Tahun kedua masa putih abu abu sudah dimulai. Pertengahan bulan Juli 2011. Itu tepat hari dimana aku dan teman temanku masuk kembali ke sekolah. Tidak terasa setahun sudah berlalu. Aku sudah berada dimasa masa paling penting dalam hidupku, sebentar lagi aku akan beranjak dewasa. Dihari tepat pelajaran fisika, masuk jam pelajaran akhir. Bu Rini itu guru Fisika dikelasku. Guru yang manis sih. Dulu masih single loh tapi entah kalau sekarang. Dihari itu tanggal 05 Maret 2012. Bu Rini maasuk kedalam kelasku. Kelas yang penuh memori. Dimasa kejayaan kelasku semakin mengaung seperti serigala. Kelas yang mulai menjadi andalan sekolah. Harus akui banyak yang hebat yang masih ku ingat. Temanku yang bernama Yunita selalu berada di rangking pertama juara umum disekolah, masih ada azis, imam, indra dan hakim yang mewaki LKS (Lomba Karya Siswa) pada tahun itu. Perlombaan itu hanya dilakukan untuk siswa smk se Indonesia.
Kelasku juga punya dewa penyelamat, sebut saja fikri namanya. Maklumlah dia anak wakil kepala sekolah waktu itu. Dan paling disegani banyak murid disekolah adalah si bend. Dia ini orang yang gak banyak omong sih, tapi tidak bisu ya. Kalau sudah dekat berteman dengan dirinya, ah.... dunia pasti tidak akan kiamat. Ada sitampan yang terluka itu aku. Aku sampai sekarang tidak menahu apa itu sitampan yang terluka, kata sahabatku jawabannya ada sama putri, itu loh kekasih yang pernah singgah sewaktu aku baru kuliah ditahun pertama.
Bu Rini masuk kedalam kelas. Hari itu bisa aku katakan kepada dunia hari malas sedunia, karna cuaca, udara, rasa tidak sesama dalam berirama didalam hati. Tidak ku sangka hari itu akan ada ujian harian fisika. Ku siapkan selembar kertas putih tanpa noda. Ujian dibuat dua babak. Aku masuk dalam babak pertama dan sedangkan sahabatku masuk dibabak kedua. Peluit suara Bu Rini pertanda pertandingan dimulai, maksudku ujian harian fisika dimulai.
Aku akui sahabatku ia itu pintar dan cerdas dalam dalam banyak hal. Salah satunya saat ujian harian fisika. Dia sahabatku sudah mempersiapkan jawabannya. Kertas ujian diletakkan diatas kertas jawabannya. Dengan mudah sahabatku menulis jawaban ujian harian fisika. Tapi sangat disayangkan hari itu hari dimana malaikat enggan mau berteman dengan sahabatku. Bu Rini mencurigainya. Ah... sahabatku disuruh duduk dimeja bagian depan tepat dihadapan meja Bu Rini. Kertas jawaban yang sudah ditulis diambil Bu Rini. Bu Rini terus memperhatikan sahabatku. Seperti buronan besar. Bukan sahabatku kalau tidak punya akal. Dihari itu entah kenapa sahabatku berteman dengan setan, Sahabatku permisi keluar untuk ke toilet. Usahanya berhasil, Bu memberi waktu lima menit. Tersenyum sambil berjalan keluar kelas. Aku melihat sahabatku sejak ia keluar dari dalam kelas. Kata hatiku saat itu dia hebat bisa menyelesaikan ujian harian dengan cepat. Sial itu hanyalanku saja, ternyata dia hendak mau ke toilet.
Masuk kedalam toilet. Sahabatku membasuh wajahnya, dan keluar dari toilet. Sudah ada gadis cantik yang menunggu. Dia tersenyum kepada sahabatku. Memberi selembar kertas yang sudah berisi semua jawaban ujian harian fisika. Karna semenjak ketahuan sama Bu Rini, sahabatku disuruh buat ulang jawaban ujian dilembaran kertas baru.
“Terima kasih” ucap sahabatku
“Iya sama sama” Dia tersenyum
“Kenapa kamu tahu kalau aku ada disini ?”
“Panggilan hati yang mengatakannya kepadaku” Dia tersenyum
“Baguslah. Aku suka hati kamu” Sahabatku sedikit tertawa kecil
“Kenapa hatiku harusnya aku bukan hatiku” Dia terheran
“Aku butuh hatimu, untuk berdoa kepada Allah” jawab sahabatku
Dia tersenyum manis
“Mungkin saja jodoh sudah ditukar” ucap sahabatku
“Ketukar ? Ada ada aja kamu”
“Iya. Karna hati itu sudah menjadi malaikat hati”
“Kok bisa ?” tanya dia
“Apa yang tidak bisa dilakukan Allah, Dialah yang berkuasa atas kehendakNya. Kita hanya menerima dan menjalankan perintahNya” ucap sahabatku
Sahabatku melihat jam tangannya. Sudah hampir lima menit sudah keluar dari kelas. Bergegas meninggalkan sebuah senyuman kepadanya. Sahabatku berlari dan masuk kedalam kelas.
“Waktunya sudah habis. Cepat dikumpul” ucap Bu Rini
“Cepat kali Bu” ucap sahabatku baru duduk
“Itu salah kamu sih” jawab Bu Rini
Sahabatku hanya tersenyum. Membiarkan yang lainnya mengumpul dimeja Bu Rini. Kerumunan murid menjadi tidak terlihat Bu Rini melihat sahabatku.
“Bend.... Lembaran kertasku letak dibawah kertasmu ya” ucap sahabatku
“Iya...” jawab Bend
“Ini... Aku mau keluar ke parkiran duluan ya” ucap sahabatku memberi lembaran kertas jawaban ujian. Dan mengambil tas dan berlari keluar kelas menuju parkiran sekolah. Seseorang teman mengikuti lari sahabatku. Dia adalah Jo, siswa baru disekolahku. Jo dia teman sekelasku. Suka main billiard sama teman sekelasku juga sebut saja namanya ismail. Sampai larut malam bermain billiard. Aku sesekali saja ikut bermain billiard. Ismail adalah ahli billiard dikelasku. Tapi entah sekarang apakah masih sehebat masa sekolah dulu.
“Woi....” ucap Jo
“Ada apa ?” tanya sahabatku menghentikan langkah kakinya
“Tadi siapa yang ngborol sama kau ?”
“Siapa ?” terheran sahabatku
“Tadi di dekat toilet” jawab Jo berjalan disamping sahabatku
“Iya bilang aja. Ada cewek yang ngobrol sama kau” sahut ismail juga berjalan disamping sahabatku
“Tahu dari mana kalian ?” tanya sahabatku
“Kasih tau mamek (itu nama panggilan akrab ismail)” ucap Jo
“OK.... “
“Kami lihat kau disana. Sedang berdua duaan dengan gadis cantik” ucap ismail sambil melihat penuh keyakinan.
“Nah... Waw... kamu ketahuan” ucap si Jo sedikit tertawa
“AHH... Mungkin salah lihat kalian” ucap sahabatku dengan pandangan untuk menyakinkan bahwa itu salah.
“Ada apa ini ?” ucapku menyamakan langkah kakiku dengan mereka
“Ini.... dia ketahuan berdua duaan didekat toilet tadi” jawab ismail
“Bah.. Kapan ?” tanyaku sedikit terkejut
”Tadi saat dia keluar permisi saat ujian” jawab Jo
“Betulnya tuh ?” tanyaku kepada sahabatku
“Kalau percaya mereka berdua berarti menduakan Allah. Kiamatlah jadinya” jawab sahabatku dan mempecepat langkah kakinya
“Mungkin kalian salah lihat” ucapku
“Tidak ceper (itu panggilan akrab sama teman teman dekatku dulu disekolah)” ismail sedikit kesal
“Ada buktinya ?” ku tanya
“Tidak adalah” jawab Jo
Hari itu sampai hari ini, aku tidak mengetahui kebenarannya. Sahabatku berkata mereka salah melihat, aku jadi bingung. Ingin sekali ku bertanya lagi kepada sahabatku, tapi dia sudah jauh. Memang tadi sore dia datang memberi undangan kepadaku. Tapi hanya sesaat saja tidak sempat aku dan sahabatku bercerita sewaktu aku masih sekolah atau kuliah. Aku harap kesalahanku kepadanya bisa aku perbaiki untuk hari ini dan hari esok.
Jo hadir disekolahku tepat setelah selesai liburan awal tahun 2012. Masuk sebgai murid baru dikelasku. Dulu masih seminggu baru masuk dikelasku. Jo sangat pendiam dan culun. Tapi sekarang dia sudah berubah, mungin hikmah yang dia dapat sewaktu bersama aku dan yang lainnya disekolah dulu. Terima kasih Jo sudah hadir dikelasku bersama kita habiskan waktu sekolah hingga akhir. Dimana dirimu sekarang, aku akan mengenal Jo yang dulu dan yang sekarang itu sama. Sama sama punya tingkah konyol. Aku masih ingat saat aku dibonceng naik sepeda motor GL Honda milik pamanmu. Melintas persimpangan jalan kartini sepulang sekolah, ada polisi yang sedang mengatur arus jalan lalu lintas. Tanpa pakai helm, tanpa pakai palt kendaraan , tanpa pikir panjang kita berdua menikmati saat itu. Itu ide gila saat kita menentang peraturan lalu lintas. Tapi darah muda masih mengalir didalam tubuh. Ketakutan menjadi keseruan tersendiri saat itu. Terima kasih atas kelakuan gila dan konyol yang kau kisahkan dalam hidupku dimana saat kita bersama dan bercerita dalam satu ikatan yang aku sebut putih abu abu.
Tibalah ditahun ketiga masa putih abu abu. Di masa akhir. Membuat kisahku semakin mendalam untuk ku ingat setiap bait kenangan dimasa sekolah dulu. Dihari ini tanggal 15 April 2018, aku masih menulis semua yang aku bisa ingat didalam kenangan manis. Adzan isya memanggilku. Ku hentikan sesaat. Ku angkat kedua tangan menghadap kiblat. Ku melakukan ibadah sholat isya. Setelah selesai, aku melihat bintang dilangit malam dari jendela kamarku. Sedikit demi sedikit bertabur bintang dilangit. Ku merasa langit malam masih banyak menyembunyikan kenanganku dulu. Ku baca hati bintang dan terus berkelap kelip seakan senang melihat senyumanku. Semangatku makin mengelorah. Pikiran menjadi kosong saat aku melihat rumah yang gelap tepat dimataku. Ku tutup jendela kamar, namun enggan menerima yang aku lakukan. Angin berhembus untuk menyapaku. Isyarat bahwa aku masih punya waktu, alam, hati dan sahabatku. Ku mulai duduk menghadap laptopku. Aku akan menceritakannya lagi.
Ditahun ketiga masa putih abu abu. Dikelasku semakin sering bermain futsal. Tim futsal kelasku tidak terlalu buruk, dimataku dan pendapatku itu adalah tim terbaik yang pernah aku lihat. Karna aku ada pada saat itu. Gol yang masih kuingat saat bermain futsal dengan anak TKR dilapangan futsal gambir baru. Saat itu skor sudah imbang. Waktu menunjukkan tinggal tiga menit lagi. Kesalahan nasrul dalam mengantisipasi lawan, membuat gawang bergetar. Dan tim kelasku tertinggal. Gol dari tuhan terjadi. Baru beberapa detik bermain. Imam itulah temanku yang mencetak gol dengan gaya tidurnya. Sambil terjatuh ia mencetak gol. Itu sering dilakukannya saat itu. entah itu sengaja kebetulan atau dia adalah malaikat dalam tim kelasku. Dia penyelamat timku saat itu. Hasil imbang sudah cukup untuk tim kelasku. Jika kalian ada saat itu, pasti akan takjub melihat gol dari temanku itu. Terima kasih imam, kau sudah menemukan dirimu pantas berada didalam kisah hidupku, masa saat kita bersatu bersama dalam kibaran bendera putih abu abu.
Liburan telah selesai. Masuklah semeter akhir ditahun ketigaku bersama putih abu abu. Ku gugup tidak berdaya harus sebentar keluar dari zona masaku diputih abu abu. Sebelumku jauh meninggalkan kisahku bersama putih abu abu. Mari kita absen kehadiran teman temanku yang sudah pernah aku sebutkan, meskipun hanya nama samaran saja.
Acong itu Akbar Maulana Prasetiawan
Yuda itu Ecky Prayudha
Yogi itu Prayogi Al Hady
Hady itu Hady Ilham
Azis itu Muhammad Azis
Imam itu Muhammad Imam Sirait
Indra itu Indra Tribuana Putra
Hakim itu Hakim Irwandi Marpaung
Bend itu Chairunnas
Nasrul itu Nasrullah
Maul itu Maulana Rais
Fahmi itu Fahmi Aswad Ritonga
Fikri itu Fikri Abdur Rahman
Dedek itu Dedek Irwansyah
Putra itu Putra Ris’ya Islami
Andik itu Suhandi Firmasnyah
Jo itu Johan Partama
Ismail itu Muhammad Ismail Siregar
Angga itu Angga Pradika
Dia itu sahabatku
Maaf jika aku adalah salah ketik nama, itu adalah nama yang selalu hidup didalam hatiku hingga ku kembali menuju surga. Maaf juga jika ada namanya yang harus tidak ku tulis. Kenangan masa itu membuat aku lupa semua kenangannya. Maaf teman, bukan ku maskud tidak menulis namamu, itu adalah catatan kecilku untuk masa lalu. Kalian tetap menjadi darah dan oksigen dalam pertemanan masa putih abu abu. Mari kita ingat lagi masa putih abu abu.
Saat itu sudah masuk pelajaran lainnya setelah mata pelajaran penjas. Namun tidak tahu kenapa, guru tidak kunjung datang ke kelas. Akhirnya kelasku pun meriah tidak masuk guru. Ada yang nyanyi sambil bermain gitar. Itu dia angga. Seorang teman yang jago bermain gitar. Sedikit hitam tapi tetap menawan hati wanita. Senyum cengir cengirnya itu yang susah untuk dilupakan. Hebat dalam bermain futsal untuk tim kelasku. Aku ingat hari itu, saat angga bermain gitar dan diiringi suara merdu indra. Bernyanyi untuk sang kekasih juga teman kelasku. Disini aku tidak akan menulis siapa kekasihnya. Soalnya aku tidak bagus dalam menilai perempuan. Ahh.. aku sudah lupa lagu apa yang dinyanyikan saat itu. Ada juga sedang melukis peta sumatera dan jawa. Sang pelukis ternama dari kelasku sebut saja Fahmi. Hanya butuh sepuluh detik, dia mampu melukis peta sumatera dan jawa dengan baik. Mau tahu kalian semua. Melukis sambil keadaan tertidur. Wah.... Amazing brother.
“Woi... Lihat ada pelukis hebat” ucap dedek sedang berjalan kedepan kelas
“Mana ?” tanya acong
“Ini.... “ ucap dedek menunjukkan fahmi yang masih tertidur
“Mana....” Azis berlari dari bangkunya
“Ikut.....” sahut imam yang juga ingin mengetahuinya
“Aku juga....” ucap Yuda yang ikut berlari bersama imam
“Aku aja...” Yogi mengangkat kepala fahmi masih dalam keadaan tertidur
Cairan tinta lukisan yang masih bisa kami lihat saat itu. Keluar menetes dari sela sela mulutnya. Agak sedikit geli sih melihat kejadiaan itu. Itulah fahmi sang kreator pelukis andal dari kelasku. Diluar kelas, sahabatku dan hady saling lemparan buah kecil yang tumbuh didepan kelas. Entah apa awal mulanya, saling lempar satu sama lainnya. Itu hanya candaan mereka saja tidak serius untuk melukai. Kena sekali kepala hady, merasakan kesakitan dia membalas namun tidak kena tepat sasaran. Kembali melempar, tapi itu adalah akhir ceritanya. Sahabatku melempar dengan lesatan bagaikan petir menyambar. Tapi sedikit dorongan angin berakibat fatal. Kena wajah sang guru yang sedang asyik menelepon didepan pintu kelas.
“Aduh... “
“Gawat ni” Sahabatku berlari ke kantin
Sedangkan hady berlari masuk kedalam kelas. Penglihatan sang guru sangat jelas. Guru melihat hady berlari masuk kedalam kelas. Tapi guru yang baik hati tidak melakukan apapun saat setelah kejadian itu. Sang guru kembali masuk kedalam kelas.
AH... Kenangan yang menyenangkan saat saat dalam keadaan seperti itu. Ku ingin sekali saja kembali tapi itu tidak akan terjadi masa lalu adalah kenangan sedangkan masa yang akan datang adalah sebuah harapan. Jam sudah pukul sembilan malam. Ku terus melanjutkan cerita ini dikamarku. Ku ingat kepingan masa putih abu abu. Waktu itu saat selesai upacara bendera. Namun untuk semua laki laki tidak dianjurkan untuk keluar dari barisan. Akan diadakan razia rambut massal.
“Gimana bend ?” sahabatku berbisik kepada bend.
“Apa ya ?” tanya bend
“Kita cabut dari sini” jawab sahabatku
“Apa yang kalian bisik bisikkan ?” Acong bergabung
“Cabut dari sini” jawab bend dengan nada datar agar tidak kedengaran
“Ayoklah. Apa lagi” ajak acong
“Ajak yang lain lah” ucap sahabatku berbisik kepada acong
Setelah perbicangan itu, acong dan sahabatku beraksi. Setiap teman diajak untuk kabur dari barisan. Banyak teman yang setuju, namun ada beberapa orang teman yang tidak mau ambil resiko itu.
“Ayoklah...” ucap azis sedang merapikan dasinya
“Sebentarlah zis. Lihat situasinya dulu” sahut yogi
“Uda gak sabar ya” ucap angga sedang merapikan tali sepatunya
“Gimana bend ?” tanya hady
“Ya udah” jawab bend dengan sambil berdiri
Sahabatku dan annas pergi duluan, kemudian berangsur angsur berlari dari barisan dihalaman sekolah. Kejadiaan itu tidak disadari oleh semua guru. Berkumpul dikantin belakang sekolah.
“Gimana aman zis ?” tanya acong sedang melihat azis baru tiba dikantin
“Aman” jawab azis sedikit letih karena harus berlari secepat mungkin
Rencana itu akhirnya tercium aromanya oleh salah satu guru kejuruan. Sebut saja Pak Fahmi. Informasi berasal dari teman teman sekelasku yang tidak ikut lari dari barisan. Kedua guru itu tetap menanti kehadiran kami yang kabur dari dalam barisan.
“Gimana bend ?” tanya sahabatku saat sudah mengetahui informasinya
“Aku gak tahu” bend sedikit bingung
“Kau tahu dari mana ?” tanyaku
“Dari si azis. Katanya Pak Fahmi sama Pak Irianto sudah nunggu kita didepan kelas. Mereka akan terus menunggu kita” jawab sahabatku
Sebagian dari kami merelakan untuk kembali kedalam kelas, tersisa ada enam orang kalau tidak salah aku, sahabatku, bend, yogi, jo, dan ismail yang tetap dalam pendirian untuk tidak kembali kekelas. Aku dari kejauhan melihat teman temanku dipangkas didepan kelas.
“Hai... Ngapain kalian disitu, sampai kapan ?” ucap Pak Fahmi dari depan kelasku setelah mengetahui keberadaan aku dan teman temanku
“Gimana bend ?” tanya sahabatku
“Aku gak tahu” jawab bend dengan santai
“AHH... Jadi apa yang kau tahu ?” tanyaku
Aku dan teman temanku akhirnya berjalan ke kelasku. Menerima semua resikonya atas perbuatan kami. Menurutku aku harus bersikap bertanggung jawab seperti laki laki sejati. Rambutku seperti digigit tikus, cobel tidak karuan, menyesal tapi sudahlah itu masa masa yang paling kusenangi saat melakukannnya. Aku melihat sahabatku dan bend enggan berjalan kelas. Mereka kukuh dalam pendirian, mereka kabur dari pandangan mataku. Ternyata mereka berdua berlari ke parkiran sekolah.
“Mereka sudah menyerah” ucap sahabatku duduk disalah satu sepeda motor
“Biarin ajalah” jawab bend sedang bersandar disalah satu sepeda motor
“Kita kesana juga ?” tanya sahabatku
“Menurutmu gimana ?” ucap bend
“Tapi Pak Fahmi masih didepan kelas. Sampai kapan kita harus begini ?”
“Kita balik aja” ucap bend melihat kelas dari parkiran
“Serius bend” Sahabatku turun duduk dari sepeda motor
“Iya. Nanti makin habis rambutku kalau lama ke kelas” ucap bend
“Okelah” sahabatku mulai berjalan ke kelas
Sahabatku dan bend berjalan dari parkiran. Suara langkah kaki mereka terdengar oleh Pak Fahmi yang masih berdiri didepan kelas. Pak Fahmi melirik kearah sahabatku dan bend yang sedang berjalan.
“Nah.. gitulah baru siswa smk” ucap pak fahmi
“Siap siap bend” ucap sahabaku berbisik
“Pasrahkan aja” kata bend
“Jongkok kalian” Ucap pak fahmi melihat sahabatku dan bend sudah berada didepan kelas. Akhirnya dengan jiwa yang besar. Dihari itu adalah hari dimana Botos sedunia, botos ialah botak plontos. Keesokkan harinya, semua teman temanku memakai topi berjalan masuk kedalam kelas. Tertawa bareng melihat semua kepala seperi lampu bercahaya. Kalau terkena matahari pasti akan terus bersinar memantulkan cahaya.
“Kalau mati lampu dirumah, ga susahkan” ucap sahabatku
Semua teman temanku tertawa
“Tapi kayak tuyul kalau jalan sendirian digelap gelapan” ucap angga
“Yah, itukan kau. Uda botak itam lagi” sahut hakim
Semua didalam kelas ikut tertawa
“Makjang main fisik dia” ucap azis masih terlihat sisa tawa
“Siapa zis ?” tanya imam
“Si bendol” jawab sahabatku
Semua ikut tertawa
“Siapa bendol ?” tanya indra
“Si hakim” jawab dedek
Semua teman temanku ikut tertawa
“Gak lucu” ucap andik sambil berdiri diatas bangku
“Kenapa ndik ?” tanya imam sedikit terkejut
“Si hakim gak ngaku, coba tanya dia dulu” jawab andik
“Inikan uda bendol sih, cabi banget” dedek menyentuh wajah hakim
Aku dan teman temanku tertawa
Hari itu ku sangat bahagia, maaf teman. Aku hanya ingin mengungkapkan kepada dunia bahwa kita dulu pernah muda dan dulu kita pernah merasakan masa putih abu abu. Dulu, aku bahagia sekali bisa bersekolah bersama kalian semua. Dimana kita bercerita sebuah kebahagiaan, bercerita kalau dulu kita pernah saling mengenal, pernah bercerita kalau kita pernah sekolah. Walaupun hanya sesaat bersama kalian semua, aku akan selalu berharga dan aku akan menantikan lagi saat aku dan kalian semua bisa bercerita bersama seperti dulu, mungkin itu adalah harapan yang tidak berujung setidaknya itulah harapanku. Biar pun tidak terjadi tapi aku tetap punya kalian untuk selamanya, terima kasih untuk semuanya. Aku atas namanya putih abu abu akan selalu ingat siapa kalian. Ku ingat juga saat dimana aku dan hakim memiliki silih pemahaman. Ini ceritanya.
Waktu itu, aku sedang duduk menanti Pak Nuriayadi masuk kedalam kelas. Hari itu adalah hari jum’at. Aku memperlihatkan sebuah photo kepada teman temanku.
“Ih... kayak si hakim” ucap dedek
“Abah... iya aku percaya” sahut sahabatku
“Hakim kok jadi begini ya” kata azis saat melihat photo
“Apa tuh...” Hakim memaksa untuk melihat photo dismartphoneku
“Apalah kau kim, bukan kau. Orang ini bercanda” jawabku
“Gak percaya aku” ucap hakim memadangku dengan mata tajam
“Kalau iya kenapa ?” tanyaku
Aku langsung meletakkan handphone diatas meja. Ku dorong hakim ke sudut kelas. Namun teman temanku menahanku. Sialnya, acong menahanku bukan menahan hakim yang dengan mudah menyerangku, namun aku masih bisa melawan dan memukulnya, aku bisa menahan semua serangan yang menyerang wajahku. Tapi itu berakhir diruangan BP. Saat Pak nuriayadi masuk kedalam kelas dan melihat pertengkaran aku dan hakim. Disaat sudah berada didalam ruangan BP, hakim mendapatkan pembelaan dari beberapa guru. Aku sadar karena ayahnya hakim kenal beberapa guru disekolah.
“vin....” Hakim mengejarku
“Ada apa lagi. Uda puaskan kau didalam tadi” ucapku sedikit marah dan kesal
“Maafkan aku” Hakim mengulurkan tangannya
“Apa ini ?” tanyaku melihat hakim
“Aku minta maaf ya” ucap hakim
“Iya....” Ku berjabat tangan dengan hakim
Itulah aku saat masih berada masa putih abu abu. Banyak lagi kisah yang ingin aku tulis, tapi aku sudah lupa diamana dan kapan tepat kejadiaan itu. Ku ingat lagi saatku meminum jus yang sudah ku buat tadi sebelum sholat isya. Ku melihat hari ini masih tanggal 15 April 2018. Melihat keatas meja belajarku. Jam 10 malam. Itu berarti ku percepat menulis kisahku.
Ini kisahku
Tiga minggu sebelum ujian nasional. Hari itu bel sekolah sedikit cepat berbunyi dan pertanda akan pulang. Dikarena akan diadakan Tray Out untuk ujian nasional yang diadakan sekolah.
“Kau gak ikut ?” tanya putra sudah berada diparkiran sekolah
“Gak lah aku disini aja” jawab dedek
“Mana kunci ya ?” Bend meminjam sepeda motor dedek
“Ini bend” Dedek memberi kunci sepeda motornya
Aku masih ingat hari itu, tepat jam 12 siang. Aku, putra, bend dan sahabatku pergi sebentar keluar sekolah menuju kost putra yang berada tidak jauh dari sekolah. Masuk kedalam kost. Kamar yang menuturku agak sedikit kecil dan sempit tapi tak sesempit dan sekecil kehabagiaanku saat itu. Mulai asap menyelimuti didalam ruangan kost. Ibu kost menyadari akan hal itu. Aku melihat putra mengambil beberapa buku tulis dari dalam tasnya dan memberi kepada sahabatku dan kepada bend.
“Ini... Cepat kita kipas biar hilang asap rokonya” ucap putra
“Buka dulu jendela kamar kostmu” ucap bend mulai mengipas buku
“Iya...” Putra membuka jendela kamar kost
Saat asap rokok sudah menghilang dari dalam kamar kost, Ibu kost mengetuk pintu kamar. Dibuka dan Ibu kost melihat aku dan teman temanku.
“Kalian merokok disini ?”
“Tidak Bu...” jawab putra
Saat Ibu kost pergi, kami bersiap siap untuk keluar dari dalam kost. Pergi menuju pinggiran sungai yang berada tidak jauh dari sekolah. Dan dihari itu juga aku akan mengatakan sama kalian semua.
DON’T TRY AT HOME
Aku saat itu dibonceng sama bend. Menaiki sepeda motor dedek yang sudah dipinjam diparkiran sekolah. Awalnya aku berhasil menahan laju standing bend. Sepeda motor melaju kencang dengan posisi berdiri. Untuk percobaan kedua, saat itu aku terlambat menurunkan kakiku hingga kedua lutuku terseret dijalan. Luka dan berdarah itu sudah pasti. Lepas kendali, bend dan aku melompat dari sepeda motor. Berjalan laju dan akhirnya jatuh kedalam parit besar dipinggir jalan. Saat sudah diangkat sepeda motonya, posisi stang sudah patah.
“Gimana bend ?” tanyaku
“Lebih baik kita ke sungai dulu” jawabnya
“Ngapain lagi ?” tanyaku
“Lah... Makan sianglah. Ini urusannya nanti” jawabnya berjalan meninggalkan sepeda motor dipinggir jalan. Sepulang makan dipinggir sungai. Kami kembali ke sekolah.
“Dek....” ku teriak saat melihat dedek sedang asyik mendengarkan musik
“Apa ?” jawabnya dari kejauhan
“Sini dulu” ku teriak kencang
“Iya....” Jawabnya sambil berjalan mendekati aku
Dedek berjalan menghampiri kami diparkiran sekolah. Aku dan teman temanku menjadi membisu tidak tahu apa yang ingin dikatakan.
“Ada apa ?” tanyanya
“Ini ....” Aku melihatkan sepeda motor miliknya
“Kenapa bisa begini ?”
“Tadi aku sama si bend jatuh” jawabku
“Dilas aja dek. Kita bawak ke bengkel permesinan” ucap sahabatku
“Ya udah. Kita bawa kesana aja. Nanti keburu dimulai” ucap dedek
Selesai Try Out ujian nasional. Dedek bisa membawa sepeda motornya pulang dengan keadaan selamat, namun aku dapat kabar sepeda motornya dijual saat dia sudah kuliah dijawa. Sebuah tinta kenangan dimasa putih abu abu. Katanya tanpa nama maka tak sayang, bagiku itu tidak perlu, kenangan masa sekolah dulu tidak punya nama, Cuma hanya ada sebuah hiasan senyuman yang merekat setiap bisa bersama mereka. Saat terakhir bersama mereka, membuat aku dilema merasakan kehilangan tawa itu apa dan bahagia itu apa. Karena aku menemukan saat aku dan kalian masih bersama, merangkul tangan dan berjalan bersama matahari, untuk satu kata TKJ. Selamat tinggal masa putih abu abu, selamat tidur kenanganku, itulah aku dan putih abu abu.