Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dimensi Kupu-kupu
MENU
About Us  

Berhari-hari kemudian, setelah aku ditinggal Devina sekian lamanya, kami berdua jadi pengguna aktif aplikasi Skype. Siang, malam, sore jika ada waktu kosong pasti kami akan mengobrol panjang sampai lupa waktu.

“Apa? Jadi waktu itu dia sengaja dateng ke halte buat jemput lo yang minta bantuan karna stuck ngelukis?” Devina bertanya heboh. Aku hanya menggaruk kepala. Nah kan, kalau aku ceritakan ke Devina tentang Kak Arja pasti reaksinya heboh begini. Tapi kalau enggak diceritain dia maksa. Dasar devina!

“Yagitu deh,” jawabku akhirnya.

Kayaknya Kak Arja suka sama lo!”

Aku melotot, “sembarangan. Nggak usah bikin premis ngawur gitu ya!”

“Ya habisnya dia rela gitu nemenin lo ngelukis,” ucap Devina sambil memeluk bantal gulingnya.

“Ya iyalah, orang dia yang nyuruh gue ikut lomba itu kok.”

“Tuh kan!” sentak Devina tiba-tiba. “Buat apa coba dia nyuruh-nyuruh gitu kalau bukan karena suka?” Devina semakin ngawur.

“Vin. Pliss ya!” Aku memutar bolamata jengah.

Fiks deh Ras, Kak Arja suka sama lo!” Devina masih keukeuh dengan opini yang dia simpulkan sendiri itu.

“Apasih, orang dia itu cuma nganggep gue adeknya.”

Di seberang sana Devina melirikku curiga. “Apa jangan-jangan lo yang suka sama dia?”

Aku melotot tidak terima, “Nggak lah! nggak usah sembarangan deh Vin,” gertakku mulai kesal. Di seberang sana Devina hanya menyengir.

“Nggak apa-apa kalo suka beneran Ras, nggak akan kena ledek kok,” ucap Devina. Aku mencium bau-bau perayuan.

“Enggak deh Vin makasih, tapi gue beneran nggak suka.”

Di seberang sana Devina hanya berdecak kesal, salah siapa coba? “Nggak asik nih Raras, main rahasiaan-rahasiaan mulu.”

Aku membusungkan dada berniat membuat sahabatku itu semakin kesal. “Ya iya dong.”

Di tempatnya, Devina melirikku dengan tatapan malas.

“Jangan ngambek ya Vin! Sekarang udah nggak bisa dibujuk pake ayam nih kalo ngambek.”

“Bisa kok Ras, lo tinggal hubungin outlet ayam yang ada di Solo, terus tinggal deliv ke rumah gue.”

“Dih, udah jauh-jauhan gini ternyata masih prioritasin makanan.”

Devina terkekeh. “Ya iya dong!”

“IYA MAA?” teriak Devina dengan posisi memasang indra telinganya dengan baik. “SEKARANG?” teriaknya lagi. “IYA IYA.”

Setelah acara teriak-teriaknya itu selesai, Devina kembali menatapku sambil terkekeh melupakan rasa kesalnya yang tadi sempat muncul di permukaan. “Ras, gue harus ke rumah Eyang nih. Lanjut nanti ya?”

Aku menggut-manggut. “Iya, ya udah sana. Titip salam ya buat Solo!” ujarku sambil tersenyum.

Devina juga menarik dua ujung bibirnya membentuk lengkung senyum. “Sip! Bye Ras!” pamit Devina sebelum menutup sambungan, setelah kujawab pamitan Devina dengan mengangguk pelan, sambungan benar-benar terputus setelahnya.

Aku menghela nafas panjang, setelah itu, kuhabiskan waktu sore sisa bersapa bersama Devina dengan merevisi novel yang sudah kutulis sekian lama sejak dulu dan baru dapat kabar terbit tiga bulan lalu.

***

Pernah ngerasain berada di titik jenuh ketika kamu nggak tau apa yang sebenarnya kamu lakukan saat ini? Rasanya kayak kamu pengen lari secepet yang kamu bisa buat ngalahin si dia yang udah jauh ninggal kamu di belakang. Tapi kenyataan malah menampar seolah dia berkata ‘udah, kamu udah ketinggalan jauh’

Tiap orang terdekatku merasakan keberhasilannya, aku selalu punya rasa iri pada mereka. Mereka yang sudah dapat hasilnya dengan baik, sedangkan aku cuma jalan di tempat.

“Selamat ya, udah jadi manfaat buat orang lain.” Aku tersenyum semanis yang kubisa sambil mengajak Kak Arja untuk berjabat tangan. Setelah hampir 3 minggu pertemuanku dengan Kak Arja di La La Land, ini kali pertamanya kami berjumpa lagi setelah meanajemen waktu Kak Arja yang super sibuk.

Laki-laki yang kuajak ketemu di Kopi Bar dan sudah menunggu sejak tadi itu menoleh. Awalnya dia mengeluarkan ekspresi yang siap menghabisiku dengan tatapannya. Tapi karena senyum langka yang kupamerkan itu, Kak Arja membalas dengan tersenyum singkat. “Lama,” ucapnya pelan sambil membalas jabatan tanganku kemudian menyuruhku untuk duduk di depannya.

“Hehe, maaf. Habisnya baru ulangan.” Aku menyengir lantas meminum jus jeruk yang sudah dipesankan Kak Arja.

“Jadi giliran lo kapan?” tanya Kak Arja.

Aku mengangkat bahu santai dengan masih menghabiskan jus jeruk hingga isinya tinggal setengah.

“Bentar lagi pengumuman, kalau lo juara, gue jadi orang pertama yang lo kasih hadiah ya?” Kak Arja mengangkat alisnya.

“Hadiah apa? Choki-choki?” tanyaku sekenanya membuat laki-laki itu tertawa pelan. “Ngomong-ngomong, gimana rasanya?”

Kak Arja tersenyum singkat. “Enggak ada yang gue rasain. Rasanya kaya ada yang kurang.”

“Loh, berhasil mendegradasi sampah palstik itu udah jadi manfaat buat lingkungan loh Kak, otomatis keinginan Kak Arja buat jadi manfaat buat orang lain itu udah tercapai.”

Laki-laki itu kemudian menggeleng, “nggak tau Ras,” jawabnya kemudian. Singkat. Aku hanya mengangguk pelan. Entah apa yang terjadi dengan laki-laki perfeksionis itu sehingga dia merasa kurang yakin dengan suatu hal.

“Kak, mau tahu rahasiaku nggak?” tanyaku mencoba membuat dia penasaran.

“Tergantung.”

Aku mengernyit, “tergantung apa?”

“Penting apa enggak.”

Seketika wajahku berubah jadi keruh. Padahal hal yang ingin kuceritakan itu adalah sesuatu yang sangat rahasia, siapapun belum kuceritakan soal hal ini. Aku mencebik kesal lantas membuang muka jauh-jauh dari pandangan Kak Arja. “Yaudah!” ujarku ketus.

Kudengar laki-laki itu terkekeh. “Yaudah deh, kasian. Rahasia apa?” tanyanya yang membuat rautku semakin ketus.

“Nggak jadi! sorry ya, aku nggak butuh dikasihanin,” tukasku cepat.

Kak Arja berdecak pelan tapi masih belum mengeluarkan suaranya setelah aku berbicara. Akhirnya kami saling diam. Dalam hati aku merutuk. Apaan sih ini, kok pake ngambek-ngambekan segala. Aku jadi teringat ucapan Devina di Skype beberapa hari lalu.

Fiks deh Ras, Kak Arja suka sama lo!

Aku menggeleng cepat berusaha mengenyahkan bayang-bayang ucapan Devina. Enggaklah! Itu teori ngawur dari mana coba?

Apa jangan-jangan lo yang suka sama dia?

Shit! Itu malah lebih ngawur lagi. Apaan sih Ras, sadar! Sadar! Aku kembali menggeleng untuk mengusir setan kecil berbentuk Devina di telinga kiriku. Yaampun, padahal itu sahabatku satu-satunya yang baru pindah dan membuat kami berlinangan airmata, tapi ternyata sifat ngeselinnya masih ketinggalan.

“Ah, lo ngambek beneran. Gue jajanin choki-choki ya?” tawar Kak Arja mencoba membuatku normal lagi. Aku hanya meliriknya sekilas. Dih, ini apa-apaan coba? Kok kesannya aku ngambek karna maksa pengen didengerin curhatannya. Tapi kalau normalku mode on sekarang, ini kepalang tanggung, udah basah nyebur sekalian. Bodo deh, malu pikir belakangan. Hidup muka tembok!

Aku mendapati Kak Arja mengeluarkan ponsel dari saku jaket belel yang dia pakai. Satu menit dua menit, laki-laki itu masih mengotak-atik benda pipih itu dengan serius. Dan rasain kamu Ras, selamat dicuekin!

“Ras!” Tiba-tiba Kak Arja memanggilku dengan nada serius, hal itu reflek membuatku menoleh. “Mau tau rahasia nggak?”

Aku menatapnya curiga tapi lebih banyak bingungnya. Balas dendam? Enggak? Balas dendam? Enggak?

Kak Arja mengangkat bahunya sekilas kemudian mengangkat ponselnya ke udara dan menghadapkan layarnya ke arahku. Seketika mataku melotot, tanpa tahu kedaan lagi, aku merebut ponsel itu dengan cepat. Demi apa?

Congratulations! the Winner of a National Painting Competition ‘Raras Hildaresti’

With her work entitled ‘Chaos’

Aku ternganga melihat namaku terpampang di website pengumuman juara Lomba Lukis yang kuikuti. Saking tidak percayanya, aku hampir menjatuhkan ponsel Kak Arja karena tanganku yang gemetar. Aku menatap Kak Arja yang sedang tersenyum di tempatnya dengan mata yang sudah mengembun.

“Lusa dateng ke Galeri ya! Ajak orang-orang yang mau lo buat bangga,” ujar Kak Arja bijak.

“Ini beneran?” tanyaku dengan suara bergetar, aku juga menjamin kalu sekarang raut wajahku patut ditertawakan.

“Selamat ya Ras!” Bukannya menjawab, laki-laki itu malah menyelamatiku sambil tersenyum tulus.

Seketika perasaanku terasa ambyar, terharu senang bercampur jadi satu. Aku bangkit dari kursi sambil berteriak senang, tidak peduli orang-orang sekitar yang menatapku aneh. Dengan airmata yang tumpah-tumpah itu, aku lompat-lompat tidak jelas di Kopi Bar, menjadikan aku lebih mirip orang gila. Tanpa pikir-pikir lagi tentang urat malu, aku memeluk Kak Arja yang masih duduk di kursi itu dari belakang sambil tak henti-hentinya berteriak. Laki-laki itu hanya menanggapi dengan kekehan panjang.

“Jadi lo punya rahasia apa?” tanyanya kemudian.

Aku tersenyum lebar, “novelku udah terbit!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
(L)OVERTONE
2447      864     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Wilted Flower
411      313     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Memoar Damar
6196      2832     64     
Romance
Ini adalah memoar tiga babak yang mempesona karena bercerita pada kurun waktu 10 sampai 20 tahun yang lalu. Menggambarkan perjalanan hidup Damar dari masa SMA hingga bekerja. Menjadi istimewa karena banyak pertaruhan terjadi. Antara cinta dan cita. Antara persahabatan atau persaudaraan. Antara kenangan dan juga harapan. Happy Reading :-)
He Used to be a Crown Prince
3258      1121     3     
Romance
Pacar Sera bernama Han Soo, bintang instagram terkenal berdarah campuran Indonesia-Korea. Han Soo hidupnya sederhana. Setidaknya itulah yang Sera kira hingga Xuan muncul di kehidupan mereka. Xuan membenci Han Soo karena posisinya sebagai penerus tunggal kerajaan konglomerat tergeser berkat ditemukannya Han Soo.
ADIKKU YANG BERNAMA EVE, JADIKAN AKU SEBAGAI MATA KE DUAMU
452      335     2     
Fantasy
Anne dan Eve terlahir prematur, dia dikutuk oleh sepupu nya. sepupu Anne tidak suka Anne dan Eve menjadi putri dan penerus Kerajaan. Begitu juga paman dan bibinya. akankah Anne dan Eve bisa mengalahkan pengkhianat kerajaan? Siapa yang menikahi Anne dan Eve?
Light in the Dark
2024      886     3     
Romance
BIYA
3364      1180     3     
Romance
Gian adalah anak pindahan dari kota. Sesungguhnya ia tak siap meninggalkan kehidupan perkotaannya. Ia tak siap menetap di desa dan menjadi cowok desa. Ia juga tak siap bertemu bidadari yang mampu membuatnya tergagap kehilangan kata, yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Namun kalimat tak ada manusia yang sempurna adalah benar adanya. Bidadari Gian ternyata begitu dingin dan tertutup. Tak mengij...
Simbiosis Mutualisme seri 1
11717      2528     2     
Humor
Setelah lulus kuliah Deni masih menganggur. Deni lebih sering membantu sang Ibu di rumah, walaupun Deni itu cowok tulen. Sang Ibu sangat sayang sama Deni, bahkan lebih sayang dari Vita, adik perempuan Deni. Karena bagi Bu Sri, Deni memang berbeda, sejak lahir Deni sudah menderita kelainan Jantung. Saat masih bayi, Deni mengalami jantung bocor. Setelah dua wawancara gagal dan mendengar keingin...
Meruntuhkan Keraguan
1212      786     3     
Inspirational
Dengan usaha kita bisa berjalan menuju tempat yang diinginkan. Namun, jika disertai dengan doa, maka kita bisa berlari sangat cepat ke tempat tersebut.
The Prince's Love
454      304     1     
Fantasy
some people are meant to meet, not to be together.