Read More >>"> SiadianDela (Love) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SiadianDela
MENU
About Us  

Keesokan harinya tepatnya hari Sabtu jam 7 pagi Sia udah bangun dan langsung pergi kedapur dan memasak sarapan buat Tara dan Figo, membuat sandwich kesukaan Tara dan sosis bakar kesukaan Figo. Pada jam 7.30 Tara dan Figo bangun dan langsung kemeja makan.

“ini nih yang buat nginap di rumah lo enak del, serasa dirumah banget. Bangun pagi udah ada ajah aroma masakan. Ahahahaha.” Kata Tara sambil menyeruput susu.

“ahahahaha selai srikaya abis yah del?” Tanya Figo yang langsung ngecek selai diatas meja untuk membuat roti.

“kayanya abis deh Pi, pake nutela ajah dulu. Atau mau aku masakin nasi goreng?” kata Dela sambil mengunyah sendwichnya.

“ga usah Del, kaki loe kan masih sakit.” Ucap Figo yang akhirnya mengambil selai Nutelanya.

“loe ikut gak Del nonton Figo main basket?” kata Tara.

“emang loe ga main basket dari fakultas loe?” Tanya Figo.

            “main sih… ahahahahah.”

            “duh bingung, akukan ga bisa bawa mobil, gimana mau nonton kalian main.” Kata Dela sambil mengangkat piringnya ke pencucian piring.

            “loe ga bisa jalan yah tanpa pake tongkat?” Tanya Tara.

            “udah mendingan kok, ribet juga pake tongkat, btw kalian bisa balikin tongkatnya ke rumah sakit gak, bilang belum dipake sama sekali ahahaha.” Ucap Sia disambung tawa yang dikeluarkan Figo dan Tara.

            “loe ikut gue ajah del.” Kata Tara.

            “ya kalii, loe pasti ama tim lo Ra, loe mau nuntun-nuntun Dela. Temen-temen lo pasti kesal.” Ucap Figo

            “Ya biarin ajah,” ucap Tara sambil menyuci piring.

            “ahahahha bego banget sih Ra. Ya udah entar gue usahain datang. Pake taksi atau apa gitu, baliknya sama kalian.” Kata Dela.

            “tuh good idea tuh.” Kata Figo lagi yang menambah kerutan diwajah Tara.

            “ya udah kalian balik gih, mainnya jam 2 kan, ntar aku masakin makan malam seafood.” Ucap Dela.

            “mama, I love you.” Ucap Figo dengan mata puppy dan langsung mencium pipi Dela dan langsung beranjak dari dapur.

“I love you Dela.” Ucap Tara sambil memeluk Dela.

“I love you too Ra. Udah balik sana, ga usah drama.” Kata Dela lagi.

Jam 12.30 dilapangan basket para panitia melakukan briefing terakhir yang dipimpin oleh Donny.

“okay mohon perhatiannya yah, gue minta tolong banget buat keamanan untuk fokus di hari ini, mohon perhatiannya hanya ke pendukung. Karena hari ini pertandingan fakultas-fakultas besar dan basket putra, gue gak mau kejadian tahun lalu terjadi lagi. Dan buat panitia khusus Basket juga tolong buat tekanin lagi peraturannya buat para pemain dan fakultas, kalo ada kerusuhan permainan langsung dihentin ajah sesuai kesepakatan kemarin. Okay guys ada yang mau nanya lagi atau mau nge florin?” jelas Donny dengan suara yang sangat tegas.

“gue mau masuk, buat kosumsi tolong konsumsi dibuat diluar lapangan ajah ga usah dekat banget ke lapangan, karena bisa kena ke lapangan dan buat lapangan jadi licin.” Ucap Erlangga selaku Kordinator Basket.

Brifeng berlangsung selama 10 menit yang berakhir dengan ucapan semangat bekerja dari Rendi selaku Kordinator Divisi Minat dan Bakat Badan Ekesekutif Mahasiswa UNDIP. Seluruh panitia langsung berhamburan untuk mengerjakan job masing-masing. Papan jadwalpun ditempelkan dan

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik VS Fakultas Ekonomi

Fakultas Hukum VS Fakultas Sains dan Matimatika

Fakultas Kedokteran VS Fakultas Psikologi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan VS Fakultas Teknik

“enak banget lo lawan psikologi…” ucap Figo saat melihat papan jadwal.

“ahahahahha bisa aja lo nyet… gue mah Cuma lengkapin kursi cadangan ajah.” Ucap Tara merendah.

“loe mau merendah buat ditinggikan? Humh gue doain lo kaya Dela.” Balas Figo sambil meninggalkan Tara.

“kampret loe.” Balas Tara lagi sambil pergi berabung ke timnya.  

Jam 13.30 WIB Dela datang menggunakan taksi dan turun dengan perlahan dari taksi dengan kaki yang masih diperban.

“makasih bapak.” Ucap Dela sambil menutup pintu.

“Sia.” Teriak seseorang dari kejauhan.

Sia menoleh kiri kanan melihat siapa yang memanggilnya,

“Sia kamu datang?” ucap Rendi dengan sangat bersemangat.

“ahahahah iya Ren, mau nonton Figo dan Tara.” Kata Dela pelan. Ahahahahah menurunkan nada memang biasa dilakukan Dela kalau dia sedang malu.

“hum sini aku bantu bawa tas kamu.” Ucap Randi sambil mengambil tas yang masih dilantai karena dikeluarkan secara terpisah saat keluar dari taksi.

“ahahah ga usah repot Ren.” Ucap Dela.

“ya ga repot kok, kamu ajah susah jalan gimana mau bawa ini, emang ini apaan Sia?” kata Rendi lagi sambil menggandeng tangan Sia berjalan ke dalam gedung. Sungguh momen yang sangat tidak janggal sama sekali, mereka terlihat seperti 2 orang yang telah kenal bertahun-tahun.

“ahahah itu juss buat Figo dan Tara, Strowberry dan buah Naga. Aduh maaf loh Ren repotin kamu, tapi tadi sebenarnya aku mau ngehubungin Tara sih.” Ucap Dela dengan polosnya.

“ahahahha aku tau kok, ga mungkin kedua sahabat kamu itu tega lihat kamu jalan kayak gini, tapi ga papa kok, merekakan lagi persiapan.”

“kamu disini ngapain? Owhh hahha dukung anak kedokteran yah? Tapi kamu make almamater, kamu panitia?”

“hahahah iya.”

Sesampainya didalam gedung, Rendi mengantar Dela ke kursi penonton yang berada di tengah-tengah.

“gue boleh duduk disinikan” ucap Rendi sambil menunjuk sisi kanan Dela duduk.

“ahahahahah yah boleh lah”

“kamu mau lepas perban kapan?” Tanya Rendi sambil mengatur posisi duduk yang nyaman.

“hum besok kayaknya udah bisa dicopot, kalo udah mendingan jumat depan main futsal lagi kok.” Ucap Dela sambil tersenyum lebar dan mengambil 2 botol jus dari tasnya.

“apa? Kamu yakin? Kan kemarin kata dokter 3 bulan kedepan?” ucap Rendi khawatir.

“ahahhhaah dokter mahh, santai ajah, lihat minggu depan kok, kalo sakit yah ga main. Nihh lo mau buah naga apa strawberry?” Tanya Dela sambil menawarkan 2 botol juss.

“lah ini kan buat Figo dan Tara.”

“ahahha aku bawa banyak kok, makanya tas aku berat. Mereka mah gak cukup satu.”

“owhh ahahahaah buah naga ajah dehh” ucap Rendi sambil mengambil satu juss dari tangan Sia.

Prtt… prt… peluit pertanda permainan pertama telah dimulai. Pertandingan yang sangat sengit yang dimeriahkan oleh teriakan cewek-cewek masing-masing fakultas. Yang dimana kedua fakultas ini merupakan fakultas yang cewek-cewenya pada lumayan banyak dan lumayan cantik semua. Pertandingan pertama dimenangkan oleh fakultas ekonomi yang langsung dilanjut dengan permainan kedua, pada pertandingan kedua ini sudah jelas yang mendominasi di tribun adalah fakultas hukum, karena fakultas sains dan matimatika sudah dipastikan diisi anak yang sangat fokus pada ilmu pengetahuan dan tidak terlalu tertarik dengan dunia olah raga.

Pertandingan kedua ini cukup sengit karena kemampuannya cukup seimbang, dan ditambah lagi fakultas hukum sangat terkenal dengan permainan kasar dilapangan.

“Figo, gue ga suka loe dekatin Bella.” Ucap Dicky yang selalu menempel pada Figo dilapangan.

“Bella yang mana, Bella gue banyak bro.” Balas Figo yang bertepatan menerima bola lalu berlari dan melakukan shoot dan bruakk, Figo terjatuh sampai keluar lapangan tepatnya dibelakang ring saat selesai melakukan shoot, lalu dalam sekejap tribun menjadi rusuh dengan teriakan-teriakan anak hukum. Dicky yang posisinya paling dekat dengan Figo menghampiri Figo dan mencoba untuk menolong sebelum tim Kesehatan sampai ke tempat Figo.

“gue cuma peringatin loe go.” Ucap Dicky.

Figo hanya menatap Dicky tajam, sakit yang dialaminya cukup parah namun tak membuatnya meringis sedikitpun, darah mercucuran di siku tangannya dan kaki kanannya terkilir. Tara langsung berlari menghampiri Figo yang sudah diangkat menjauh dari lapangan dan mendapatkan tanganan medis.

“loe ga papa Pi?” Tanya Tara sambil memperhatikan keseluruhan tubuh Figo.

“ga papa engkong lo. Tangan gue berdarah dan kaki gue terkilir.” Ucap Figo sambil meringis karena obat merah yang di tuang ketangan kirinya.

“lagian lo kok bisa jatuh sih.”

“Dicky. Dia dorong gue.”

“What? Gila, kenapa?”

“yah mana gue tau.”

“lo sih godain Bella, dia kan suka banget sama Bella.” Ucap Tara sambil duduk disamping Figo. “yah… lo ga bisa main lagi dong.”

 “shut up Ra, gue perban nih mulut lo.” Ucap Figo kesal.

Sementara ditribun Dela hanya bisa pasrah melihat Figo, kerena Dela ga bisa jalan masuk ke arena lapangan. Rendi sudah pergi sedari permainan Figo babak pertama, karena harus mengurus sesuatu. Dela berada di tengah-tengah tribun dan tribunnya sangat penuh, dengan kondisi kaki yang begitu mungkin dia hanya bisa berdiri ditempat. Dela hanya bisa menelepon handphone Figo yang juga tidak diangkat, teriakan Dela juga tidak terdengar oleh Figo maupun Tara. Teriakannya hanya membuat orang yang duduk disekitarnya memandang tajam. Dela mencoba lagi untuk menghubungi Figo.

“pi kamu gak papa?” Tanya Dela khawatir.

“gak papa kok del, loe dimana?” Tanya Figo lagi.

“aku lagi di tribun nih, lihat ajah pake baju biru.” Ucap Dela sambil melambai-lambaikan tangannya.

“owhh iyahh hahahahha Dela kaki gue sakit, tangan gue juga.” Ucap Figo yang tiba-tiba nadanya merendah dan lirih seakan penuh penderitaan.

“ahahahha tadi katanya gak papa. Kamu gak kerumah sakit?” Tanya Dela.

“gak lahh terkilir doang, besok juga sembuh.”

“ya udah dehh, ntar lo balik ama Tara ajah yah.” Ucap Dela.

“lah kenapa Del?”

“kamu kan lagi sakit pi, biar Tara ngerawat kamu. Toh tadi kalian barengan kan datang kesini. Aku biar naik taksi lagi. Btw aku bawa juss nihh.”

“waw serius Del, buah naga kan?”

“iya Figo sayang.”

“Ra, tolong ambilin jus gue dong ke Dela.” Ucap Figo ke Tara yang sedari tadi fokus ke permainan.

“dela dimana?” Tanya Tara santai.

“ditribun pake baju biru, ditengah-tengah kok.”

“okay.”

Dilokasi tribun Tara mencari keberadaan Dela yang lumayan sulit juga buat ditemukan butuh waktu 5 menit untuk menemukan keberadaan Dela.

“hay sayang, gimana tadi perjalanan ke sini?” Tanya Tara sambil mengambil tas Dela dan melihat-lihat isinya.

“baik-baik ajah Raa… tuh ambil buat kamu juga ada.” Ucap Dela dengan mata yang tetap fokus kelapangan.

“okay, tenyuu.” Ucap Tara sambil mengangkat tote bag dari ransel Dela.

Prttt…… pertanda permainan ke-2 telah selesai dan dimenangkan oleh Fakultas Hukum, yang berarti minggu depan mereka akan berhadapan dengan Fakultas Ekonomi.

“what? Udah selesai ajah, gue kelapangan dulu yah Del, gue mau main.” Ucap Tara sambil beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi.

“Tara, nanti selesai kamu main aku langsung balik yahh. Semangat. Ingat makan malam.” Teriak Dela.

“iya Dela…”

Dilokasi Rendi tepatnya dimeja panitia,

“Donny gue mau ijin.” Ucap Rendi sambil memainkan handphonenya.

“ijin apa?” Tanya Donny serius menatap wajah Rendi.

“ya elah ga usah lihat gue kaya gitu juga kali Don, gue mau ijin nanti ga hadir rapat evaluasi.” Ucap Rendi lagi sambil menggigit bibir bawahnya.

“anjirr gue paling benci kalo lihat loe gigit bibir, najis banget Ren. Emang loe mau kemana?” Tanya Donny dengan mata yang tetap fokus kelapangan basket permainan fakultas kedokteran dengan fakultas psikologi.

“mau nge date.” Ucap Rendi.

“APA? Gila loe, ama siapa? Kok bisa? Bukanya loe jaga jarak ama cewe-cewe.” Ucap Donny dengan ekspresi yang sangat tidak terima karena dia sudah hampir lupa apa yang dimaksud dengan nge date sementara Rendi hanya diam tersenyum-senyum.

“Jangan bilang loe pergi ama Tifa?” Tanya Donny dengan tatapan misterius.

“yah enggak lah, ama anak Fakultas Hukum. Pokoknya gue ijin yah. Tenkyu.” Ucap Rendi sambil meninggalkan Donny dan pergi ke Tribun ingin menemui Dela.

“Ren, loe mau kemana?” ucap Tifa yang tiba-tiba muncul ditengah perjalanan menuju tribun.

“hahh? Mau ke Tribun Fa? Kenapa?” Tanya Rendi sambil menghentikan perjalanannya.

“ntar malam lo ada acara ga?” Tanya Tifa.

“kenapa Fa? Kayaknya ada dehh.”

“gak papa kok.”

“okay Fa, gue pergi dulu yahh.” Ucap Rendi sambil berlari kecil ketribun.

Sesampainya di tribun

“maaf yah lama.” ucap Rendi sambil duduk disamping Dela dan sedikit lebih dekat, karena tasnya sudah kosong dan berada di pangkuan Dela, secara otomatis jarakpun menjadi lebih dekat.

“ahahahah enggak kok Ren.” Ucap Dela manis.

“hum, nanti kamu balik sama siapa?” Tanya Rendi dengan mata yang udah fokus kelapangan.

“naik taksi Ren, soalnya aku mau ke Swalayan dulu, Gelael yang dekat Akpol.” Ucap Dela lagi.

“owh bareng aku mau gak? Aku juga mau beli perlengkapan kosan. Sekalian kan, biar kamu hemat taksi dan… dan… eeh… biar ada yang bantu dorong troli.” Ucap Rendi sambil menunduk malu.

“ahahahahah iya.” Ucap Dela sambil tersenyum dan terus memperhatikan langkah Tara dilapangan basket dan sesekali memberikan teriakan semangat.

Orang-orang mungkin berfikir bahwa Dela dan Tara berpacaran, karena Tara selalu mengumbar kata sayang didepan umum dan memperlakukan Dela seperti pacarnya, dan Tara tidak pernah pacaran ataupun dekat dengan seorang wanita kecuali Dela. Walaupun banyak yang menyukainya karena Tara ganteng, kaya, pinter, pemain basket dan seorang pianist tetap saja iya tak mau membuka hatinya. Tampilan luarnya yang pecicilan membuatnya terkesan bad boy yang banyak disukai cewek-cewe. Tapi harapan cewe-cewe akan pudar ketika melihatnya bersama Dela.

Pertandinganpun berakhir dengan kemenangan telak fakultas kedokteran. Dela langsung menelepon Tara namun belum diangkat, akhirnya Dela langsung balik bersama Rendi.

“kamu bisa jalan sendiri atau di bantu?” Tanya Rendi ragu.

“ahahha Kalo disini tolong dibantu dulu yah Ren, kalo jalannya udah lurus-lurus ajah, baru sendiri.” Ucap Dela sambil menggunakan tasnya.

“ok.” Ucap Rendi sambil memegang lengan Dela sambil menuruni tangga Tribun.

“makasih Ren.”

Mereka berjalan keluar gedung olah raga menuju parkiran dan sesampainya di mobil Rendi

“Ren? Rubicon?” Tanya Dela tercengang.

“iya Sia, kenapa? Tanya Rendi lagi.

“susah naiknya Ren.” Ucap Dela lagi sambil membuka pintu mobil hitam Rendi.

“owh iyah, sini aku bantuin. Maaf Sia.” Ucap Rendi lagi sambil menolong Dela masuk kedalam mobil. “maaf berantakan.” Ucap Rendi sambil menutup pintu mobil dan berjalan mengelilingi mobil dan masuk.

“berantakan dari mana Ren?” Tanya Dela dengan polosnya. Sudah sangat jelas mobil Rendi itu sangat bersih dan klimis, sepertinya Rendi merawatnya dengan mati-matian, tak ada baju, tak ada bekas sepatu, dan tak ada sampah secuilpun.

“ahahahaa maaf basa-basi doang Sia.” Ucap Rendi sambil memasang sabuk pengaman dan menyalakan mobilnya dan langsung berjalan.

“ahahahahha, ini mobil kamu sehari-hari? Ga ribet Ren.” Tanya Dela.

“enggak lah, gue suka mobil ini, karena bisa dibawa kemana ajah tanpa khawatir kenapa-napa.” Ucap Rendi lagi.

“owh…” ucap Dela sambil mengeluarkan hapenya dan megetik sebuah pesan buat Tara karena pulang tanpa ketemu dulu.

 X Tara selamat haahhaha nanti makan malamnya dikosan Figo ajah yah, aku datang ke apartemen kalian, aku bawa WINE lohhhh *_*

            “seat belt-nya Dela?” ucap Rendi.

            “aduh iya maaf yah Ren, aku ga pernah ingat make seatbelt kalo duduk di bangku penumpang.” Ucap Dela sambil memasang seat belt-nya.

Didalam mobil Rendi dan Dela sangat penuh pembicaraan mulai dari Sate padang di banjar sari sampai menara Paris. Pembicaraan yang sangat hangat dan tak terputus. Sesampainya di swalayan Dela dan Rendi mengambil troli

“aku ajah yang dorong trolinya Ren.” Ucap Dela sambil mengambil langkah memegang trolinya dan menggeser Rendi sambil tersenyum.

“biar bisa jalan yah? Ahahahaha” Randi tertawa. Sambil berjalan disamping Dela.

“mau beli apa Del biar aku bantu nyari.” Ucap Rendi sambil memasukkan Tissu kedalam keranjang.

“buat aku Ren, ambilin dua lagi. Hum banyak sihh, kamu suka makan malam yang gimana?” ucap Dela sambil memasukkan barang-barang yang diperlukan.

“makan malam? Banyak sihh apa ajah.”

“humh… Ren tolong udangnya dong.” Ucap Dela menunjuk udang diatas meja yang dipenuhi es. Dela sangat semangat berbelanja sampai lupa bahwa kakinya sedang sakit dan berakhir diantrian kasir.

“wuhh capee.” Ucap Dela sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan katalok belanja.

“kamu mau istirahat dulu apa gimana Sia?” Tanya Rendi yang khawatir.

“hahahha santai Ren. Belanjaan punya kamu dulu ajah Ren.” Ucap Dela ketika melihat perhitungan yang didepan mereka hampir selesai.

“ahahahha iya.” Ucap Rendi sambil mengeluarkan sabun, shampoo, tissue, sikat gigi, odol dan lain-lain yang sangat jelas kepentingan keseharian.

“berapa mbak?” Tanya Rendi sambil mengeluarkan dompetnya.

“124.400 mas. Bayar cash?”

“hum 124.400 yah mbak? Cash ajah dehh.” Ucap Randi sambil mengeluarkan uang 150.000 dari dompetnya selagi menunggu kembalian, Rendi membantu Dela mengeluarkan barang belanjaan Dela.

“mbak tolong es krimnya dikasih es yahh.” Ucap Dela sambil mengeluarkan sayuran, buah-buahan dan sangat banyak makanan lagi. Setelah semua selesai dihitung dan di packing

“berapa mbak?” Tanya Dela lagi sambil mengeluarkan dompetnya juga.

“678.500 mbak.” Ucap kasir-nya.  

“kredit card yah mbak.” Ucap Dela sambil memberi kartu kreditnya dan memasukkan paswordnya kemesin kecil tersebut.

Setelah Dela dan Rendi selesai belanja, Rendi mengantar Dela kerumahnya dan membantu Dela membawa belanjaan Dela kerumahnya.

“ini diletakin dimana Sia?” Tanya Rendi sambil menenteng 2 kantong belanjaan didepan pintu rumah Dela.

“hum masuk dulu Ren letakin didapur. Aduh maaf repotin banget Ren, sumpah aku jadi ga enak banget.” Ucap Dela sambil menundukkan kepalanya.

“aahahha loe suka budaya Jepang yah… gak papa kok Sia. Dimana dapurnya?” ucap Rendi manis sambil masuk kedalam rumah dan mencari dapur.

Dapur Dela berada di tengah rumahnya, tidak seperti rumah lain yang berada di belakang. Deskripsi rumah Dela dari gerbang menuju pintu rumah berjarak sekitar 20 meter dimulai dari tangga menuju halaman yang dipenuhi tumbuhan-tumbuhan, kolam ikan dan bunga-bunga cantik. Serta sebuah patung malaikat yang bermain Harpa didekat kolam ikan, jalan menuju pintu ditumbuhi rumput manis dan dibubuhi batu-batu bulat untuk berjalan di sebelah kiri, sementara jika masuk dari gerbang dan berjalan lurus maka langsung masuk ke pintu garasi dengan parkiran basement. Jika masuk rumah melalui garasi maka akan tembus ke ruang tengah. Jika melewati pintu utama maka akan bertemu kursi-kursi tamu desain tradisional, rumah Dela memiliki dominasi warna coklat dan bahan utamanya terbuat dari kayu. Lampu-lampu yang klasik mengitari seluruh ruangan, hampir tak ada sentuhan modern minimalis, semua perabotan terbuat dari kayu. Rumah yang sangat besar untuk dihuni satu orang.

“Sia kok sepi?” Tanya Rendi dengan hati-hati.

“ahahahha ya iyalah, aku tinggal sendiri disini.” Ucap Dela santai.

“WHAT?? Sendiri, rumah segede ini? Ups maaf.” Ucap Rendi malu sambil menunduk.

“ahahahha santai Ren, kamu apa-apa tunduk. Tenang ajah aku orang yang paling mengerti segala keadan kok.” ucap Dela sambil tersenyum dan memasukkan beberapa belanjaan ke dalam kulkas.

“terus ini belanjaan sebanyak ini buat apa Sia?” Tanya Rendi sambil mengangkat bawang Bombay dan mencium-ciumnya.

“ahahhaaha buat dimasak lah Ren, kamu lucu banget sih.”

“aahhahah kamu bisa masak?” Tanya Rendi kaget.

“bisa lah… ahahhaha nanti malam ada acara gak? Kalo ga ada makan malem bareng aku Figo Tara yokk.” Ucap Dela semangat.

“wahh ahahahha nanti aku ganggu kalian ber-3 lagi.” Ucap Rendi.

“enggak lah…” ucap Dela sambil menyuci daging ayam yang iya beli.

“sini gue bantuin Sia. Kalo nyuci-nyuci gue bisa.” Ucap Rendi sambil mengambil daging yang berada diatas meja dan membawanya ke wastafel.

“okay aahahahha, btw bisa panggil gue Dela ajah gak?? Ahahhaha Sia terlalu weird.”

owhh ahahha okay Dela.” Ucap Rendi.

“btw kamu ga sibuk kan? Makanya bantuin aku.”

“ahahhaha eggak sibuk kok Dela.”

Memasak adalah hal yang sangat di sukai Dela mulai iya diperbolehkan pergi ke dapur. Dela sangat senang melakukan eksperimen dan mencoba menu-menu baru. Sementara Rendi tidak pernah memasak, bahkan dirumahnya sekalipun iya tidak pernah menyentuh dapur, tapi Rendi sangat senang bisa membantu Dela memasak dan mencoba makan yang dimasak Dela. Makan malam pun selesai dengan sempurna, makanan sudah siap di dalam rantang. Jarum jam sudah menuju kearah jam 6,

“hum Ren, aku mandi dulu yah…” ucap Dela sambil melangkah kearah tangga. “hum kalo kamu mau jalan2 atau mau nonton dan lain-lain silahkan, ahahah anggap rumah sendiri.” Ucap Dela lagi sambil menaiki tangga perlahan-perlahan.

“ahahahha iya Dell.” Ucap Rendi samba mengangkat tangannya sambil melambai-lambai.

ya ampun ngapain juga dada-dada.” Ucap Rendi dalam hati sambil menyembunyikan tangannya kebelakang. Awalnya Rendi hanya duduk di meja makan sambil memainkan handphonenya, namun akhirnya iyapun jalan-jalan mengelilingi rumah Dela. Melihat lukisan-lukisan dan foto-foto didinding rumahnya. Dirumah Dela sangat banyak foto, walaupun dirumah itu hanya ada Dela, tapi Dela sangat suka mengabadikan momen dan ditampilkan dirumah. Didinding rumahnya ada foto keluarga Dela yang terdiri dari 5 personil, foto-foto Dela ketika anak-anak, foto 3 bersaudaranya, dan foto Sahabatnya yang lebih mendominasi dinding itu.

Lalu Rendi berjalan lagi ke belakang rumahnya, Rendi melihat kolam berenang, gazebo dan sebuah green house yang terawat. Rendi memasuki green house tersebut dan melihat beberapa jenis bunga, namun didominasi bunga matahari, mawar dan beberapa buah-buahan serta sayuran seperti selada. Dan ada sebuah kursi gantung yang lumayan panjang berisikan bantal-bantal dan beberapa tumpukan buku, serta ikan-ikan didalam akuarium. Cahaya yang remang-remang sangat mendukung untuk mengambil posisi tidur.

gila, ini yang rawat Dela semua, humhhh tempat yang terbaik.” Ucap Rendi dalam hati sambil duduk diatas kursi dan berayun-ayun sambil menghirup nafas dalam-dalam Rendi kembali memainkan handphonenya dan beberapa kali mengambil foto diruangan itu.

Tepat jam 6.30 pm

“Rendi… Ren… Rendi…” panggil Dela dari dalam rumah.

“humhh… iya Laa.” Jawab Rendi dengan suara yang lumayan keras dan langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi menemui Dela.

“humh kamu dari mana Ren?” Tanya Dela yang kebingungan melihat Rendi yang seperti sangat kelelahan.

“ahahahha dari belakang La, aku abis lari-lari. Hahahha” jawab Rendi ngosngosan.

“owhh kirain dikejar hantu, dibelakang itu ada hantu loh.” Ucap Dela dengan ekspresi datar. Yang sekejap membuat Rendi berubah ekspresi.

“tenang aja, dia ga bisa lewat pintu itu kok.” Ucap Dela lagi dengan datar sambil menyusun rantangnya kedalam keranjang pikniknya.

“tolong bukain lemari atas Ren.” Ucap Dela sambil menunjuk lemari gantung.

“iya Dela.” Ucap Rendi pelan.

“kamu kenapa? Ahahahha kamu percaya sama yang aku bilang? Ahahahha bercanda Ren, ya ampun. Ahahhahaha” tawa Dela yang sangat lepas.

“huftt… Dela.” Ucap Rendi pelan. “mau diambilin apa?” sambil membuka lemari “what?? Loe pecinta miras yah La?”

“huft… maaf yah Ren, itu bukan punya aku. Itu punya Figo dan Tara. Aku Cuma punya Wine. Dan tolong ambil Wine yang paling kiri.” Ucap Dela.

“waw… kayanya bakal diner bintang 5 nihh.” Ucap Rendi yang mulai kembali membaik dari raut muka pucatnya yang tadi.

“ahahhhahahha… yaudah kuy.” Ucap Dela sambil memasukkan botol winenya kedalam keranjang.

Rendi mengangkat keranjang piknik itu keluar rumah dan Dela mebawa satu rantang, Karena tidak muat kedalam keranjang. Didalam mobil tepatnya dilampu merah Akpol.

“Ren sebenarnya aku ga enak banget loh bawa makanan kedalam mobil kamu, pasti bau kan.” Ucap Dela sambil membuat mata puppynya kearah Rendi.

Saat Rendi menoleh kearah Dela, Deg… Deg… Deg… terdengar suara jantung Rendi yang ingin meledak dan membuat Rendi terdiam memandang Dela dan Dela pun demikian. Sampai akhirnya bunyi klakson kendaraan yang dibelakangnya bordering keras, menyadarkan mereka berdua dan langsung saja keadaan menjadi hening, tak ada suara kecuali play list Rendi.

“Ren kosan Figo di Paltrow yah…” ucap Dela yang akhirnya memulai memecah keheningan didalam mobil.

“okay.” Ucap Rendi singkat dan kembali fokus menyetir.

“hum Ren kayaknya udah lewat dehh Paltrow-nya” ucap Dela ketika mobil Rendi melewati gerbang Paltrownya.

“hahh? Apa La?” ucap Rendi terkejut sambil melihat kaca spionnya.

“ya udah aku putar yahh.” Ucap Rendi lagi “bego bego bego. Bego banget sih loe ren, napa juga lo malah ga fokus.”

“ahahahhaha kamu ga enakan yah Ren?” ucap Dela lagi. Rendi hanya melirik Dela. “hahha gak papa kok Ren akukan dah bilang aku orangnya mengerti segala keadaan.” Ucap Dela lagi.

Ketika memasuki gerbang gedung, Rendi masuk ke parkiran dan membelokkan mobilnya kekiri

“ren belok kanan, kalo kiri itu buat penghuni gedung.” Ucap Dela.

“ini Paltrow kan? Gue tinggal disini Del.” Ucap Rendi.

“owhh… dari tadi kok ga bilang Ren”

“ahahahhahah maaf yah nyuekin kamu sepanjang jalan.” Ucap Rendi ketika mobil sudah parkir di Basemen dan langsung turun dari mobil.

Dela hanya tersenyum mendengar Rendi dan menyusul Rendi turun dari mobil dengan sangat pelan.

“kamu udah bisa turun La?” Tanya Rendi yang udah nenteng keranjang piknik.

“bisa Ren, ayokk.” Dela mengajak Rendi kedalam lift. Dela memencet angka 3.

“kamu tinggal dilantai berapa Ren?” Tanya Dela sambil melangkah keluar lift.

“lantai 27 La.” Ucap Rendi rendah, Semenjak kejadian di lampu merah yang tadi total membuat Rendi menjadi gugup dan takut untuk berbicara. Sebenarnya iya ingin lari dari samping Dela saat itu juga, dan langsung pergi ke rumahnya namun karena udah keburu janji duluan Rendi jadi menahannya.

Dela membuka pintu Figo dengan menekan tombol password rumah Figo dan mereka berdua masuk. Tara dan Figo terkejut ketika yang masuk itu bukan hanya Dela. Suasana ruangan menjadi sangat dingin, tak ada suara. Figo dan Tara tak bergeming dan

“cherss.” Ucap Dela dengan penuh semangat sambil mengangkat gelas winenya.

“cherss” ucap Figo seorang. Rendi dan Tara diam.

Dela tak mau bergeming untuk mencairkan suasana, hingga

“Ren, loe dicariin digrup.” Ucap Tara.

“owh okay.” Jawab Rendi sambil mencari hapenya dan tidak ada.

“hum gue cabut duluan yah Del, Ra, Figo. hape gue kayaknya tinggal di mobil, sekalian balik juga. Makasih buat makan malamnya Dela.” Ucap Rendi sambil berdiri dari meja makan. Dela juga berdiri dan mengantar Rendi kepintu.

“hum makasih Dela buat makanannya. Aku harap kita ketemu lagi.” Ucap Rendi sambil melihat kanan kiri bawah.

“ahahha kan masih ada janji mau nonton.” Ucap Dela sambil tersenyum.

“owh iya nonton. Good bye La. Night.” Ucap Rendi sambil melangkah pergi ke lift.

“good night.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Black World
1440      666     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Te Amo
399      267     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
Perfect Love INTROVERT
9445      1733     2     
Fan Fiction
Strange and Beautiful
4216      1144     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Ingatan
7340      1790     2     
Romance
Kisah ini dimulai dari seorang gadis perempuan yang menemui takdirnya. Ia kecelakaan sebelum sempat bertemu seseorang. Hidupnya terombang-ambing diantara dua waktu. Jiwanya mencari sedang raganya terbujur kaku. Hingga suatu hari elektrokardiogram itu berbunyi sangat nyaring bentuknya sudah menjadi garis yang lurus. Beralih dari cerita tersebut, di masa depan seorang laki-laki berseragam SMA menj...
Holiday In Thailand
57      53     0     
Inspirational
Akhirnya kita telah sampai juga di negara tujuan setelah melakukan perjalanan panjang dari Indonesia.Begitu landing di Bandara lalu kami menuju ke tempat ruang imigrasi untuk melakukan pengecekan dokumen kami pada petugas. Petugas Imigrasi Thailand pun bertanya,”Sawatdi khrap,Khoo duu nangsue Daan thaang nooi khrap?” “Khun chwy thwn khatham di him?” tanya penerjemah ke petugas Imigras...
When the Winter Comes
52779      7110     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Strawberry Doughnuts
602      403     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Simbiosis Mutualisme
258      162     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
Princess Harzel
14882      2180     12     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...