Hari yang dinanti-nanti Rendi dan Delapun tiba, jam penerbangan yang diambil pukul 4 sore namun waktu sudah menuju angka 2.30 sementara Rendi belum sampai dirumah Dela. Dela hanya mencoba untuk menghubungi Rendi sambil menunggu didepan pintu gerbang rumahnya. Dan terdengar suara decitan ban yang lumayan keras.
“maaf sayang, masuk gih.” Ucap Rendi dari dalam mobil.
“okay.” Ucap Dela santai sambil membuka pintu.
“loe ga bawa barang?” tanya Rendi dengan ekspresi bingung sambil memakan onigiri dan menjalankan mobilnya.
“aku cuma bawa daleman doang, ntar bajunya beli disana ajah. Ya gampang lah. Kamu belum makan siang yah?
“iya del, tadi dosennya nahan-nahan makanya telat gini. Maaf yah udah buat lo nunggu dijalanan.”
“its okay. Im fine.”
“cia.. lo bahasa inggris supaya bisa ngomong ama bule disana yah?” goda Rendi.
“humm iyaa, siapa tau aku dapet cowo bule.” Ucap Dela sambil tertawa.
“muter balik ajah yah, ga jadi ke Bali.”
“hahhahah becanda Rendi.”
“gue juga becanda ahahahha.”
Tepat pukul 15.00 Rendi dan Dela tiba di bandara dan langsung cek in, lalu pergi ke waiting room.
“kita ga makan dulu Ren? Kamukan tadi cuma makan onigiri.” Ucap Dela dengan ekspresi khawatir.
“humh sempat ga yah? Kayanya ga sempat deh del, lagian nanti di pesawatkan dikasih makan, jajan ajah yuk.” Ucap Rendi sambil menarik tangan Dela untuk beranjak berdiri dan pergi mencari makan.
Perjalanan dari Semarang menuju Bali terasa sangat singkat karena waktunya dihabiskan dengan cerita yang tidak ada habisnya. Tawa yang dikeluarkan Dela sangat bahagia begitu juga Rendi.
“YASH Bali.” Ucap Rendi saat menapakkan kakinya di Airport.
“hahhaha ini kita kemana Ren?” tanya Dela.
“ambil bagasi gue dong sayang.” Ucap Randi sambil merangkul Dela dan melangkah ke dalam bandara.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bagasi cukup lama sekitar 20 menit dan mereka langsung melangkah keluar bandara dan disana langsung ada pihak hotel yang menjemput Rendi dan Dela. Diperjalanan menuju hotel
“wahh pasangan baru yah.. mau honey moon?” tanya supir yang membuka percakapan.
“hahha iya bli. Istri saya cantik kan bli.” Ucap Rendi sambil tersenyum dan merangkul Dela.
“Rendi.” Ucap Dela kesal “hahahah engga kok pak, saya masih muda gini, kok dah nikah.”
“gini nih pak, saya harus bisa maklum, istri saya sangat tidak mengakui pernikahan kami karena dia masih merasa muda.” Ucap Rendi lagi.
“hhahahah gak papa yah mbak, toh suaminya ganteng, apa yang di maluin, sekarangkan sudah jaman nikah muda.” Sambung bapak supir lagi.
Dela hanya tersenyum aneh.
Sesampainya dihotel Dela langsung membuka jendela dan berjalan ke teras memandang suasana malam di pulau Bali, hamparan angin membuat Dela terpejam dan Rendi menyusul Dela dan langsung memeluk Dela dari belakang.
“malam yang indah yah Del.” Ucap Rendi.
“hahaha Bali selalu menawan kalo malam, aku suka anginnya.” Ucap Dela yang masih terpejam.
“masuk yuk, ntar masuk angin.” Ucap Randi sambil menarik mundur Dela.
“what? Ga kaya gini juga Rendi.” Ucap Dela samil mengikuti Rendi melangkah mundur.
Sesampainya dikamar, Dela memperhatikan kamar itu, di mana ada 2 ruangan, satu ruang tamu yang dilengkapi kursi, dapur, dan teras. Satu ruangannya lagi ada satu kamar tidur king size, jendela yang sangat besar dengan tirai panjang berwarna gold, dan kamar mandi yang cukup luas serta dengan closet room.
“gila, kamu make uang kamu berapa buat nginep disini?” tanya Dela pada Rendi yang sedang merapikan bajunya di dalam closet room.
“ahahahah kenapa del, lo takjub yah? Ga seberapa kok, tabungan aku banyak.” Ucap Rendi lagi.
“takjub? Sebenernya engga sih. Ini biasa ajah.” Ucap Dela yang langsung mendapat pandangan tajam dari Rendi. “hahahha becanda Ren, ini amazing.” Ucap Dela lagi sambil tersenyum lebar dan mengambil handuk untuk mandi.
“mandinya boleh bareng ga Del?” teriak Rendi.
“GA BOLEH.” Teriak Dela lagi.
Rendi hanya tertawa mendengar Dela teriak seperti itu. Rasanya sangat lucu ketika membuat Dela kesal. Sekitar 5 menit Dela keluar dari kamar mandi dan BUKK, Dela menabrak dada bidang nan atletis milik Rendi yang sudah tidak menggunakan baju karena Rendi tepat berada di pintu kamar mandi, Dela langsung menelan air salivanya dan pipinya langsung memerah.
“Sayang kalau jalan lihat-lihat dong.” Ucap Rendi sambil memegang kedua pipi Dela. “pipi loe kenapa? Panas banget? Kamu demam” ucap Rendi gugup.
“engga kok. Kamu mandi gih.” Ucap Dela dan langsung keluar dari kamar mandi. Rendi hanya menatapnya bingung dan langsung mandi. “gila yah, kamu kenapa si Dela, perasaan kamu sering lihat Rendi ga pake baju, tapi nagapain pipi kamu sampai panas gini.” Ucap Dela sendiri di depan cermin sambil menggunakan make-up dan segera pindah ke ruang tamu, Dela khawatir Rendi akan keluar dengan telanjang dada lagi.
Waktu menunjukkan jam 19.30 WITA Rendi dan Dela sudah siap-siap di loby hotel untuk menunggu mobil sewaan mereka datang. Menunggu sekitar 5 menit, mobil merekapun tiba dan diserahkan oleh pihak hotel.
“kamu ngambil paket honeymoon yah Ren?” tanya Dela.
“wkwkwkkw loe kok tau?”
“aishh ya nebak-nebak ajah sih.” Kata Dela sambil masuk ke dalam mobil.
“ya engga lah, emang ada paket-paket gituan?” tanya Rendi lagi sambil fokus mengemudi.
“ya ada lah, hotel itu nyediain tau.”ucap Dela.
“tau dari mana lo.” Ucap Rendi lagi sambil tertawa.
“baca Ren tuh iklannya gede banget.” Kata Dela sambil menunjuk sebuah banner di gerbang hotel.
“iya sayang.” Ucap Rendi sambil mengelus-elus kepala Dela. “mau makan malam dimana?” tanya Rendi.
“KFC yuk, pengen makan ayam satu bucket.”
“What? Dela? Lo di Semarang juga bisa makan itu, makan ayam betutu kek, nasi jinggo kek.” Balas Rendi.
“Rendi pengen itu, yah... yah... yah...” ucap Dela manja memohon kepada Rendi sambil memegang lengan Rendi yang sedang memegang persneling. Rendi hanya menatapnya sesekali sambil tersenyum-senyum. “kita makannya dikamar ajah sambil nonton TV atau makan di teras?”
“hahhaha iya Del, iyaa. Ya udah kita ke mall ajah yah beli baju sekalian beli ayamnya,”
Sesampainya di mall, Dela dan Rendi melangkah ke store favorit Dela, lalu mengambil beberapa baju, bikini, calana, dress pantai, dan sling bag. Tanpa mencoba Dela langsung menuju kasir dan membayar lalu pindah ke Store lain lalu melakukan hal yang sama. Lalu berpindah ke Store sepatu untuk membeli sendal jepit dan beberapa sepatu. Rendi hanya tercengang diam. Ketika Dela ingin masuk ke sebuah toko lagi
“Dela, ini dah banyak banget.” Ucap Rendi sambil menunjukan tote bag yang sudah penuh di tangan kiri kanannya.
“hahahha kamu cape yah sayang?” ucap Dela sambil meletakan tote bag bawaannya dilantai dan memijit tangan Rendi.
“nanti bawa pulangnya gimana?”
“humhh beli koper atau dikirim ajah” ucap Dela.
“what? Masih mending kalo lo belanja yang ga ada di Semarang, lah ini? Ada semua. Huft.” Keluh Rendi yang mungkin sudah sangat lelah mengangkat barang-barang belanjaan Dela.
Dalam sekejap mood Delapun berubah, Dela menunduk dan menggigit bibir dalamnya, lalu membalikkan badannya dari Rendi dan menghela nafas panjang
“Dela ke toilet dulu yah, Rendi tunggu disini ajah.” Ucap Dela sambil melangkah kedepan. Rendi hanya diam dan duduk di kursi panjang yang tersedia disitu.
Dikamar mandi Delapun menangis, air matanya mengalir begitu saja, Dela sebenarnya sangat sensitif, tidak bisa menerima tekanan bahkan suara yang kuat sekalipun. Namun tak ada yang mengetahuinya, karena Dela hanya menangis dikesendirian dan tak pernah mengeluarkan suara sedari dulu. Setelah air mata Dela tak lagi mengalir, Dela keluar dari kamar mandi dan menyuci wajahnya, dan memakai lipglossnya kembali.
“kita balik yuk.” Ucap Dela menghampiri Rendi yang sibuk dengan ponselnya dan menenteng kembali semua belanjaannya dan berjalan menuju parkiran.
“eh Dela, kok lo yang bawa semua, sini gue ajah, kan berat?” ucap Rendi menyusul Dela sambil mengambil barang-barang tersebut dari tangan Dela dan berjalan mendahului Dela sampai akhirnya sampai di parkiran. Rendi memasukkan seluruh belanjaannya ke kursi belakang. Sementara Dela langsung masuk ke mobil dan memakai seatbelt. Tak ada percapakan yang terjadi sepanjang perjalanan karena Dela pura-pura tidur sampai akhirnya tiba di hotel, Dela turun dan memanggil valet untuk memarkirkan mobil dan membawa barang belanjaanya ke kamar. Rendi masih di mobil dan memandang Dela pergi masuk kedalam hotel, sementara kunci ada di tangan Rendi.
“mas sini saya parkirkan,” ucap pelayan hotel sambil membuka pintu Rendi.
“ohh makasih bli.” Ucap Rendi sambil turun dari mobil dan berlari mengejar Dela. Ketika sampai dikamar hotel, Rendi bingung bagaimana Dela masuk ke kamar sementara kunci ada padanya. Rendi melihat Dela sudah terlelap di sofa ruang tamu, masih mengenakan sepatu dan jaket. Rendi membuka sepatu Dela dan membuka jaketnya. Lalu mengangkat Dela ke tempat tidur. Rendi memandangi wajah Dela menunggu Dela mengakhiri sandiwaranya. Rendi berinisiatif untuk menggoda Dela.
“humhh mumpung Dela udah tidur, cium ahh dia kan ga pernah mau kalo dicium.” Ucap Rendi sambil mengelus-elus bibir Dela.
“huhh Rendi Kampret, kamu ngapan sih?” ucap Dela dalam hatinya.
Delapun bergerak membelakangi Rendi namun mata tetap terpejam. ‘hahhaha gemes banget sihh.” Ucap Randi lagi sambil membalikkan kembali tubuh Dela dan langsung mencium bibir Dela, dan sentak mata Delapun terbuka sangat lebar dan Rendi mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat Dela membuka matanya.
“kok cepet banget bangunnya?” tanya Rendi. “gue ga ngapa-ngapain lohh.” Ucap Rendi lagi sambil mengangkat kedua tangannya karena melihat Dela melotot. Lalu suara bel kamar berdering,
“humh bentar ya sayang.” Ucap Randi sambil mengelus kepala Dela dan pergi keluar untuk membuka pintu. Sebenarnya bukan mengelus, lebih tepat membuat rambut di kepala Dela berantakan.
“iya mas?” tanya Rendi
“atas nama Rendi? Kombo Super family?” ucap Seorang kurir KFC.
“hah iya bli? Bentar yah bli.” Kata Randi sambil mengambil dompetnya dan memberi kartu kreditnya kepada kurir “ini bli.”
“owh iya mas.” Proses pembayaranpun selesai dan Rendi menghampiri Dela yang masih tidur-tidur.
“yang katanya tadi pengen makan ayam di teras mana yah?” ucap Rendi sambil membuka pintu teras. Dela keluar sambil membawa selimutnya karena terlalu dingin.
“Rendi i hate you.” Ucap Dela sambil mengambil paha ayamnya dan memakannya.
“wkwkwkwk lo tadi marahkan pas gue ngeluh soal barang-barang? Hmm ga marah sih, ngambek iya. Hahaha. ” Rendi hanya tertawa melihat tingkah laku Dela. Dan Dela hanya menatap Rendi datar. “ciaa gitu doang ngambek.” Ucap Rendi sambil mencolek-colek dagu Dela.
“ih gilaa.” Ucap Dela kesal dan berdiri dari kursinya lalu melangkah ingin masuk ke dalam kamar, tapi spontan Rendi menarik tangan Dela hingga Dela terduduk dipangkuan Rendi. Rendi langsung memeluk Dela.
“Dela dingin.” Ucap Rendi dengan suara pelan seperti minta dikasihani. Dela langsung membuka selimutnya dan menyelimuti Rendi.
“masuk ajah kalo dingin.” Ucap Dela.
“engga, pengen disini ajah. Kalo kita kedalam lo pasti langsung bobo.”
“engga Rendi aku janji ga langsung bobo. Soalnya aku kedinginan juga.”
Rendi langsung mengangkat Dela masuk ke kamar dan mendudukkannya di Sofa depan TV lalu membawa makanan dari teras ke dalam. Rendi dan Dela menonton TV dan bersedagurau seperti biasanya sampai akhirnya Rendi tertidur dilantai dan Dela tertidur di sofa.
Dikediaman keluarga Dela, tepatnya di ruang kerja Haruna, jam menunjukan 22.00 dimana Haruna masih berkutat dengan pekerjaannya.
“selamat malam nyonya, sepertinya nona Sia Diandela malam ini sedang berada di Bali bersama temannya. Nona menginap di satu unit kita disana.” Ucap Darma selaku orang kepercayaan dari Haruna.
“Sia ke Bali?” kejut Haruna yang membuatnya menghentikan pekerjaannya.
“iya nyonya, tapi sepertinya bukan rencana dari nona sendiri. Karena semua pemesanan akomodasi atas nama teman nona Sia.” Ucap Darma.
“Rendi Nugraha? Hahaha mengapa dunia ini sangat sempit?” ucap Haruna sambil membaliikan kursinya memandang ke luar.
“iya nyonya Rendi Nugraha, nyonya mengenalnya?” tanya Darma.
“hahaha tentu saja, dia anak salah seorang sahabat saya.”
“kenapa nyonya?” tanya Darma lagi.
“kamu jaga saja Sia. Kamu boleh pergi. Saya masih banyak pekerjaan.” Ucap Haruna.
“Saya permisi nyonya.” Ucap Darma.