10
Pagi-pagi sekali, Rocky dan saudara-saudaranya sudah sibuk mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk menjelajah bawah laut. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, hari ini mereka akan diving. Cendi yang baru kembali dari jalan-jalan di pantai melangkah santai ke arah mereka. Merasa penasaran dengan kesibukan keempat bersaudara itu.
“Hai, Cen!” sapa Rocky dan Reno bersamaan ketika melihat Cendi mendekat. Untuk sesaat, keduanya saling berpandangan dan menampakkan muka seolah bertanya, “Kamu kenal dia juga?”
“Hai!” balas Cendi santai.
“Dari mana?” Kali ini Rocky yang bertanya.
“Habis lihat sunrise.”
“Kayaknya kamu suka banget ya, sama pantai dan matahari.” Rocky kembali berkomentar.
Cendi tersenyum kecil. “Kalian mau ke mana? Sibuk banget kelihatannya.”
“Kami mau diving.” Rocky dan Reno kembali menjawab secara bersamaan. Dan lagi-lagi keduanya saling berpandangan.
Cendi terkekeh. “Kalian kompak banget.”
Kali ini dua bersaudara itu hanya tersenyum kecil.
“Diving, ya? Kayaknya asyik,” gumam Cendi sambil mengamati peralatan yang akan dibawa oleh para pemuda tampan itu.
“Kamu mau ikut?” Rocky bertanya cepat seolah takut didului kakaknya.
Cendi menatap Rocky dan tersenyum. “Aku kan nggak bisa berenang, apalagi diving.”
“Nggak perlu ikut menyelam. Sekadar ikut berlayar menikmati pemandangan laut juga menyenangkan.” Rocky berusaha membujuk.
“Rocky benar,” Reno menimpali bahkan sebelum Cendi memberi jawaban. “Pasti menyenangkan.”
Keduanya kini memandang Cendi, menantikan jawabannya dengan penuh harap.
“Sepertinya seru,” ucap Cendi setelah beberapa saat mempertimbangkan tawaran mereka. “Oke, aku ikut.”
Reno dan Rocky tersenyum senang.
“Kalau begitu, aku siap-siap dulu ya,” Cendi mulai melangkah menuju resort, baru beberapa langkah ia menghentikan langkah dan berbalik. “Boleh ngajak teman, nggak?”
“Tentu. Makin ramai makin asyik,” sahut Reno tanpa berpikir.
*
Cendi berdiri di tepian speed boat yang berhenti di tengah laut sambil memandangi air memukul lembut lambung kapal yang bergoyang pelan. Rocky beserta kedua sepupunya sudah terjun ke dalam air sejak beberapa menit lalu. Sementara Mona dan Lidya yang ikut serta sedang asyik berjemur di sisi lain kapal kecil yang mereka tumpangi. Gaya mereka sudah seperti wisatawan asing saja. Mereka terlihat sangat elegan. Padahal tadi mereka histeris dengan norak saat Cendi mengajak berlayar bersama Herlangga bersaudara. Dan Reno, entah sedang apa di ruang kemudi.
Melihat lautan yang begitu luas, rasanya Cendi ingin ikut terjun juga. Pasti menyenangkan kalau ia bisa ikut diving bersama Rocky dan dua sepupunya. Tapi sayang, Cendi tak bisa berenang, padahal ia suka sekali dengan laut.
Sejak kecil, Cendi ingin sekali menyelam untuk melihat dan bermain dengan ikan-ikan di dalam laut. Pasti jauh lebih cantik daripada puluhan ikan hias yang berenang indah di dalam akuarium jumbo yang dibelikan papanya. Sayangnya, itu tak bisa dilakukan karena ia tak bisa berenang.
Sebenarnya Cendi sudah pernah belajar berenang saat SD sampai SMP. Entah kenapa, ia tak kunjung menguasai teknik berenang, hingga akhirnya ia menyerah dan melupakan keinginannya untuk bisa berenang. Namun, melihat lautan luas yang begitu indah dan membayangkan keasyikan Rocky dan kedua sepupunya bercengkerama dengan makhluk-makhluk di dalam laut, rasanya keinginan untuk bisa berenang kembali mencuat.
“Soft drink atau susu?” Dua buah minuman dengan jenis berbeda disodorkan di hadapan Cendi. Membangunkannya dari lamunan.
Cendi mengambil kemasan susu rasa cokelat sembari mengucapkan terima kasih pada Reno yang berdiri di samping kirinya.
“You’re welcome,” sahut Reno seraya membuka kaleng soft drink dan meneguknya sedikit.
“Kok, nggak ikut diving?” Cendi bertanya setelah mengisap susu kotaknya.
Reno berpaling menatap laut. “Nggak apa-apa. Lagi males aja.”
Cendi mengangkat alis. “Lalu, ngapain kamu tadi ke sini?”
“Tadinya memang pengin diving. Tapi karena ada kamu di sini, aku jadi lebih tertarik menemanimu,” jawab Reno dengan nada merayu. “Sepertinya lebih menyenangkan bersamamu daripada berenang bersama ikan.”
Cendi mencibir. “Dasar playboy! Bisanya merayu cewek.”
“Hei! Kenapa kamu bicara begitu? Aku serius.” Mimik wajah Reno tampak bersungguh-sungguh.
“Ha-ha.” Cendi tertawa mengejek.
“Cendi, kau menyakiti hatiku.” Reno balas menatap dramatis.
Cendi memutar bola matanya. “Sudahlah, berhenti bercanda!” tukasnya. “Mau, aku bilang ke pacarmu kalau kerjamu cuma merayu cewek selama liburan?”
“Pacar?” Reno menatap Cendi dengan pandangan bingung.
“Jangan pura-pura lugu!” tukas Cendi lagi. “Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu punya pacar yang saat ini sedang kuliah di Amerika.”
Reno nyengir. “Hehe… ketahuan. Memangnya kamu kenal dia?”
“Nggak, sih.”
Reno tertawa keras. “Terus, gimana cara kamu bilang ke dia?”
“Gampang,” sahut Cendi. “Aku tahu namanya. Aku tinggal cari akun Twitter-nya, lalu mention dia. Beres.”
“Memangnya menurutmu dia akan percaya ucapan orang yang nggak dikenal?”
“Tentu saja akan kusertai dengan bukti-bukti akurat.”
Reno tergelak, lalu mengangkat tangan tanda menyerah. “Oke, oke, aku nggak akan merayu lagi.”
Cendi hanya tersenyum kecil dan kembali menatap air laut yang tampak tenang di bawahnya.
“By the way, kamu sudah lama kenal Rocky?” Reno tiba-tiba mengganti topik.
“Yeah, aku sih sudah lama kenal dia. Aku pikir, hampir semua orang di Indonesia kenal dia. Apalagi setiap hari aku siaran program olahraga. Tentu aku mengenal banyak atlet.”
“Kamu tahu bukan itu maksudku.”
Cendi terkekeh. “Kami kenal di Kuta.”
“Oh ya? Kapan?”
“Di hari pertama kita tiba di hotel.”
“Hm… kok aku nggak tahu?” Reno mengernyit. “Rocky juga nggak cerita apa-apa.”
“Memangnya Rocky harus selalu laporan tiap kali kenal orang baru?”
“Nggak juga sih,” balas Reno. “Lalu, gimana kalian bisa kenal?”
“Kebetulan kamar kami bersebelahan. Kami nggak sengaja bertemu waktu sama-sama melihat pemandangan dari balkon. Setelah itu kami melihat matahari terbenam di pantai dan jalan-jalan bareng.” Cendi bercerita tanpa berniat menutupi apa pun. Karena memang tak ada apa pun yang ia rasa perlu disembunyikan.
“Oh.” Reno hanya menggumam singkat dan tak bertanya apa-apa lagi. Keduanya asyik menikmati embusan angin laut dan sibuk dengan pikiran masing-masing
Like.
Comment on chapter Prolog