Masih teringat disaat itu aku sedang duduk manis menghadap laptopku. Sebuah alat untuk mengungkap rahasia yang pernah aku jalani. Aku tersenyum walaupu jari jemari masih bernyanyi diatas keyboard laptop. Ahh.... mustahil aku bisa mengulang hari hari itu. Mungin kebanyakan orang mengenang kisah masa lalu dengan menulis dibuku diary atau didalam hati. Tapi tidak untuk diriku. Ku simpan kenang ditempatnya masing masing. Maksudnya dimana lokasi dan tempat peristiwa masa laluku sudah terjadi. sebuah tinta cerita yang susah untuk dilupakan atau mungkin mudah untuk dikenang, aku biarkan bersemayam ditempatnya sendiri. Banyak lokasi dan tempat kejadian dan kenangan terindah masa laluku. Perlahan isi pikiranku menjawab semua teka teki dimana lokasinya. Sampai juga aku menggunakan aplikasi maping. Ya. Pasti pake google maps. Dari aplikasi itu aku menelusuri semua kenanganku. Berharap sejuta kenangan tertulis.
Mungkin belum kenal dengan namaku kan. Baiklah aku akan memperkenalkan nama daku.Namaku Kevin. Teman teman sekampungku sering memanggil nama itu. Kalau mau tahu asli namaku dicek aja di KTP ataudicek SIM ku aja ya. Sebenarnya aku mulai ngawur menulis cerita ini. Disaat aku mengenang masa sekolah dulu. Dimasa dimana saatnya aku masuk sekolah baru. Sekolah menengah pertama salah satu dikota Tanjung Balai. Kota Tanjung Balai terletak dipesisir selat malaka tepatnya di provinsi sumatera utara. Dulu masih kecilku kalau mau ke kota Medan harus menempuh waktu sekitar empat jam bahkan bisa lebih.
Sebenarnya aku lahir bukan tinggal dikota ini. Aku teringat sahabatku bertanya kepadaku. Disaat aku dudung bareng dialun alun kota kisaran. Nah kota itulah kota kelahiranku. Kalau tidak salah dari kota medan ke kota tanjung balai harus melewati kota kisaran baru nyampelah dikota kerang istilah kota tanjung balai. Aduh jadi ngawurkan ceritanya. Baiklah.... Kita kembali dimana sahabatku bertanya kepadaku.
“Vin...”
“Iya.... “ jawabku
“Teringatnya kau lahir dikota tanjung ya ?”
“Gak ah...” jawabku sedikit meliriknya
“Jadi lahir diamana kau ?”
“Disini....” kujawab
“Apah disini..... Di alun alun maskud mu”
“Hahaha.... Tidaklah... Maksudnya lahir di kisaran” ku jawab sedikit tertawa kecil karena melihat wajah sahabatku bingung.
“Kok bisa tinggal ditanjung ?”
“Kalau itu aku kurang tahu. Kata Ibuku, kami pindah ke tanjung saat aku sudah berusia enam tahun “ ku jawab
Usia enam tahun aku masuk sekolah dasar. Sd ku tidak jauh dari perkarangan rumahku... AH... maksudku tidak jauh dari rumahku. Nah macam itu aku maksud lay. Uda kayak orang batak aja ya. Maklum aku masih mengalir darah batak dari ayahku. Berarti aku kelahiran darah batak. Mana suaranya... Horas..... Hehehe hanya Cuma menyapa saja tidak lebih kok. Kita kembali ke cerita. Dan kata sahabatku itu aku adalah leboy yang insaf. Ada ada aja ya. Tapi itu kebenaran hanya aku dan sahabatku yang tahu. Dia sahabatku juga pernah mengatakan, bahwa aku adalah si tampan yang terluka. Entah apa maskud kata katanya itu. Iya, harus aku akui aku pernah terluka saat wajah tampan ini melukiskan kesedihan kepada seseorang. Yang kata sahabatku itu dia adalah malaikat dari surga yang turun dikehidupanku. Tapi teringatnya saat saat ini dia pasti sudah wisuda. Mungkin sebentar lagi mau nikah. Jalanku dan jalannya tidak lagi sama. Lupakan sajalah. Ini pelajaran hidup yang berarti. Dan yang ada dihatiku sekarang akan aku jaga 24 jam. Jika ada yang melukai kekasihku yang sekarang, kalian siapapun itu cepat hubungi 911.Kalau nomor whatsapp aduh janganlah. Nanti makin berabek ini cerita.
Ku ingat tanggal lahirku. Ku ingat dimana aku lahir. Nah, aku ingat sekarang. Aku lahir diperlak tempat tidur. Bulan lahirku bulan kelima. Ditanggal 25 dan tahun 95. Kata Ibuku, saat aku sudah terlahir dunia ini aku bernanyi lagu dangdut dicampur musik jazz. Hahaha.... ada ada aja ibuku. Setahuku kalau bayi baru lahir pasti ketawa ketawa, kaki jingkrak jingkrak seperti ingin menendang nendang. Kata ayahku saat melihat aku baru lahir, aku mirip leonardo de carpio saat masih muda. Masih saat dia main film tetanic kata ayahku itu ya. Kalau kata ayah kalian apa... Hehehe.....Percaya atau tidak. Aku dari lahir memang dianugrahi Tuhan dengan wajah paras nan tampan. Ketampananku mengalir deras seperti air terjun tidak akan habis dimakan waktu. Walau pun tua nanti sudah tiba. Ketampananku akan masih terlihat. Ehh.. terlihat di photo yang akan aku pajang didinding rumahlah. Masak iya uda tua pun masih tampan. Masihku ingat dunia selalu bersahabat denganku sampai aku wisuda. Tapi apakah duniaku bisa bersahabat dengan akhiratku nanti ?
Aku juga masih teringat sahabatku bercerita kepadaku. Disaat itu sudah masuk bulan ramadhan tiba ditahun 2014. Disaat saahabatku pulang sholat terawih berjamaah dimasjid.
“Nanti kau akan bertemu dengan malaikat”
Aduh aku mendengarkannya sedikit tersentak hati ini. Kenapa ya sahabatku berkata kepadaku. Ada yang bisa menjawabnya. Kalian semua bisa kirim ke email yang aku tulis. Sitampanterluka@insaf.com. Ayo keburuan gratisan ya akan habis. Banyak diskon udah mau lebaran ini. Ayo, serbu ya.....
Sahabatku melanjutkan ucpanya “Malaikat itu berbeda dengan malaikat yang kita sudah kenal. Dia malaikat yang akan mengajari apa tujuan hidup. Sebuah jembatan menuju surga”
Aduh, aku makin bingung mendengarkannya. Aku takut kalau cerita malaikat. Soalnya kalau malaikat penyabut nyawa yang akan aku temui. Alamak jank, apa jadi ya.... Siapa yang menulis kelanjutan cerita ini. ndak mungkin sahabatku dan ndak mungkin juga malaikatkan. Ah, sudahlah itu bukan urusanku. Kalau mau mati ya mati sih. Jadi untuk apa juga menakuti kematian. Karna menurutku kematian awal menuju kehidupan yang sebenarnya bukan akhir dari segalanya. Kata kata itu sering aku dengar saat ustadz berceramah dimimbar masjid saat sholat juma’at.
Baiklah aku akan melanjutkan cerita ini. Aku masih duduk santai didalam mobil sekarang. Menuju kota Medan. Masih ku pangku laptopku diatas pahaku. Apakah alam mengetahui cerita ini ya? Itu pikirku saat melihat hujan mulai turun deras. Aku menyadari seseorang hadir didalam hidupku. Saat perkataan sahabatku itu sudah berjalan satu minggu. Dia malaikat hati. Bersemayam didalam hati. Tapi sayang sekali. Kenapa malaikat yang ada didalam hatiku pergi entah kemana. Dulu malaikat hatiku selalu bersemi.Namun musim kemarau berkepanjang membuat daun daun hijaunya yang halus dan lembut itu menjadi daun daun berwarna kecoklatan dan sedikit sudah mengeriput. Dan aku teringat ucapan sahabatku. Katanya kalau ingin bersemi kembali malaikat hati, aku harus bersabahat dengan FirmanNya, agar aku bisa merasakan keindahan dunia seperti disurga. Karena kata sahabatku itu, keindahan adalah titik nol kebahagiaan. Yang masih ku ingat jelas lagi kata sabahatku, jagalah malaikat hati dengan sentuhan firmanNya agar dunia bisa bersahabat dengan akhirat. Karena surga ada diantara dunia dan akhirat sedangkan neraka ada dibawahnya itu ucapan sahabatku.
Sekitar empat jam. Aku dan keluarga tiba dikota Medan. Dikota ini aku tinggal sekarang. Kepindahanku adalah lanjutan ceritaku. Sebuah rahasia dan akan menjadi rahasia jika belum dijalani. Hanya iklhas yang bisa berteman dengan hati, itu juga kata sahabatku. Masih aku ingat, tepat hari ini tanggal 15 April 2018. Aku pindah ke kota Medan. Tinggal diperumahan milik keluargaku. Perumahan ini sudah lama dibeli tapi jarang ditempati. Lampu orange dilaptopku menjadi jawaban aku harus hati hati. Maklum mungkin waktunya laptopku istirahat sejenak. Untuk memulihkan tenaganya. Ku tutup layar laptop. Ku turun dari mobil. Ku hirup udara segar kota ini. Bertahan disatu kata “kembali”. Ku melihat rumah yang ada tepat didepan rumahku. Malaikat hatiku pernah ada didalam rumah itu. Kapanpun aku akan mengingat masa lalu karena tanpa masa lalu aku tidak bisa ke masa sekarang dan tanpa masa sekarang aku juga tidak bisa ke masa yang akan datang. Masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang selalu menjebakku dan harus ku jawab dalam teka teki tangga nada hidup ini.
Sepintas terlihat seseorang dari atas rumah itu. Melihatku dan tersenyum manis. Kalian tahu, itulah kebahagiaan. Tapi itu hanyalanku saja. Teringat aku kembali pertama kali aku melihat dan bertemu saling sapa. Malaikat hati menyapa. Membersihkan noda noda hati. Kalian tahu ndak, aku malah tersenyum sendirian gitulah. Biasalah kalau kalian mengalami hal sama katakan saja iya. Biar cepat ceritanya. Kulanjutkan ceritaku. Aku berjalan masuk kedalam rumah baruku. Baru untuk menjadi tempat tinggal selamanya, kalau cerita baru ini rumah sudah lama dibeli. Berharap pintu terbuka. Ahh... halayanku benar kawan. Pintu rumah terbuka. Pintu mulai bercahaya. Aku pun terkejut melihat malaikat hati ada didepan mataku. AHH.... Sial kawan, itu lampu senter yang memantulkan ke mataku. Malam itu lampu padam didalam rumah. Eh... teringatnya malam itu listirk belum dibayar.Ku tersenyum kecil. Bersama Ayah, aku menemani mencari pembayaran token listrik.
Setelah membayar token listrik. Aku dan ayah berjalan melintasi jalan mansyur. Mau masuk jalan jamin ginting. Aku melihat sebuah kampus ternama dikota ini dan dipulau sumatera. Ku ingat malaikat hatiku pernah bercanda tawa bersama teman temannya dikampus itu. Lelah hati ini memikirkan dirimu. Aku tahu aku tidak seperti yang kamu inginkan, ku sadar ku menyakitimu, lelah hatimu untuk menyakini hatiku itulah yang aku pikirkan saat aku melihat kampus itu. Ku meraba sepanjang tanganku masuk kedalam tas kecilku. Ku melihat sebuah hadiah dari malaikat hati. Sebuah smartphone berlogo buah apel digigit tikus sih. Ahhh..... Ingatku saat malaikat hati memberi ini. Ku melintasi jalan yang aku lupa sih. Melihat salah satu rumah makan dipinggir jalan itu. Teringat saat bongkahan hati milik malaikat hatiku diberi untuk menyempurnakan hatiku. Ini semua ide kreatif dan inovasi sahabatku. Semuanya terjadi dari sahabatku tapi bukan berakhir dari sabahatku melainkan diriku yang hanya memiliki sebongkahan hati saja saat ini. Kata kata yang menghayutkan dari sahabatku membuat jati diriku memberanikan malaikat hati bersemi didalam hatiku. Tanpa sahabatku aku bukan siapa siapa dan tidak akan menjadi siapapun. Terima kasih sahabatku yang sudah jauh untuk ku temui sekarang. Teringatnya saat wisuda, aku baru sekali bertemu lagi dengan sahabatku, dia sahabatku yang sekarang ini kabarnya lagi sibuk menulis naskah yang akan dikirim ke penerbit. Semoga rahmatNya selalu bersama sahabatku. Dia sahabatku juga masih melamar kerja. Tapi ku dengar kabar angin, sahabatku masih fokus menulis. Katanya menulis itu sudah panggilan jiwanya dari sejak kecil. Sejak masuk sekolah dasar, sahabatku sudah rajin menulis nulis gitulah. Dia sahabatku berkata kepadaku panggilan jiwa menulis yang ia alami seperti panggilan suara adzan.Ku bangga dan salut punya sahabat seperti dia. Selalu menginspirasi. Aku sudah terlalu banyak belajar dari ucapan dan tingkah lakunya. Sahabatku pernah bercerita kepadaku, sholat itu perlu keiklhasan Karena Allah ada didalam hati. Hanya perlu hati untuk menjaga seluruh tubuh ini.
Yang heran lagi. Saat sahabatku berkata kepadaku kalau dia menulis bukan untuk membuat naskah yang memiliki selling point ya itu istilah dari penerbit sihatau menulis cerita yang menarik, tidak juga mengutamakan keunggulan naskah. Dia sahabatku menulis untuk kenyamanan hati. Dia sahabatku lebih senang dan bahagia jika naskah yang ia tulis dibaca oleh para malaikat. Karna kata sahabatku malaikat hatilah yang mengajarkan cara menulis yang baik kepadanya. Ah... Lagi lagi malaikat hati. Apakah kalian tahu siapakah malaikat hati itu ? Jika kalian tahu kirim aja jawaban kalian teman teman di alamat emailku yang sudah aku tulis. Hehehe.......
Malaikat hati itu sampai sekarang menjadi tanda tanya besar didalam kehidupanku dan didalam hidup sahabatku. Dia sahabatku pernah berbisik kepadaku kalau tahapan malaikat itu ada dua, yang pertama malaikat cinta dan yang kedua adalah malaikat hati. Malaikat hati bisa menjadi malaikat cinta namun malaikat cinta tidak bisa menjadi malaikat hati. Rasa memiliki jika malaikat hati bersemayam didalam hati itu tidak bisa ungkapan lewat pesan messanger, hehehe.... Just kiding teman.
Tapi apakah yang sekarang aku akan masih bisa mendengarkan suara sahabatku lagi ? Tidak tahu apakah itu hanya koma dan titik. Yang penting satu hal yang ingin kuucapkan “Terima kasih sahabatku”. Biarlah dunia bercerita kepada siapapun tentang aku dan sahabatku sampai dunia membisu karna ikhlas menjadi teman hati. Sudah panjang kata sambutan cerita ini. Lebih baik dimulai cerita ini. Baiklah para pembaca, kisahku dan sahabatku akan dimulai. Jeng... Jeng ....Jeng.....
Pagi hari itu, Kota Tanjung Balai sangat cerah. Mentari sudah memberanikan memberi petunjuk bagi umat manusia didunia. Ibarat malaikat turun dari langit memberi anugrah kepada hambaNya. Tiupan angin tidak lagi menyejuk hati karna sudah berhubungan dengan asap asap kenderaan di jalan.
Terasa ingin segera sampai disekolah. Sambil menghidupkan vespa tua tahun 1950 an milik ayah. Ku cium wangi surga pada kedua tangan kedua orangtuaku. Meski hanya mencium tangan mereka namun aku sudah mengetahui bagaimana wanginya surga ciptaan Allah.
Alamat rumahku tepat berada dijalan MT Haryono dekat rumah sakit umum kota tanjung balai. Tak terasa akhirnya sampai disekolah. Dimasa itu aku masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Dimana masa kecilku mulai pudar menjadi kristal benih remajaku. Namun dihari itu setelah upacara bendera selesai tidak ada salah satu guru singgah didalam ruangan kelas. Ku dengar dari pembicaraan temanku, bahwa jam mata pelajaran pertama guru tidak masuk. Ku beranikan membuka pintu ruangan kelas. Bismilliah. Pelan-pelan ku melangkah keluar ruangan kelas.
Mau kemana kamu kevin.... Nanti kamu dilihat guru lainnya” saran zulham sedang duduk didalam ruangan kelas
Insya Allah tidak apa apa. Aku tidak bisa melupakanNya. Dialah Dzat yang pantas aku takutkan akan firmanNya” sahutku sambil tersenyum
Semoga Allah selalu melimpahkan berkah dan hidayah kepadamu” ujar zulham berjalan menghampiri diriku
Assalamualaikum....” ucapku dengan suara lembut
Waalaikumsalam.....” jawab ujar zulham
Ku berjalan santai melewati satu per satu ruangan kelas. Terlihat para pemberi ilmu sudah berada didalam seluruh ruangan kelas. Terlihat ada seseorang guru melihatku dan kubalas dengan sebuah senyuman.
Hai.... Mau kemana kamu nak ?” tanya guru dari dalam kelas
Saya sudah ingat jadwal saya, Pak” ujarku sambil tersenyum
Kalau boleh tahu jadwal apakah ?” Pak Guru sedikit bingung
Sebagai rasa syukur atas kenikmatan yang sudah ada, saya harus ingat jadwal saya pagi hari ini” ujarku
Baiklah.... Silahkan” ucap pak guru
Assalamualaikum” ujarku dengan suara lembut
Waalaikumsalam..” jawab Pak Guru
Ku melanjutkan perjalanan yang tertunda. Berjalan kearah Musholla. Air suci yang membasuhi wajah dan telapak tangan ini. Sembari berjalan masuk kedalam musholla. Perlahan lahan ku buka pintu musholla.
Bismilliah...” ujarku melangkah perlahan lahan masuk kedalam musholla
Ku angkat kedua tanganku menghadap arah kiblat.
Allahhu akbar.....” ucapku sembari mengangkat kedua tangan
Ku melakukan sholat sunnah taubat sebelum melaksanakan sholat sunnah dhuha. Aku ingat akan begitu banyak keikhlafanku, maka aku mengawalinya dengan sholat sunnah taubat.
Selesai dua rakaat menunaikan ibadah sholat sunnah taubat. Diriku melanjutkan ibadah sholat dhuha. Ku merasa ada malaikat dibelakangku. Ku pikir itu hanya khayalan semata namun ini benar adanya.
Assalamualaikum” ujarnya dengan kata lemah lembut sambil tersenyum kepadaku
Waalaikumsalam” jawabku sambil tersenyum
Tadi kamu sholat apa ?” tanya seorang gadis muslimah yang cantik
Saya tadi sholat sunnah taubat” ujarku dengan lembut
Apakah sepenting itu sholat sunnah taubat untukmu ?” tanya dia kembali
Seberapa penting itu pun saya tidak tahu. Yang saya tahu sebagai hambaNya yang lemah dan penuh keikhlafan maka saya melakukan sholat sunnah ini” ujarku dengan kata lemah lembut.
Ya sudah. Aku sholat sunnah dhuha dulu” ucap saya
Iya.. Silahkan” jawab gadis muslimah
Allahu akbar....” ku mengangkat kedua tangan mengarah kiblat
Setelah selesai menunaikan ibadah sholat sunnah dhuha. Aku terduduk sejenak. Gadis muslimah yang cantik terus memperhatikan diriku.
Apakah yang sedang dia lakukan ?” ujarnya dalam hati
Merapikan mukena putih miliknya dan berjalan keluar musholla. Sesekali ia mencuri pandangan melihat kedalam musholla. Namun terlihat aku hanya terduduk. Kemudian ku beranjak berjalan keluar musholla. Ku kenakan kembali sepatu.
Sedang apa kamu tadi ?” ujarnya tiba tiba ada disamping kananku
Jangan dekat dekat” kataku sambil terkejut melihatnya
Iya. Saya tahu. Kita belum muhrim kan. Hanya sebatas ingin bertanya saja. Tidak akan berlama lama berdua sama kamu” ujarnya dengan kata lemah lembut
Kamu udah selesai mengerjakan sholat sunnah dhuha” ucap saya
Iya..... Kenapa dirimu terduduk terlalu lama ?” Dia tersenyum melihatku
Saya hanya berzikir menyembut nama asmaNya” ku katakan dengan lembut
Nama asmaNya ?” ujarnya
Iya. Ya Rahman Ya Rahim” jawabku sambil tersenyum
Tapi nama asmaNya ada sembilan puluh sembilan. Kenapa kamu tidak melafadzkan semuanya ?” tanya dia
Keseluruhannya ada pada Ya Rahman dan Ya Rahim. Bukannya saya tidak mau melafadzkan semua nama asmaNya. Jika Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang kita lafadzkan pasti kita menemukan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Rezeki, jodoh, hidayah, dan apa lagi hingga kematian itu semua dari Ya Rahman Ya Rahim. Sebuah Dzat yang selalu ada didalam hati ini. Bukan hanya saya saja yang memilikinya namun kamu dan yang lainya semua hamba pasti memiliki kedua nama asmaNya itu” ujarku
Assalamualaikum....” ujarnya bergegas berjalan meninggalkanku dihalaman musholla.
Waalaikumsalam” ujarku sambil tersenyum
Ku berjalan bergegas menuju ruangan kelasku. Berharap guru belum ada didalam kelas. Perlahan lahan membuka pintu kelas, terasa lega saat melihat guru belum masuk kedalam ruangan kelas.
Ku berjalan dan duduk dibangku, duduk ku tepat disamping zulham. Dia adalah teman dekat sekaligus teman satu meja didalam kelas.
Assalamualaikum.... Wahai temanku” ujar zulham menghampiriku
Waalaikumsalam...” jawabku melihatnya sudah ada disampingku
Ada murid baru dikelas kita teman” ujar zulham sambil melihat kearah pintu kelas
Siapakah ?” tanyaku sedikit terkejut mendengarnya
Aku kurang tahu. Informasinya dihari ini akan masuk” jawab zulham yang masih melihat kearah pintu kelas
Sudahlah. Jangan kamu tunggu kehadirannya” ujarku melihat zulham
Dia pasti jelas akan masuk hari ini” jawab zulham
Iya dia pasti masuk hari ini tapi status dirinya belum sejelas akan firman firman Allah” ujarku sambil tersenyum melihat zulham
Kalau itu pun kita semua tidak ada apa apanya teman. Hanya Allah yang jelas akan firmanNya. Kita ini adalah bagian rencana dariNya” ucap zulham melihat diriku
Jadi kenapa kamu begitu mengharapkan kehadirannya sudah pasti akan masuk tapi kenapa yang paling pasti sudah tentu ada kenapa dihiraukan temanku ?” tanyaku
Semua itu adalah panggilan DariNya untuk hambanya. Sebuah cinta kasih sayang kepada hamba hambanya. Itulah yang aku ketahui yang ku sebut sebuah kemurniaan cinta. Kamu pasti sudah tahukan dimana kita bisa menemukan dan merasakan keutuhan dalam cinta” ujar zulham dengan lembut
Saat sujud kepadaNya” jawabku
Menurutku cinta itu indah. Cinta tidak ada luka dan cinta itu tidak rumit. Sesungguhnya hanya keimanan kita saja yang goyah akan dunia yang fana ini” ucap zulham dengan sikap yang tenang
Sebenarnya bukan dia yang ku tunggu kehadiran didalam kelas. Tapi aku bahagia jika saat ini masih ada sang hijab lantunan syahadat” kata zulham melihatku
Sang hijab lantunan syahadat ?” tanyaku
Iya. Mereka adalah jembatan surga. Jika mereka kita sentuh dengan FirmanNya dan sabda utusanNya. Maka dunia akan berteman dengan akhirat” jawab zulham sedikit senyum kecil
Dia....” ucap farhan melihat ke pintu kelas
Alhamdulliah Ya Allah. Engkau selalu jaga kesuciaan dan keindahannya didunia ini. Dialah jembatan surga” ucap zulham melihat seorang gadis muslimah berjalan masuk kedalam ruangan kelas.
Assalamualaikum...” ucap Pak Guru berjalan bersama seorang muslimah
Waalaikumsalam...” jawab seluruh murid didalam ruangan kelas
Perkenalkan ini teman baru kalian” ucap Pak Guru berdiri disampingnya
Assalamualaikum...” ucapnya
Waalaikumsalam...” jawab seluruh murid didalam ruangan kelas
“Nama saya adalah hamba Allah. Seorang muslimah. Semoga kita masih dan terus berada pada rahmatNya dan lindungiNya”
“Amin Ya Allah” ucap seluruh murid
“Maaf Pak. Sudah menganggu. Dia duduk dibangku saya saja. Bangku disekolah inikan sudah terpakai semuanya” ucapku sambil berdiri
“Kamu benar nak. Baiklah gimana nak ?” Jawab Pak guru
“Terima kasih” ucapnya
“Silahkan duduk”
“Tunggu dulu wahai hijab lantunan syahadat. Tidak mungkin hanya temanku yang memberi indahnya kebahagiaan. Aku akan melakukannya juga” ucap zulham berdiri dan terlihat ia berhenti sejenak.
“Hei.... Apa yang akan kau lakukan teman ?” itu tanyaku sambil berbisik
“Tidak mungkin kita duduk bedua duaan dalam satu meja. Aku tidak mau menghapus keimananmu, aku pasti tahu kamu selalu berkata jomblo sampai sah kan” ucap zulham dan mengambil tasnya. Aku juga ikut mengambil tasku juga. Mempersilahkan dirinya untuk duduk.
Lega rasanya melihat sang hijab lantunan syahadat berada dihadapan tatapan mata ini. Gelora keimanan merangsang hati ini. Terlihat dari pandangan mataku, dia memilki wajah nan indah. Pastiku mengetahui rahasianya dibalik indah wajahnya. Dia pasti tidak lepas dari air wudhu dan selalu bersujud kepadaNya.
Kali ini dunia pertama kali mempermainkan diriku. Itu hanya khayalanku saja. Ya. Emang iya aku rajin sholat taubat dan sholat dhuha. Tapi sang hijab lantunan syahadat saat itu hanyalah khayalanku saja. Disaat aku membuka pintu ruangan kelas saat sepulang dari musholla. Dimulai hari itu. Kukatakan yang sebenarnya bahwa zulham memang nama teman sebangku dulu saat masa masa smp. Itu belum waktunya aku dan sahabatku bertemu saling sapa. Disaat itu juga waktu hanya tersenyum dari kejauhan melihat sahabatku itu berada tinggal dikota kisaran. Tidak jauh ke kota kisaran dari kota tanjung balai. Mungkin sekitar 30 sampai 45 menit.
Sahabatku juga bersekolah disalah sekolah favorit dikota kisaran. Tapi dunia sudah lama mempermainkan iramanya kepada sahabatku. Dulu kata sahabatku, disaat selesai ujian nasional tingkat sekolah dasar. Sahabatku percaya bahwa nilainya akan baik baik saja, maklum dia adalah kebanggan sekolahnya dulu. Mencetak sejarah dalam kelangsungan sekolahnya. Juara ia bahwa untuk mengharumkan nama sekolah. Tapi nilai ujian nasional melilit leher bagaikan bergantung diranting pohon yang lapuk. Namun sekali lagi malaikat hati meraih tangan sahabatku hingga dunia makin membisu, saat melihat sahabatku masuk ke salah satu sekolah menengah pertama favorit di kota kisaran. Tipis harapan untuk masuk ke sekolah yang diharapkan, tidak salah sahabatku berada di bagian akhir daftar siswa baru. Dibawahnya masih ada delapan orang lagi. Sebuah jerih payah namun tanpa keringat. Usaha sahabatku membawa nama sekolah hingga menjulang melebih gunung everst tapi ditenggelamkan sedalam palung mariana dilautan samudra pasifik.
Sudahlah... itu ucap sahabatku saat aku dan sahabatku mengenang masa lalunya disekolah dasarnya dulu. Dia sahabatku hanya membalas kenangan masa lalu dengan senyuman. Menebarkan keikhlasan yang sudah terjadi. Dia sahabatku berpikir ini salahnya bukan salah siapa siapa, bukan salah sekolah maupun dunia ini. Hanya kesabaran belum berjabat tangan dengan keikhlasan itu ucapnya.
Ku kembali melihat laptopku diatas meja belajarku didalam kamar. Terlihat lampu biru menandakan laptop siap. Ku kembali menghidupkan laptop. Ku tuangkan semua isi pikiranku tadi. Melanjutkan cerita ini. Ku selalu mengingat ucapan sebait kata dari sahabatku. Dia sahabatku pernah berkata kepadaku. Saat itu aku lagi selesai sholat zuhur, lalu aku menghampiri sahabatku yang masih duduk diteras rumah sambil menikmati lagu favoritnya, efek sampingnya aku juga suka menikmati lagu favoritnya. Pasti ada yang tahukan lagu dari Dhyo Haw yang berjudul Ada Aku Disini, nah itulah lagu favorit sahabatku. Dia sahabatku berkata, Bila hati sedang pilu harus mengadu kemana ?, aku terdiam sejenak sambil berpikir menjawab pertanyaan itu. Aku hanya dan terus berdiam membisu. Dia sahabatku berkata lagi, Berkelanalah dalam sujud kepadaNya nanti kamu pasti tahu jawabannya. Ku ingin bertahan dalam membisu dan diam berdiri. Tapi apalah daya, aku hanya memberi pesan setetesan tangisan air mata.