Jika wanita adalah seumpama bunga, maka wanita harus menggunakan kecantikan mereka sebaik mungkin, hingga saat nanti kelopak indahnya akan layu, tua dan mati, paling tidak aroma harumnya akan terus terkenang.
***
Rumah besar itu berada di belakang pasar, dekat dengan sebuah hutan besar di sampingnya. Walaupun dikatakan rumah itu berada di samping hutan rumah itu tidaklah menakutkan, malah terkesan asri, tenang dan nyaman. Tertutup memang, tapi bukan berarti rumah itu tidak terkenal, semua orang mengetahui tentang rumah itu dan banyak orang juga yang datang ke rumah itu. Bukan orang biasa tentunya, mereka ada orang-orang yang cukup ternama dan tentunya mereka mempunyai uang. Jabatan dan uang, dua hal yang bisa membuat kau keluar masuk dari tempat itu.
Rumah Bordir Hoek Giek, rumah di mana para wanita cantik dan berbakat berada di sana, mereka sangat pandai merias diri, namun mereka merias diri mereka bukan hanya untuk menyenangkan diri mereka. Mereka melakukannya untuk dibayar dan menghibur tuan yang akan membayar mahal mereka. Tidakkah kalian berpikir bahwa rumah itu meresahkan? Bagaimana jika ada banyak pria yang datang ke sana dan merusak rumah tangga seseorang? Atau bagaimana jika anak gadis baik-baik malah terjebak ke dalam sana? Sudah banyak yang mengatakannya, tapi hanya dari mulut ke mulut tidak ada yang pernah berani mengatakan secara langsung.
Banyak yang bilang rumah itu sudah ada sejak lama jadi tidak perlu mengusur rumah itu. Ada lagi kabar bahwa banyak orang yang punya kuasa lebih yang berada di belakang berdirinya rumah itu, bahkan orang-orang dalam pemerintahan, jadi jika tidak ingin bermasalah lebih baik untuk tetap diam atau berpura-pura tidak tahu apa-apa. Rumah itu memang bisa dikatakan sah secara hukum jadi jika tidak ingin melawan hukum, lebih baik biarkan saja rumah itu berdiri di sana. Satu lagi rumor yang beredar, rumor yang lebih terkesan baik, banyak yang mengatakan rumah itu terkadang mengasuh anak-anak yang terlantar, anak-anak kalangan bawah. Walaupun akhirnya mereka harus bekerja dengan di sana menjadi wanita penghibur jika anak itu adalah seorang perempuan. Jika anak itu laki-laki maka ia bisa menjadi pengurus rumah itu atau pemain alat musik yang akan mengiringi para gisaeng saat menari dan menyanyi. Nampaknya itu memang lebih baik daripada menjadi gelandangan dan mati terkapar di pinggir jalan.
“Eun Ji ya! Neo eodi?” Teriak seorang wanita yang sudah nampak tua namun menjadi orang yang paling dihormati di tempat itu.
Seorang gadis kecil yang sedang berada di dapur langsung berlari keluar begitu mendengar namanya dipanggil. Di wajahnya yang polos terdapat goresan hitam abu dari pembakaran kompor dari di dapur, membuat orang-orang yang melihatnya tersenyum geli.
“Eoreusin, memanggilku,” gadis kecil yang bernama Kim Eun Ji itu menunduk kecil memberi hormat tepat di depan wanita yang memanggilnya.
“Sudah jam berapa ini? Mengapa kau masih belum menyiapkan tikar dan gayageum?”
Eun Ji menepuk jidatnya, ia benar-benar lupa untuk menyiapkan peralatan latihan musik hari ini, segera ia meminta maaf kepada nyonya besar yang biasanya dipanggil Eoreusin oleh semua orang di dalam rumah itu dan segera pergi untuk menyiapkan tikar dan alat musiknya.
Kim Eun Ji adalah gadis yang sudah dibesarkan sejak bayi di rumah Bordir itu, menurut cerita yang ia dengar dari orang-orang di sana, Eun Ji ditemukan di depan pintu rumah saat pagi hari dan penjaga yang menemukannya segera membawa Eun Ji kepada Eoreusin. Banyak yang bilang bahwa Eoreusin langsung menyukai Eun Ji begitu melihatnya karena ia memiliki wajah yang cantik bagai melihat bunga yang baru pertama kali mekar dan memang benar, Eun Ji tumbuh menjadi gadis yang sangat manis. Matanya yang besar dengan bulu mata yang lentik akan membuat orang tidak akan bosan melihatnya, hidungnya mancung dengan bibir kecil sebagai pemanis dan pelengkap wajah yang sangat berharga itu. Eun Ji bahkan dirawat oleh Eoreusin sendiri hingga ia berumur lima tahun padahal biasanya anak-anak lain akan dirawat oleh wanita yang bekerja sebagai ibu inang pengasuh.
Menginjak usia 6 tahun Eun Ji harus bekerja di rumah itu seperti anak-anak lainnya. Pekerjaan Eun Ji tidaklah berat, ia hanya bertugas di dapur untuk memasak makanan sehari-hari dan membantu bibi Han yang bekerja di dapur rumah itu untuk menyiapkan makanan jamuan jika sedang ada tamu yang berkunjung pada malam hari. Tugasnya yang lain adalah menyiapkan dan merapikan tikar dan gayageum yang digunakan para wanita di sana untuk berlatih musik. Jika dibandingkan dengan anak-anak yang lainnya tugas Eun Ji adalah yang paling ringan. Entah beruntung atau tidak, tapi itu semua karena kecantikan wajah Eun Ji yang memang akan menjadi asetnya dan juga aset bagi rumah Bordir ini. Jika usianya sudah cukup, Eun Ji akan dimasukan ke dalam anggota resmi rumah Bordir ini dan melaksanakan tugasnya.
Rumah Bordir yang dikekola oleh Jung Han Biem, wanita yang selalu dipanggil Eoreusin itu bukanlah rumah Bordir sembarangan, para wanita di sini juga bukanlah wanita murahan yang mau melayani semua orang. Walaupun mereka hanya wanita penghibur, tapi mereka tetap mempunyai harga diri, mereka juga bukan hanya menjual kecantikan, tapi otak mereka juga berisi. Akan ada waktu untuk mereka belajar sehingga saat menemani para bangsawan yang datang mereka tidak akan nampak bodoh. Keterampilan menari, menyanyi dan bermain musik juga menjadi daya tarik dari rumah Bordir ini. Banyak acara besar yang mengundang mereka untuk bisa tampil menarikan dan menyanyikan beberapa lagu sebagai hiburan. Itulah pekerjaan seorang gisaeng, mereka memang berada pada kalangan bawah, namun mereka lebih terhormat daripada para budak, karena mereka mengerti seni dan setara dengan seorang seniman.
Kosakata
1. Neo eodi? : Kamu di mana?
2. Eoreusin : Panggilan hormat pada tetua di suatu tempat
3. Gayageum : Alat musik tradisional Korea
4. Gisaeng : Wanita penghibur pada era Joseon