki dirinya sendiri.

Attaya kesal karena dia sudah berjanji bahwa pada semester ini ia akan belajar dengan sungguh-sungguh. Namun nihil, catatannya saja tersebar entah kemana. Belum lagi persiapan ujiannya yang hanya H minus jam. Gagal sudah resolusinya di semester ini.

Ditelisiknya kembali keinginannya semester ini. Dari 10 targetnya, hanya 2 yang tercapai dengan penilaian cukup optimal. Bagaimana bisa (lagi-lagi) dirinya menyiakan waktu luang dan menggagalkan targetnya sendiri. Lalu apa bisa penyia-nyiaan ini disebut target?

Memang benar apa yang orang bilang, penyesalan selalu datang terlambat. Dan penyesalan Attaya selalu datang tiap akhir semester. Sepertinya Attaya belum kapok, masih tetap saja ada penyesalan dirasakannya karena terus saja berulang.

Berniat makan malam lebih cepat dari biasanya agar dapat belajar dengan dengan maksimal, eh gagal. Setelah makan Attaya sibuk bermain gadget, menghabiskan menitnya dengan membuka berbagai aplikasi media sosial. Lalu tanpa mengingat apapun selain kelelahan, ia jatuh tertidur.

Untungnya, alam masih baik dengan dirinya. Dini hari, dia tersentak dan terkejut ketika melihat jam dinding satu-satunya.

Dan untuk pertama kalinya, Attaya bersyukur atas mimpi buruk yang sudah sering muncul beberapa bulan terakhir. Tanpanya, Attaya berpeluang hanya akan belajar ketika subuh merambat naik, menggantikan gelap yang ingin beristirahat.

Tak masalah lampu yang mati, lampu emergensi yang kian lama kian meredup, masih ada senter di HP yang meskipun low battery masih dapat menggunakan power bank yang masih full. Seburuk-buruknya nasibnya, selalu ada alternatif baik yang dapat dilakukannya.

Attaya menghela napas lega saat lampu di kamarnya kembali menyala. Diliriknya jam dinding, dihitungnya berapa lama waktu yang masih dapat digunakannya untuk belajar optimal, 2 jam cukup untuk membaca cepat file presentasi yang hanya terdiri dari 25 judul. "Hanya" adalah sebuah pembelaan diri agar jantung Attaya yang mulai berdetak cepat, panik, dapat mereda walau sekejap.

Ia ingin mengumpat, mengeluarkan segala sumpah serapah untuk dirinya sendiri, namun ditahannya gejolak yang tidak baik itu. Bukan saatnya, begitu pikirnya saat itu. Tapi tetap saja, otaknya terus saja bekerja mengirimkan sinyal-sinyal bahwa kesalahan adalah dirinya sendiri, jika nilaimu buruk, terima lah resiko itu sendiri.

Attaya bernapas dengan kasar. Ia kesal dengan dirinya yang tak mampu mengontrol pikirannya sendiri. Terus saja bergumul dengan pikiran yang tak bermanfaat miliknya itu.

Tiba-tiba Attaya bangkit dari meja belajarnya. Berjalan cepat lalu mematikan saklar lampu. Gelap. Hanya terdengar samar isak tangis dari sudut kamar.

Attaya menangis di pekatnya langit. Melepaskan sebuah rasa yang sulit dimengerti orang lain, bahkan dirinya sendiri pun sulit mengerti. Dia merasa begitu muak dengan hidupnya.

Dan tak pernah seorang pun tahu, tentang Attaya, yang bukan pertama kalinya menangis tersedu-sedu.

Langit, selalu menyimpan pekatnya pergelutan Attaya dan dirinya sendiri.

•••

Attaya berlari dengan sangat cepat. Diliriknya arloji yang melingkari pergelangan tangannya, 2 menit sebelum ujian di mulai, dan kini ia masih berada di setengah perjalanan menuju kampus.

Sepert biasa, Attaya ke fakultasnya melalui beberapa fakultas tetangga, sehingga "seorang mahasiswa" yang berlari sangat cepat dan menerobos kerumunan mahasiswa lainnya tentu saja akan menarik perhatian. Bagi Attaya ini adalah hidup dan matinya. Tak dihiraukannya tatapan para mahasiswa yang menatapnya penuh minat. Peduli apa, yang penting sampe kampus, batinnya.

Dengan napas yang masih terengah-engah, diketuknya ruang ujian yang sudah tertutup rapat.

Tak ada tanda-tanda bahwa pengawas ujian mendengarnya, diketuknya lebih keras lagi. Tepat diakhir ketukan, seorang pengawas laki-laki berambut hitam legam membukakan pintu untuknya. Matanya bergerak dari atas ke bawah, memerhatikan Attaya yang hanya selehernya.

"Mengapa terlambat?"

Suara yang terdengar cukup berat itu menyentak Attaya. Ditegakkan kepalanya, "Maaf, Pak. Saya terlambat bangun tadi pagi."

Laki-laki yang dipanggil bapak tersebut tersenyum kecut. Interogasi lebih lanjut bukan lah hal yang baik bagi mahasiswa disaat ujian seperti ini, karena dapat mengurangi waktu mengerjakan ujiannya. Berbaik hati, laki-laki tersebut bergeser dari pintu, menyediakan ruang untuk Attaya bergerak masuk.

Tanpa melewatkan kesempatan, Attaya bergerak cepat menuju kursinya. Dengan satu PR tambahan, sepertinya pengawas yang tadi membukakan pintu ruangan cukup familiar. Tapi, dimana ia pernah melihat pegawai kampus yang sangat muda seperti itu?

"Perpustakaan beberapa Minggu yang lalu," gumam Attaya pelan.

"Laki-laki yang tali sepatunya nyangkut di kursiku, dan laki-laki yang ku tuduh metroseksual. Mengapa ia bisa bisa menjadi pengawas ujian hari ini?"

"No peserta 3," tegur salah satu pengawas. Attaya yang mendengar nada sedikit membentak itu tersentak dari lamunannya.

Sialan, belum selesai ngerjain ujian malah melamun hal yang nggak penting sama sekali, umpat Attaya dalam hati.

 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sunset In Surabaya
369      268     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
Diary of Time
1812      858     3     
Romance
Berkisah tentang sebuah catatan harian yang melintasi waktu yang ditulis oleh Danakitri Prameswari, seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Dana berasal dari keluarga berada yang tinggal di perumahan elit Menteng, Jakarta. Ayahnya seorang dokter senior yang disegani dan memiliki pergaulan yang luas di kalangan pejabat pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Ibunya seorang dosen di UI. Ia memiliki...
Ignis Fatuus
2058      781     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
Sendiri
459      304     1     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Cinderella And The Bad Prince
1336      880     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
Dua Sisi
8387      1901     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"
sHE's brOKen
7058      1685     2     
Romance
Pertemuan yang tak pernah disangka Tiara, dengan Randi, seorang laki-laki yang ternyata menjadi cinta pertamanya, berakhir pada satu kata yang tak pernah ingin dialaminya kembali. Sebagai perempuan yang baru pertama kali membuka hati, rasa kehilangan dan pengkhianatan yang dialami Tiara benar-benar menyesakkan dada. Bukan hanya itu, Aldi, sahabat laki-laki yang sudah menjadi saksi hidup Tiara yan...
Flower
311      263     0     
Fantasy
Hana, remaja tujuh belas tahun yang terjebak dalam terowongan waktu. Gelap dan dalam keadaan ketakutan dia bertemu dengan Azra, lelaki misterius yang tampan. Pertemuannya dengan Azra ternyata membawanya pada sebuah petualangan yang mempertaruhkan kehidupan manusia bumi di masa depan.
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
1125      605     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
That Devil, I Love
3757      1472     0     
Romance
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Airin daripada dibenci oleh seseorang yang sangat dicintainya. Sembilan tahun lebih ia memendam rasa cinta, namun hanya dibalas dengan hinaan setiap harinya. Airin lelah, ia ingin melupakan cinta masalalunya. Seseorang yang tak disangka kemudian hadir dan menawarkan diri untuk membantu Airin melupakan cinta masa lalunya. Lalu apa yang akan dilakukan Airin ? B...