Loading...
Logo TinLit
Read Story - Taarufku Berujung sakinah
MENU
About Us  

Aida Safitri

Hari kelima mas Adi meninggalkanku, entah mengapa perutku terasa melintir padahal aku sudah sarapan dan minum obat, aku takut terjadi apa-apa dengan kandunganku. Aku segere meminta bantuan dan bik Siti datang bersama bik Isah. Bik Isa mencoba membangunkanku yang sedang terjatuh dilantai. Bik Siti langsung meminta mang Cipto menyiapkan mobil dan mang Ali langsung menghubungi mama. Aku segera dilarikan kerumah sakit. Perutku benar-benar melintir sangat sakit. Tiba dirumah sakit doker langsung menanganiku sekiat satu jam aku baru sadar disampingku kini telah ada mama, papa, ayah, bunda, mas Fazri, dan mbk Naura

“kamu kenapa sayang” ujar mama

“enggak ma, gak papa” ujarku

“kamu butuh asisten baru lagi supaya kamu gak kecapean” ujar papa

“enggak pa gak usah” ujarku

“kamu tinggal dirumah bunda aja ya. Lagi pula Adikan juga gak dirumah. Kalo aku dirumah bunda, bunda bisa jagain kamu lebih leluasa” ujar bunda

“iya Da, lagian ada mbk Naura yang juga bakal jagain kamu. Mas akan lama disini jadi kamu juga ada teman ngobrol nanti” ujar mas Fazri

“bener tu Da” jawab ayah

“makasih tapi bener Aida gak papa kok” ujarku

“maaf siapa suami dari ibu Aida” ujar dokter Alisa yang kini kembali menanganiku

“ememmem Adi harus pulang” ujar papa

“enggak pa jangan, kantor bener-bener butuhin mas Adi. Jangan lagi pula lusa dia pulang, Aida disinikan sudah ada mama, papa, ayah, bunda, mas Fazri, mbk Naura jadi papa jangan kasih tahu mas Adi disini sudah banyak yang jagain Aida” ujarku

Akhirnya mas Fazri yang mengambil peran mas Adi dan bertemu dengan dokter, entahlah apa yang dikatakan dokter kepada mas Fazri namun wajah ams Fazri berubah menjadi pucat seakan ada masalah denganku. Kemudian mas Fazri langsung menghampiriku yang kebetulan sedang sendiri.

“Aida sayang” ujar mas Fazri

“apaan sih mas, kari gitu ogh panggilnya” ujarku sambil tersenyum kecil

“gitu dong senyum, emang Cuma Adi doang yang boleh manggil kamu sayang. Kamu emang adiknya siapa sih” ujar mas Fazri

“adiknya mas Fazrilah, emang adiknya siapa orang Cuma punya satu kakak nyebelin lagi” tambahku

“biarin tapikan sayang” jawabnya

Aku tersenyum kecil

“jadi kalo kamu saat ini masih menganggap mas sebagai kakak kamu. Kalo kakak tanya harus jawab dengan jujur” ujar mas fazri

“iya mau tanya apa” jawabku dengan memasang wajah luguku

“kamu ada apa sama Adi?” ujar mas Fazri sontak membuatku kaget.

Aku memang bisa menyembunyikan semua masalahku dari semua orang bahkan ayah bunda sekalipun namun dengan mas Fazri sungguh sulit bagiku apalagi kini sedang berdua dan mas Fazri menatapku denagn begitu tajam. Seakan ia akan mengamuk jika aku tak mau jujur dengan apa yang dikatakan mas Fazri. Jujur aku bingung namun air mataku dan raut muka kini sudah tak bisa lagi diajak berkompromi. Kini dia benar-benar ingin mengutarakan semuanya, semua yang telah ia tahan cukup lama.

“kamu berantem sama Adi, dia apain kamu sampai kamu seperti ini?” tanya mas Adi dengan sedikit mendesak

Aku tak bisa berbicara lidahku kelu aku menangis terisak-isak, aku tak mau aib keluargaku terbongkar namun aku sudah tak kuat lagi menahannya terutama kemarin setelah mas Adi pergi meninggalkan aku dengan sikap yang sangat menyakiti aku. Mas Fazri memelukku dengan erat. Kini aku benar-benar menumpahkan semuanya kepada mas Fazri, entah ini salah atau benar namun mata mas Fazri slalu membuatku tak bisa bohong dari semua apa yang aku rasakan. Seakan aku dan mas Fazri memiliki ikatan yang sangat kuat melebihi apapun. Jika ada seseorang tanya siapa orang yang paling aku percaya, dengan tegas aku menjawab mas Fazri. Aku tak tahu magnet apa yang dipakai mas Fazri padaku hingga aku tahu satu hal tak ada orang yang membuatku percaya dan nyaman selain mas Fazri dan ayah. Namun ketika mas Adi datang dikehidupanku, aku sadar kini ada mas Adi dikehidupan yang akan menggantikan kiprah mas Fazri dihidupku, namun ketika aku telah menyerahkan hidupku padanya ia merobohkannya dengan begitu mudah.

Semua sudah terbongkar, iya terbongkar dengan begitu jelasnya kepada mas Fazri, tanpa ada yang aku tambahi atau kurangi sedikitpun. Mata mas Fazri geram seakan ia ingin mengamuk, aku memegang tangannya menenangkannya.

“laki-laki bajingan itu harus dikasih pelajaran Aida” ujar mas Fazri dengan tegas

“mas aku gak mau ada keributan aku masih sakit dan bagaimanapun mas Adi masih sah suamiku” ujarku

“tapi dia bajingan Aida” tukas mas Fazri dengan begitu tegas

“mas lihat mama sama bunda akrab banget, papa sama ayah juga iya. Mereka lagi sama-sama nungguin aku, dengan bahagia mereka bercengkarama. Tiba-tiba mas mau menghancurkan kebahagiaan mereka, jangan mas aku gak mau” ujarku

“tapi gara-gara dia kamu hampir kehilangan janin kamu” ujar mas Fazri

“dan janin ini butuh ayahnya mas. Gak semua salah mas Adi aku juga salah, jika aku gak minta pertemuan kepada Rifqi semua juga masih akan baik-baik saja” jawabku

“tapi dia gak mau dengerin penjelasan kamu. Apa itu juga masih bener” kata mas Fazri

“mas sayang aku kan mas. Mas gak mau aku tambah sedih, ini masalahku aku tahu mas juga ikut terbebani dengan semua ini aku minta maaf mas, aku gak maksut. Aku juga gak mau cerita semua ini sama mas, tapi memang aku gak bisa nyembunyiin setiap masalahku dari mas Fazri. Mas aku suda dewasa aku harus bisa menyelesaikan masalahku sendiri, aku harap mas bisa maklum itu. Aku makasih selama ini bahkan sampai saat ini mas gak pernah absen jadi pahlawan aku disetiap semua masalahku. Mas slalu jadi gardu depan penghiburku, mas makasih ya. Tapi kini adeknya mas Fazri yang kecil udah besar udah punya suami bahkan kini mau jadi ibuk, masak semua harus mas juga, maskan juga punya keluarga sendiri. Aku Cuma mau mas doain aku semoga ini cepat berakhir kehadiran mas disini sudah lebih dari cukup untukku. Tapi asalkan mas harus tahu, aku pernah bahagia dengan mas Adi, ia pernah memperlakukan aku sebagai seorang ratu dan semua akan kembali lagi tak lama mas jangan khawatir dan aku masih akan tetap kuat disini” ujarku yang tak kuasa menahan air mata, kini mas Fazri memelukku lagi

“adekku udah gede udah mau jadi ibu, padahal kemaren masih aku gendong gara-gara kakinya luka main sepeda. Masih ngerek minta ditemani main masak-masakan yang paling takut gelap, paling susah ditinggal eh sekarang udah masakin suami” ujar mas Fazri dengan terus memelukku

“aku jadi malu” ujarku kepada mas Fazri

Kali ini beban hidupku seakan berkurang satu setidaknya aku tak menyimpannya sendiri. Tetap mas Fazri pahlawanku disaat semua tak terlalu menghiraukan hal ini, namun mas Fazri datang dengan seribu kekuatannya untuk menghiraukannya. Dari kecil aku sudah begitu dekat dengan mas Fazri dan tak terasa sekarang kita sudah memiliki keluarga masing-masing. Aku beruntung memiliki kakak ipar seperti mbk Naura yang gak pernah protes dengan sikap mas Fazri yang terlalu berelebihan kepadaku. Aku jadi ingat waktu mas Fazri mau menikah dengan mbk Naura, aku adalah orang yang paling menolak karena aku takut kehilangan mas Fazri. Aku takut jika nanti mas Fazri jadi suami orang iya tak menyayangiku lagi. Aku takut kehilangan orang yang benar-benar bisa membuatku nyaman, hingga suatu ketika mas Fazri mengajakku bertemu dengan mbk Naura, dan mbk Naura mengatakan suatu hal padaku

“Fazri akan menjadi pahlawanmu dulu sekarang besok dan selamanya. Kehadiran mbk dikehidupan Fazri hanyalah ingin menjadi pelengkap bukan pengurang. Jadi kamu gak usah khawatir mbk akan merebut kakakmu. Karena yang dinamakan hubungan darah itu gak bakal putus dengan apapun itu” ujar mbk Naura

Hal itu yang benar-benar membuat aku rela melepaskan mas Fazri. Bahkan dengan sikapku yang sedikit acuh tak mau menerima mbk Naura, pernikahan mbk Naura dan mas Fazri ingin ditunda. Disitu aku sadar bahwa mas Fazri begitu menyayangiku dan keputusan mbk Naura untuk siap menunda keputusan bagiku sudah cukup membuktikan dengan semua apa yang ia katakana. Dan saat ini benar mbk Naura gak pernah merebuh mas Fazri dariku. Mbk Naura benar-benar menjadi pelengkap hidup mas Fazri untuk terlihat begitu manis hingga saat ini.

 

Aku sudah 2 hari dirumah sakit dari kemaren pagi dan saat ini. Mama papa dan ayah bunda bergantian menjagaku. Kini giliran mama dan papa yang menjagaku ditambahi dengan mbk Naura. Mas Fazri sedang pergi mewakili ayah mengurusi usaha ayah karena ayah akan absen untuk menjagaku beberapa saat dan mbk Naura tadi pulang bersama ayah dan bunda karena memang semalam mbk Naura menungguku semalaman. Dan hari ini setelah mbk Rifa menjemput Fadil dari sekolah PAUD mbk Rifa langsung menuju rumah sakit. Mama papa tertidur dengan begitu lelapnya aku tahu mereka letih sudah jam 14.00 mungkin mereka juga butuh tidur siang sedikit.

Aku meraih ponsel yang ada dimeja samping, aku masih berharap mas Adi menghubungiku namun hasilnya nihil bahkan pesan yang masuk itu hanya dari mas Fazri yang sedari kemaren memang sudah tak dirumah sakit. Terkadang Pricil bahkan Warda juga masih sering menanyakan kabarku.  Aku tahu Pricil sekarang sedang berada di luar negeri jalan-jalan katanya. Makanya ia tak bisa menjengukku. Namun hal yang benar adalah Pricil sedang diperkenalkan ke orang tua sang kekasih yang memiliki restoran muslim di Jepang. Kini Pricil sedang dekat dengan seorang laki-laki keturunana minang dan Solo. Laki-laki ini diperkenalkan dengan Pricil melalui Warda. Kata Warda sih dia seorang bisnisman, namun sempat mondok kilat gitu dipesantren. Terus ia menanyakan Pricil ketika ia melihat foto kita bertiga dirumahnya Warda kemudian abinya Warda menanyakan perihal Pricil kepada Warda apakah ia masih single atau sudah memiliki calon, dan Warda menjawab belum. Kalau dilihat dari segi penampilan ia menarik postur juga cukup, penghasilan mapan ilmu agama cukup diatas Pricil yah meski wajah tak terlalu mendukung mengingat semua mantan Pricil yang bisa dikatakn oyi-oyi. Namun kalo semua digabung tak kalah juga kualitasnya. Awalnya Warda menganggap ini akan menjadi hubungan persahabatan biasa eh malah kelanjut dan kini Pricil sudah diperkenalkan ke orang tuanya. Laki-laki itu memang tinggal di Indonesia sendiri anak tunggal dan mama papanya memang lebih sering di Jepang karena mengurusi bisnisnya dan bisnis yang di Indonesia diserahkan kepada anak semata wayangnya. Alhasil deh untuk memperkenalkan saja Pricil harus dibawa ke negeri Sakura itu. Meski memang Pricil belum menceritakan secara gamblang padaku, namun aku turut bersyukur dengan berita ini. semoga sang laki-laki ini akan menjadi singgahan terakhir hati Pricil dalam perjalanan cintanya dan hubungan mama dan papanya tak menjadi trauma yang mendalam bagi Pricil kedepannya.

 

Siang berubah menjadi malam, kini cahayanya telah menghilang secara perlahan dan diambil alih oleh bintang. Besok mas Adi pulang ada sedikit rasa bersyukurku setidaknya iya bisa menemaniku namun juga ada sedikit sesak jika iya harus berpura-pura untuk mendampingiku aku berharap ams Fazri tak terpancing dengan kedatangan mas Adi.

Jam 21.00, diruangan sudah kembali ramai lagi mama dan papa juga belum pulang sedangkan ayah dan bunda baru saja pulang, aku senang bisa melihat Azril dan Fadil bermain bersama dengan begitu akrabnya. Mereka memainkan lego yang disusun secara rapi. Terdengar gelak tawa mereka membuncam keheningan, kebahagiaan mereka terasa begitu tulus tanpa ada beban sedikitpun, mereka juga bisa langsung akrab padahal mereka juga baru beberapa hari bertemu. Aku berharap kelak anakku juga bisa bermain bersama mereka bercengkrama dan tertawa bersama dengan kedua kakaknya tanpa ada rasa beban dan air mata sedikitpun.

Aku memegangi perutku tiba-tiba melilit parah, aku meminta tolong mama yang sedang berada didekat sampingku. Bunda langsung mendekatiku yang sedang ditenangkan oleh mama. Ayah langsung berteriak memanggil dokter tak lama kemudian gelap dan aku kehilangan kesadaranku.

 

Mohammad Adkhal Irsyadi

Besok aku pulang, sepertinya malam aku sudah berada dirumah karena masih ada beberapa meeting yang harus dilaksanakan beruntung meeting-meeting yang bernilai besar sudah terselesaikan dengan mudah. Aku bisa pulang dengan lega karena aku bisa mempertahankan perusahaan dan tak mendengar ocehan papa yang pasti akan menjelar kesemua masalah jika papa tahu perusahaan baru saja mengalami kritis.

Aku memegangi ponselku ingin sekali hatiku menghubungi Aida dan menanyakan kabarnya, apakah ia baik-baik saja atau ia sakit kembali. Namun semua perasaan khawatir itu aku urungkan, aku tahu jika terjadi apa-apa dengan Aida pasti mama papa akan menghubungiku dan sejauh ini semua berjalan dengan lancar.

Malam terakhir disini aku menginginkan untuk makan malam diluar memang sudah jam 21.00 tapi ah entahlah tiba-tiba perutku sakit melilit tiada tahan padahal aku sudah makan malam tadi dihotel, makanannya juga makanan sederhana. Bahkan aku tak makan-makanan yang berlebihan tapi perutku serasa melilit dan benar-benar sakit. Riska membelikan aku obat dokter namun sakitnya tambah melilit. Akhirnya aku merebahkan tubuhku ditempat tidur dan meminta Riska kembali kekamarnya. Kali ini aku memang hanya berdua dengan Riska untuk menjalankan kerjaan ini. namun tenang aku mengajak supir kantor untuk menemaniku agar tidak terjadi fitnah antara aku dan Riska. Bahkan aku mengajak beliau tidur bersamaku dikamar, mengingat tak hanya aku yang butuh istirahat beliaupun juga dan aku tak mau jika beliau harus tertidur dimobil sebagai tempat istirahatnya.

“bapak mau saya panggilkan dokter” ujarku

“tidak terimaksih, mungkin dengan aku istirahat bisa agak ringan” ujarku

Ada rasa sedih padahal aku ingin sekali jalan-jalan keluar menghirup udara segar sebelum aku menghilang dari kota ini dan entah kapan algi aku akan bisa kesini, namun entah mengapa perutku tak bisa diajak berkompromi dengan begitu baik.

Jam menunjukkan pukul 22.00, perutku sudah mendingan, aku sudah mulai bergerak beberapa langkah. Bosen juga jika harus tidur mengingat aku tadi sudah tidur siang jadi meski sudah malam mataku masih tetap bersinar dengan begitu terangnya. Ponselku berbunyi, terlihat sebuah pesan yang mengatakan meminta pertemuan denganku aku sedikit ragu untuk mengiyakan permintaan orang tersebut. Namun iya mengatakan ini perihal penting mengenai Aida hatiku tersentak, ia langsung mengirimkan lokasi dimana kita akan bertemu, tak jauh dari hotel tempat aku menginap. Lumayanlah setidaknya aku bisa kulineran juga dan aku penasaran dengan apa yang ingin dikatakan laki=laki tersebut.

Aku ganti baju dan langsung keluar, aku sendiri karena aku tahu pak Supir lagi tertidur dikamar dengan begitu nyenyak, tak sempat hati jika aku harus membangunkannya, mengingat ia telah mengantarkan aku dan Riska kemanapun kita pergi. beruntung lokasi yang dikirimkan orang tersebut tak jauh dari hotel jadi aku bisa jalan untuk beberapa menit. Dia mengirimkan ciri-cirinya menggunakan baju hem berwarna biru dongker dan motifnya bunga-bunga gitu, dia sudah berada disana katanya setelah ia mengirim pesan tersebut.

Aku memilah-memilah setiap orang yang datang ke café tempat kita bertemu dan aku yakin ini titik dimana orang tersebut mengshare lokasinya. Meja nomor 20 aku melihat seseorang yang dicirikan iya melambaikan tangannya padaku seolah-olah iya mengenalku, namun entahlah dengan aku ada sedikit bimbang dihati apakah aku mengenalnya atau tidak.

“mas Adi” ujar orang tersebut setelah aku datang

“kamu, maaf aku sedikit lupa” ujarku

“aku Devan mas” jawabnya

“maaf Devan yang mana ya?” tanya bingung

“itu temennya Aida yang ketemu pas lagi makan sama Aida” ujarnya mencoba mengingatkanku

“oh yang waktu itu. Iya aku ingat ada apa mau ketemu Aida atau gimana?” tanyaku

“oh enggak aku sengaja jauh-jauh datang kesini buat nemuin mas, bukan Aida” ujar Devan menjelaskan

“ada apa?, apa yang bisa saya bantu. Tapi tadi kamu sepertinya mau membicarakan perihal Aida?” tanyaku yang penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan

“pertama aku mau minta maaf dulu sama mas Adi sebesar-besarnya, aku mau cerita dan menjelaskan semuanya sedetailnya tanpa ada yang aku kurangi atau aku tambahi dan aku berharap mas Adi bisa tenang mendengarnya” ujar Devan dengan kehati-hatian

Aku sedikit khawatir dengan apa yang dikatakan Devan, aku takut jika ini masalah dengan hubunganku dengan Aida. Fikiranku mulai merambah kehal-hal yang diluar nalar, namun ia terlihat berhati-hati seakan ia tak memiliki niat jahat padaku dan Aida, namun aku harus bersikap tenang dan tak mau untuk mengambil kesimpulan yang nantinya akan merugikan aku sendiri

“iya silahkan dan aku mencoba mendengarkannya dengan baik” jawabku

“begini mas, aku memang berteman dengan Aida dari awal kuliah jadi bisa dikatakn aku sudah cukup lama berteman dengan Aida dan awal perkenalan aku dengan Aida dulu tat kala aku masih menyimpan perasaan kepada Pricil, namun setelah Pricil menolak perasaanku, aku hancur dan menghilang dari Pricil Aida dan Warda sampai suatu ketika aku bertemu lagi dengan Aida ditempat kita pertama bertemu itu mas disana. Aku tak menyangka jika mas adalah suaminya Aida, aku kira mas itu adalah kakaknya Aida karena Aida memang punya kakak laki-laki dan aku juga tak mengetahui jika nama kakak Aida itu Fazri bukan Adi, karena aku jujur memang belum pernah bertemu dengan kakaknya Aida. Mas ingatkan saya mau ngambil makanan bos waktu itu dan itu adalah buat pak Rifqi” ujar dia dengan begitu jelas

Wajahku sedikit geram dengan sebutan nama itu lagi, dia yang telah menghancurkan semuanya, dia yang telah membuat hubungan aku dan Aida menjauh dia yang membuat aku dingin kepada Aida dan dia adalah sumber dari semua masalah antara aku dan Aida. Namun aku mencoba menenangkan diri karena aku telah berjanji kepada Devan untuk tidak emosi.

“lah sewaktu itu handphoneku rusak mas jadi aku tak bisa menghubungi Aida. Beberapa minggu kemudian aku bertemu dengan Aida kembali disupermarket tata kala ia belanja dengan pembantunya. Disanalah kita bertukan nomor dan akhirnya sayalah yang memberikan nomor Aida kepada pak Rifqi, karena saya tahu alasan pak Rifqi kembali ke Indonesia adalah Aida namun benar mas saya tak mengetahui kalau mas adalah suami Aida. Tanpa sepengetahuanku pak Rifqi bertemu dengan Aida dan barulah terungkap bahwa Aida sudah menikah. Pak Rifqi terpukul ia tak menyangka bahwa ia akan kehilangan Aida. Padahal Aida pernah mengatakan ia tak akan menikah sebelum merabut gelar sarjana dan ternyata Aida sudah menikah sebelum ia lulus kuliah. Disana mas Rifqi sangat kecewa dan dengan respon ia memegang tangan Aida. Saya mewakili pak Rifqi mau mohon maaf yang sebenar-benarnya atas tindakan tidak sopan pak Rifqi kepada Aida. Setelah mengetahui Aida sudah menikah pak Rifqi langsung kembali bekerja ke Singapura lagi dan kemarin ia memberikan ini pada saya untuk menyampaikan langsung kepada mas Adi” ujar Devan sambil memberikan surat padaku yang katanya berasal dari Rifqi

“assalamualaikum Muhammad Adkhal Irsyadi

Mungkin aku bukan laki-laki yang gentle yang berani mengucapkan salam dan bertemu langsung dengamu. Namun pernikahanmu dan Aida usdah meruapkan cambuk terbesar bagiku. Maafkan aku jika aku harus lari dari masalah yang sudah aku ciptakan dan maaf sekali lagi kau ucapkan.

Adi aku tahu kamu laki-laki yang baik, laki-laki yang inshaallah bisa menjadi imam yang baik pula bagi Aida yang akan mengantarkan Aida kedalam sakinah mawaddan dan warohmahnya sebuah pernikahan hingga menuju surga-Nya. Jika kamu tanya siapa aku, aku adalah laki-laki yang mencintai Aida dari banyak laki-laki yang mengantri kepada Aida, namun sayangnya hubunganku dengan Aida tak lebih hanyalan seorang sahabat dan aku tak menyadarinya. Keinginanku untuk mendapatkan Aida lebih dari seorang sahabat malah membuatku aku dan Aida menjadi jauh. Namun lupakan masalah ini aku dan Aida adalah masa lalu yang tak akan pernah bersatu dan kamu adalah masa depan Aida. Kamu tak usah khawatir dengan laki-laki lain yang mencintai Aida diluar sana termasuk aku, karena kamu adalah pemenangnya  pemenang hati Aida. Karena aku tahu untuk menembus hati Aida membutuhkan kekuatan ekstra untuk mendobraknya.

Dan untuk masalah aku dan Aida waktu itu aku mohon maaf sedalam-dalamnya sama kamu, entah dengan cara apa aku bisa meminta maaf padamu. Tapi jujur itu bukan salah Aida, itu salahku yang terlalu kecewa dengan apa yang Aida katakan, sehingga aku melakukan hal yang tak seharusnya aku lakukan. Aku tahu itu sangat salah dan aku benar-benar minta maaf kepadamu Di. Hiduplah tenag bersama Aida, aku titip Aida untukmu jangan buat ia menangis atau bersedih jika ada apa-apa dengan Aida kamulah yang akan aku amuk pertama kali. Dan untuk saat ini aku sedang ada di Singapura untuk waktu yang belum pasti jadi kamu tenang saja aku tak akan mengganggumu lagi atau Aida dan jika suatu saat aku sudah bisa menerima semuanya dan menenangkan diri aku akan menemuimu dan meminta maaf langsung.

Oh ya dan terakhir selamat atas kehamilan Aida, pasti kini kamu dan Aida sedang menunggu kehadiran bayi mungil kalian. Aku turut bahagia. Wasaalam”

“Aida hamil” tanyaku sedikit ragu

“mas Adi ini kayak gak tahu aja. Iya mas Aida hamil” ujar Devan sedikit meragukan sikapku yang tak tahu

Akhirnya aku dan Devan mengakhiri pertemuan ini. aku benar-benar merasa menjadi laki-laki yang paling bodoh sedunia.  Aida hamil dan aku tak tahu semua tentang itu. Padahal perlakuan Aida jika aku perhatikan memang sedikit aneh, apalagi waktu mas Rio datang dan membawakan rujak buah yang banyak mangganya. Aku sedikit bingung namun aku mengabaikan semuanya dan ternyata benar Aida hamil. Aku sanagt merasa bersalah dengan perlakuanku ke Aida apalagi ditambah dengan sikap kasarku yang slalu saja menyakiti Aida. “Ya Allah suami macam apa aku ini yang begitu jahat dan tak mau mendengarkan penjelasan istriku sendiri” ujarku dalam batin. Aku segera mengambil ponselku dan mengetik nomor Aida aku langsung menghubungi dan tak bisa aku sedikit cemas. Namun aku mengerti kini jam telah menunjukkan pukul 23.00. ternyata pertemuanku dengan Devan cukup lama. Namun aku bersyukur pertemuanku dengan Devan memberikan titik terang mengenai hubunganku dan Aida, aku juga bersyukur pengakuan langsung Rifqi padaku meski hanya melalui surat sudah memberikan hawa segar dianatara aku dan Aida.

Aku menutup mataku kali ini dengan rasa syukur yang tiada tara. Allah benar-benar mencintai aku dan Aida hari ini Allah berikan jawaban yang baik untuk aku dan Aida melalui Devan melalui perjalanan panjangku hingga kesini. Harus dengan berbagai rintangan, perusahaan harus kritis terlebih dahulu dan aku juga harus bersitegang untuk mendapatkan jawaban yang terbaik. Alhamdulillah aku ucap syukur.

Jam menunjukkan pukul 04.30. adzan berkumandang memanggil siapa saja yang hendak menunaikan sholat subuh. Udara hari ini begitu segar. Ada yang mengatakan mengapa udara subuh itu begitu segar, jawabannya karena udara subuh belum tercampur dengan nafas orang-orang munafik yang masih meraungi tidurnya dan enggan menunaikan sholat subuh dan jika ada diantara kita yang belum bangun ketikan adzan berkumandang. Sejajarlah kita dengan mereka.

Aku menunaikan sholat subuh berjamaah, syukur ada masjid disebelah hotel jadi aku masih bisa melaksanakan sholat jamaah, meski aku tak dirumah. Aku langsung mandi dan memeprsipakan diri, meski hari ini meeting tak begitu penting namun aku harus menghadirinya untuk menjunjung profesionalisme kerja. Aku begitu tak sabar nanti malam akan bertemu Aida. Aku akan meminta maaf ke Aida, semoga Aida masih mau memaafkan atas semua kesalahan yang benar-benar fatal.

“tototok” suara pintu berbunyi

“Riska ada apa?, bukankah meeting masih satu jam lagi” ujarku tat kala melihat Riska didepan pintu

“iya mak memang. Ini saya mendapatkan telfon dari pak Rio. Katanya bapak disuruh mengaktifkan telfon ada hal yang penting” ujar Riska

“oh iya, makasih ya Ris” ujarku

Entahlah ada apa hingga mas Rio menghubungiku hingga meminta tolong Riska. Aku segera mengambil ponselku yang memang sedang lowbet, aku mengambil charger dan mengaktifkan handphoneku dan benar ada 20 misscall dan 4 pesan. Telfon berasal dari banyak orang namun yang paling bayak adalah mas Rio. Akhirnya aku membuka pesan teratas dihandphoneku. Betapa terkejutnya aku mengetahui Aida keguguran, aku benar-benar tak menyangka ini akan terjadi bahkan sebelum aku bisa mengelus janinku. Dan aku benar-benar menjadi suami yang plaing bodoh sedunia, aku tak mengetahui istriku hamil bahkan aku secara tidak langsung membunuh calon anakku. Aku benar-benar hancur, kini anakku yang akan menjadi kebahagiaan antara kau dan Aida telah menghilang. Aku tak menyangka semua akan terjadi. Aku kehilangan dan benar-benar kehilangan.

Namun aku sadar serapuh-rapuhnya aku akan lebih rapuh Aida dan disaat seperti ini aku harus ada untuk Aida, aku segera pergi keruangan Riska dan membatalkan semua meetingku. Aku tak perduli lagi dengan kerjaanku, dengan sikapku yang acuh aku hampir menghilangkan kerjaan karyawanku dan untuk menyelamatkan perusahaanku aku kehilangan calon bayiku. Aku benar-benar bodoh. Aku segera mencari taxi, aku tahu Riska bisa menghandel semua pekerjaanku disini dan biarkan sopir kantor menemaninya aku tak bisa membiarkan dirinya untuk pulang sendiri mengingat iya adalah seorang wanita.

Taxi meluncur semakin kencang, air mataku menetes terus aku mengingat wajah terakhir Aida yang menangis karena perutnya sakit. Padahal Aida sudah mengatakan padaku untuk tak meninggalkannya dan aku malah bersikap acuh bahkan tak memperdulikannya. Kini aku benar-benar menyesali semuanya. Aku terjabak kedalam emosiku sendiri. Emosi yang menghancurkan semuanya, emosi yang menyakiti semua termasuk Aida yang harus kehilangan bakal bayinya. Aku tak tahu bagaimana caraku meminta maaf kepada Aida, aku juga tak yakin apakah Aida bisa menerimaku dengan baik atau tidak.

 

Aida Safitri

Aku membuka mataku setelah sakit yang begitu dalam semalam, terlihat mbk Naura yang sedang menyekaku. Dibalik jendela kini telah berubah menjadi terang berarti pagi kini sudah menyambutku, daun-daun juga masih segar juga seakan melambaikan tangannya padaku.

“kamu sudah sadar Da?” ujar mbk Naura

“aku semalam pingsan ya mbk” jawabku

“sudah sekarang kamu jangan banyak gerak, mbk panggil dokter” ujar mbk Naura dengan begitu tenang

Bunda datang dengan mama langsung menghampiriku sadar aku sudah terbangun dari pingsanku.

“kamu sudah sadar” tanya mama

Aku hanya tersenyum sambil mengisyarakat kata iya

bunda duduk dismapingku dan menggenggam tanganku. Bunda menunduk namun air matanya kini menetesi tanganku sehingga aku tahu bunda menangis.

“bunda kenapa?” tanyaku

“enggak sayang bunda Cuma habis kelilipan” ujar bunda sambil mecoba membohongiku perihal air matanya

Aku merasa tak wajar dengan sikap bunda, mengapa ia tiba-tiba menangis dan terlihat wajah bunda dan mama yang sedang berkontak seakan mengodekan sesuatu. Aku bingung dengan sitausi ini. namun  aku ingat bagaimana kabar kandunganku setelah aku ontraksi semalam. Aku memegang perutku terasa aneh memang, meski kehamilanku masih 2 bulan, namun aku merasakan ada yang berbeda kali ini entah apa namun aku merasa bahwa sudah tak ada lagi janin yang mendiami rahimku.

“bunda perut Aida kenapa?” tanyaku sambil meneteskan air mata

“kenapa?, gak papa sayang” jawab bunda yang kali ini tak kuasa menahan air mata

“bunda, perut Aida kenapa?” tanyaku dengan sedikit nada tinggi dengan air mata yang terus menetes

“mama kandungan Aida baik-baik sajakan ma?” tanyaku pada mama yang berdiri disamping mama

“iya sayang” jawabnya singkat

“tapi kok Aida ngerasa ada yang beda diperut Aida, gak seperti sebelumnya. Udah gak sakit gak nyeri juga” jawabku

Mama diam ia menangis. Tak kauas menahan air mata mama pergi meninggalkanku dan mencoba menutupi air matanya. Fikiranku sedikit kacau aku tak mengerti semua diam apa yang terjadi setelah sakit nyeriku semalam.

“bunda jujur sama Aida, Aida kenapa?” tanyaku kepada bunda yang masih mematung duduk disampingku

Mas Fazri datang bersama mbk Naura dan dokter Alisa.

“ibu saya perikasa dulu ya” ujar dokter Alisa dengan lembut

“enggak, saya mau tanya dulu apakah kandungan saya baik-baik saja dok” tanyaku dengan sedikit memaksa

“periksa dulu ya bu” ujar dokter Alisa

Dokter Alisa memeriksa keseluruhan dari mulai mata denyut nadi infus semua sedangkan ia salam sekali tak mengecek perutku seperti biasanya.

“ibu jangan banyak gerak dan ingat harus diperbanyak minum air putih” ujar dokter Alisa sambil berlalu pergi

“kok dokter gak meriksa perutku?” tanyaku pada semua yang  ada disana

Mas Fazri memelukku dari belakang, ia menangis dan tak mengatakan apapun. Aku semakin bingung dengan kejadian ini. mbk Naura mengajak bunda pergi dan membiarkan aku dan mas Fazri sendiri diruangan ini

“mas kenapa mas nangis, mas aku Cuma tahu bagaimana kabar kandunganku” teriakku

“Aida dengerin mas, jangan banyak bergerak dokter tadi kan bilang gitu”

“aku gak perduli mas aku tanya bagaimana kandunganku”

“Aida Allah sayang sama dia”

“apa maksut mas bilang seperti itu?”

“Aida mungkin ini yang terbaik”

“mas aku tanya bagaimana kabar kandunganku”

“kamu jangan sedih ya, janin kamu sekarang sudah bareng sama Allah, diatas . dan kamu harus rela ini titipan dan ketika yang mengambil memintanya kamu harus menerima” ujar mas Fazri dengan sedikit terisak

“jadi aku keguguran mas, aku keguguran. Mana mungkin aku bisa menerimanya bahkan ketika ruhnya belum ditiup, bahkan aku belum sempat merasakan tendanganya mas aku tanya”

“ini yang terbaik. Allah slalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan”

“mas tapi aku sudah membunuh calon anakku mas, anakku ibu macam apa aku ini yang tak bisa menjaga anaknya bahkan ketika iya belum lahir mas” teriakku histeris

Mas Fazri mencoba menenangkanku dengan sikapku yang semakin histeris. Ia menenangkanku dan menasihatiku dengan berbagai kata-kata yang akhirnya membuatku tenang. Kini aku sendiri dikamar tanpa satu orangpun. Aku terus meneteskan air mata, tak kusangka air mataku tersu mengalir bahkan telah aku teteskan dala cakupan waktu yang lama. Aku ingin menghabiskan air mataku saat ini agar aku tak bisa menagis lagi keesokan harinya. Cukup dengan sikap mas Adi yang dingin padaku dan kehilangan bakal bayiku, ini merupakan pukulan yang luar biasa pedihnya bagiku.

Aku kini terdiam, kau tak tahu apakah yang akan kukatakan nantinya kepada mas Adi perihal kandunganku ini. apakah ia akan bersedih atau malah ia tak perduli, namun bagaimanapun ini adalah janinnya. Janin yang ia tanam dirahimku dan dengan mudahnya aku membunuhnya. Semua ini salahku benar salahku. Namun mas Adi juga turut andil dalam masalah ini, sikapnya yang acuh membuatku berfikir terus hingga kandunganku lemah dan aku kini kehilangannya.

”Ya Allah hambamu tahu, tak ada yang engkau bebankan kepada setiap hambamu yang tak mungkin bisa terselesaikan oleh hambamu Ya Allah. Namun jika ini ujian yang Engkau berikan mengapa begitu pedih, bahkan teramat pedih. Cukup mas Adi yang menghancurkan hatiku dan kini haruskah hamba kehilangan calon anak hamba lagi. Apa rencanamu selanjutnya Ya Allah” batinku berkumandang

Mataku terus meneteskan air mata, bahkan kini mas Fazripun juga tak bisa menghapuskannya. Ini terasa begitu sakit dan pedih entah sesakit apa dan entah seperdih apa, namun ini benar-benar sakit. Aku terus membaca kalimat istighfar aku tak mau ada sedikit rasa dihati yang membuatku seudzon kepada Sang Pencipta aku berusaha menenagkan diri agar aku tak telalu terpuruk. Namun ketika aku kembali teringat jika kini ia telah menghilang seaka semuanya kembali dengan air mata yang terus mengalir dengan begitu derasnya.

Aku melihat dari sudut pintu ada seorang laki-laki yang berlarian menuju ruanganku, penampilannya kusut wajahnya penuh dengan air mata. Ia melihatku dengan pasti dan menghampiriku, mungkin ia sudah mendengar kabar mengenai keadaanku. Ia berjalan menuju sedikit sempoyongan terlihat dengan sangat jelas matanya bengkak meski ia tak mencoba untuk menjatuhkannya.

“mas sudah pulang, berhasilkan proyeknya?” tanyaku sambil menahan air mataku yang sedari tadi terus mengguyur wajahku.

Ia hanya diam bahkan tak menjawab apapun, ia mengecup keningku sedikit lama, aku yang terbujur dikausr hanya diam. Aku merasakan ada air matanya yang tumpah ruah dikeningku sembari kecupan yang ia berikan padaku.

“mas kenapa nangis gak usah disesali juga dia sudah gak ada. Air mata mas juga gak bisa mengembalikannya” jawabku sambil menahan air mata

Iya memegang tanganku mengecupnya dan meminta maaf dicampuri air mata yang terus mengalir dari matanya. Kau benar-benar kaget aku belum pernah melihat mas Adi sebegini jadinya, bahkan jika dia lagi sedih aku hanya berhasil melihat sebamnya dan bukan air matanya secara langsung. aku tak menunukkan wajahku kehadapannya sungguh aku tak kuaas melihat mas Adi bersedih, bagaimanapun juga aku tahu kalo mas Adi juga hancur dengan kejadian ini dan bukan saja Cuma aku.

“Aida mas mau minta maaf, mas benar-benar gak tahu kalo kamu hamil. Maafkan mas juga yang gak mau mendengar semua penjelasanmu, maafkan mas yang acuh terhadapmu. Maafkan mas juga yang selama ini jahat padamu. Sungguh mas menyesal telah melakukannya. Mas melakukan ini karena mas benar-benar mencintaimu dan takut kehilangan kamu dan mas juga tak sanggup bila harus mengetahui kamu bukan mas laki-laki yang kamu cintai, hingga mas terkubur dalam emosi dan tak bisa berfikir dengan akal sehat” ujar mas Adi panjang lebar

“sudah berlalu juga mas, aku sudah maafin mas” jawabku singkat

“Aida mas tahu kmau marah sama mas, kamu tahu kamu kecewa sama mas. Mas akan ngelakuin apa saja agar kamu bisa memaafkan mas lagi” ujar mas Adi dengan sedikit memohon

“gak perlu semuanya sudah terlanjur, mas mau nangis darah juga dia gak mungikin tiba-tiba ada lagi. Tapi aku pernah berharap ia bisa ada diantara kita, tumbuh dewasa dengan sehat. Aku ingin sekali menggendongnya, memeluknya, menciumnya aku juga ingin ia memanggilku dengan sebunta mama, bunda, ambu, umi, ibu, mami apapun itu, aku ingin mendengar ia memanggilku dengan sebutan itu. Namun kini ia telah pergi jauh disana bahkan sebelum ia ditiupkan rohnya. Dia kecil mas masih seujung kuku dan aku membunuhnya secara perlahan, dokter sudah bilang agar aku tidak strees namun entahlah mengapa aku tak bisa menjaga kondisiku sendiri dan menjaga yang masih sangat rapuh. Semua mendukungku dengan doa dan semangat, namun ada satu elemen yang tak aku dapatkan support dari orang yang sangat penting bagiku, untuk mengatakan aku hamil saja tak bisa untuk mendengarkanku saja ia enggan. Bahkan ia juga tak tahu kalau saat itu ada yang mendiami rahimku, sampai akhirnya ia pergi tanpa memberi kabar padaku dan aku kehilangan janinku. Aku membunuhnya secara perlahan mas padahal aku sudah mencoba untuk memperjuangankan dengan sekuat tenagaku mas benar” ujarku sambil terisak

Mas Adi bangkin dan memelukku tanganku kaku seakan aku enggan membalas pelukannya ia menangis aku tahu itu, mungkin ia begitu menyesali semuanya namun kenapa sekarang mas. Sekarang ketika dia sudah tiada kemana kamu selam ini, mas Adi yang baik yang slalu sayang sama aku yang slalu manjain aku yang slalu ada untukku. Kemarin laki-laki siapa yang menyamar menjadi kamu mas hingga kamu begitu dingin padaku. Aku pernah sempurna gara-gara kamu dan tiba-tiba kamu menghancurkan semua kesempurnaan yang telah kamu bangun sendiri. Aku sakit mas dan teramat sakit. Sekarang tiba-tiba kamu datang dengan kebaikanmu lagi yang aku tak pernah tahu apa ini untuk selamanya ataukah hanya sementara waktu.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sekilas Masa Untuk Rasa
3913      1272     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Tanda Tanya
437      317     3     
Humor
Keanehan pada diri Kak Azka menimbulkan tanda tanya pada benak Dira. Namun tanda tanya pada wajah Dira lah yang menimbulkan keanehan pada sikap Kak Azka. Sebuah kisah tentang kebingungan antara kakak beradik berwajah mirip.
TAK SELALU SESUAI INGINKU
12796      2758     21     
Romance
TAK SELALU SESUAI INGINKU
Warna Rasa
12677      2209     0     
Romance
Novel remaja
The Bet
17239      2697     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
Stuck In Memories
15861      3244     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Lavioster
4043      1133     3     
Fantasy
Semua kata dalam cerita dongeng pengiring tidurmu menjadi sebuah masa depan
Got Back Together
361      293     2     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...
Frasa Berasa
66381      7404     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
NADA DAN NYAWA
15470      2903     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...