Loading...
Logo TinLit
Read Story - When I Found You
MENU
About Us  

Pagi ini tidak ada penampilan Caitlin yang terlihat mencolok. Seragam sekolahnya sama dengan seragam yang di pakai murid SMA Palagan, putih abu-abu. Rambutnya yang tadinya berwarna cokelat terang kini menjadi warna cokelat gelap. Ditata dengan gaya rambut ala penyanyi Beyonce. Tidak lupa, sepatu yang di gunakan Caitlin pun juga warna hitam.

Tapi tetap saja dirinya masih menjadi objek sorotan. Mungkin karena tingginya berbeda dengan siswi di sekolah ini, yang rata-rata tinggi setiap siswi hanya sekitar 155 cm.

"Kita kepagian nggak sih jam segini udah di sekolah? hari ini kan nggak ada upacara." Caitlin terus saja mengeluh pada Leon karena laki-laki itu mengajaknya berangkat ke sekolah, saat jam di rumahnya masih menunjukan pukul 06:00

"Sedikit sih. Tapi nggak apa-apa, soalnya dasi gue ilang. Jadi untuk menghindari omelan Pak Remi gue sengaja ngajak lo berangkat lebih awal." balas Leon.

"Ah lo! gue laper tahu belum sarapan."

"Hehe. Yaudah kita naro tas aja dulu, ntar gue samper ke kelas lo. Kita sarapan di kantin."

"Jangan lama-lama!" seru Caitlin ketika Leon sudah melangkah berlawanan arah dengannya karena kelas Leon berada di paling ujung sebelah kiri, sedangkan kelas Caitlin berada di paling ujung sebelah kanan.

Ketika sampai di ambang pintu Caitlin terperangah beberapa saat ketika ruangan kelas itu baru di isi oleh satu orang siswi. Orang yang secara kebetulan dilihatnya di mall kemarin sore. Orang yang belum sempat berkenalan dengannya.

"Morning." sapa Caitlin mencoba bersikap ramah.

Tidak ada jawaban dari perempuan itu. Perempuan yang tak lain adalah Valenia, yang saat ini sedang serius membaca buku di hadapannya. Sebagai anak baru Caitlin berusaha mengakrabkan diri dengan teman sekelasnya. Termasuk Valenia.

"Hari ini ada PR?" tanya Caitlin sambil menghampiri tempat duduk Valenia.

Valenia mengangkat wajah. Menatap Caitlin datar sebelum menggeleng. Lalu dia kembali menunduk, kembali fokus dengan bukunya.

Caitlin menarik napas pendek, mencoba untuk bersabar karena ini memang resiko menjadi anak baru. Namun perlakuan Valenia sangat berbeda dengan teman-teman yang lain yang bisa langsung menerima Caitlin di kelas ini. Lantas sebelum dia buka suara, ada Andra yang masuk ke kelas di iringi dengan sapaan selamat pagi yang hangat yang tentu saja untuk Valenia.

"Pagi Len." sapa Andra.

Valenia mengangkat wajah. Senyum tipis langsung bertengger di bibirnya.

"Pagi." balas Valenia.

Caitlin kontan terkejut. Di saat sapaannya di abaikan oleh Valenia, yang sebelumnya Caitlin mengira bahwa Valenia terlalu hanyut dalam bukunya sehingga tidak mendengar Caitlin berbicara padanya. Sedangkan sapaan dari Andra, masih dengan posisi duduknya yang sama, cara perempuan itu menunduk pun masih sama sampai posisi buku yang di baca nya pun tidak berubah, Valenia bisa sangat cepat membalas sapaan dari Andra.

Menyadari ada orang lain di ruangan ini selain Valenia, Andra menoleh dan sedikit terkejut melihat Caitlin yang berdiri di samping tempat duduk Valenia.

"Lo!"

Caitlin sedikit tersentak. Sejurus kemudian dia memasang wajah sinisnya. "Apa?"

"Urusan lo sama gue belum selesai ya!" tantang Andra. Matanya jelas memancarkan ketidaksukaan nya terhadap Caitlin.

"Urusan apa? emang sebelumnya lo punya urusan sama gue?" Caitlin memutar kedua bola matanya. "Kenal aja nggak!" gumamnya pelan.

"Nggak usah pura-pura bego! Gara-gara ucapan lo temen-temen gue pada salah paham."

"Gue nggak salah ya! karena lo memang jadi delivery man waktu itu."

"Gue udah bilang gue bukan delivery man beneran, itu cuma urgent. Asal lo tahu ya! gue anak dari pemilik Restoran itu." tegas Andra.

"Gue udah tau!" balas Caitlin. "Dan gue nggak peduli."

"Andra udah lah nggak usah ladenin dia." Valenia yang semula hanya diam akhirnya buka suara. Apalagi karena tak sengaja lewat ekor matanya dia melihat Leon berdiri di dekat pintu.

Caitlin menatap Andra dan Valenia secara bergantian. "Kalian berdua emang sama-sama freak!"

"Apa lo bilang? eh mau kemana?! Dasar lo cewek barbar!" umpat Andra.

Caitlin bergegas keluar kelas tanpa mau membalas umpatan Andra. Detik itu juga Caitlin sudah benar-benar tidak suka pada Andra dan Valenia. Niatnya yang ingin menghampiri Leon duluan tertelan begitu melihat Leon sudah nangkring di depan kelasnya.

"Lama banget sih! Gara-gara lo gue harus berurusan sama cowok freak itu." Caitlin memberengut kesal pada Leon.

"Dia nggak macem-macemin lo kan?" tanggapan Leon yang begitu santai membuat Caitlin semakin menekuk wajahnya.

"Dia nyalah-nyalahin gue, dia bilang gara-gara gue temen-temennya pada salah paham. Leon please itu kan bukan salah gue! Gue nggak pernah kenal dia siapa dan saat gue ketemu dia untuk yang pertama kalinya dia udah menjelma sebagai seorang delivery man songong. Terus dimana letak kesalahan gue?" Caitlin berbicara terlalu menggebu-gebu sehingga dia kehabisan napas.

Leon tertawa geli melihatnya. Di usapnya bahu perempuan itu pelan sambil membimbingnya menuju salah satu tempat duduk di kantin. Setelah duduk, barulah Leon mencoba menenangkan Caitlin. "Nanti gue bilang sama Andra ya?"

"Ngapain? Makin merasa menang dia kalau tahu gue ngadu ke lo."

Leon jadi bingung sendiri. Ketika melihat Levin, salah satu teman Andra sekaligus teman sekelasnya juga, Leon memanggil laki-laki itu yang kebetulan sedang berada di salah satu warung kantin.

"Eh Vin sini deh." panggil Andra begitu melihat Levin menoleh ke arahnya.

Levin semula bingung, namun setelah matanya melihat ada Caitlin yang duduk di samping Leon, wajahnya langsung cerah. Dengan langkah lebar di hampirinya tempat Leon dan Caitlin duduk.

"Ada apa nih? tumben ngajak gue gabung?" tanya Levin. Pertanyaan itu di tujukan oleh Leon namun mata Levin terus saja menatap Caitlin. Hal itu membuat Caitlin tidak bisa menahan senyum gelinya.

"Nanya ke siapa tapi mata natap ke siapa?" cibir Leon.

Levin hanya cengengesan. "Ya maap, abisnya ini loh Caitlin cantik nya pake banget banget kalau di lihat dari deket gini."

"Kok lo tau nama gue?" tanya Caitlin.

Mendengar Caitlin berbicara padanya membuat Levin langsung sumringah. "Itu pertanyaan terbodoh 2018 yang pernah gue denger. Satu sekolah SMA Palagan udah tahu kali nama bidadari di depan gue ini siapa."

"Berlebihan." gumam Leon.

"Omong-omong Leon Wiraputra yang gagah perkasa, ada apa gerangan dikau memanggilku?"

Levin yang memang di kenal banyak tingkah menyulut tawa dari Caitlin. Levin senang setengah mati saat melihat tawa sang bidadari pujaannya.

"Lo bisa nggak, nggak usah caper dulu. Gue mau ngomong serius sama lo."

"Kalau sama gue jangan serius-serius lah, soalnya gue mau nyeriusin anak orang. Nih yang duduk di sebelah lo." mata Levin melirik berlebihan ke arah Caitlin.

"Ck! Vin."

"Iya-iya, apa sih mau ngomong apa?"

"Lo dan temen-temen lo bisa kan ngga usah ngatain Andra delivery man lagi?"

Levin mengerutkan kening. "Yang di katain kan Andra bukan lo. Lagian sejak kapan sih lo perhatian sama Andra? biasanya juga adu mulut mulu."

Leon menatap Levin jengah. "Bukan buat Andra tapi buat bidadari lo!" sungut Leon.

"Caitlin maksudnya?" tanya Levin yang terlihat antusias.

"Iya. Lo nggak mau kan bidadari lo terus-terusan di ganggu Andra gara-gara dia nggak terima di katain delivery man sama kalian?"

"Emang apa hubungannya? Andra yang gue kataim, seharusnya si Andra marahnya sama gue bukan sama Caitlin."

Leon menepuk jidatnya. Malas melanjutkan ucapannya jika tanggapan Levin sedang tidak nyambung seperti ini.

"Mmm jadi gini loh Levin." kata Caitlin.

"Iya jadi gimana sweetheart?"

Caitlin meringis sedangkan Leon membulatkan matanya begitu melihat kalimat menjijikan yang keluar dari mulut Levin.

"Yang bikin Andra di katain delivery man sama lo dan temen-temen lo itu kan gue, jadi bisa nggak lo dan temen-temen lo yang lain nggak usah ngatain Andra kayak gitu. Supaya dia nggak terus-terusan nyalahin gue dan supaya sekolah gue disini tentram tanpa gangguan dari dia."

Levin mendengarkan dengan seksama. Lantas setelah Caitlin berhenti bicara dia menganggukan kepalanya tanda mengerti intruksi dari sang bidadari. "Bisa-bisa! nanti gue sampein intruksi ini ke temen gue. Kalau misalnya Andra gangguin lagi, lo laporan aja ke gue. Biar gue sate dia."

"Caitlin yang ngomong aja baru lo konek." dengus Leon.

"Eh rendang bekicot! Lo aja yang ngomongnya bertele-tele. Ngga kayak Caitlin yang langsung ke intinya." elak Levin. Senyumnya merekah lebar saat Caitlin tersenyum ke arahnya.

"Udah sana balik! urusan lo udah selesai disini." Leon mengibaskan tangannya di udara. Mengusir Levin.

Levin berdecih pelan ke arah Leon. Lalu ekspresinya berubah 180° saat bertatapan dengan Caitlin. "Gue cabut dulu ya Cait, sampe ketemu."

Caitlin mengangguk dan tersenyum lebar. "Makasih ya Levin."

Levin yang saat itu sudah bergerak menjauh hanya mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Dia lucu banget sih." kata Caitlin.

"Lucu tapi nyebelin."

"Leon lo tau nggak siapa cewek yang kemaren kita liat di mall? yang gue lihat terus-terusan bareng Andra dari kemarin." Caitlin mengubah topik pembicaraan. Tentu saja dia penasaran dengan gelagat Valenia yang sudah menunjukan ketidaksukaannya pada Caitlin. Semua itu memberikan tanda tanya besar untuk Caitlin sendiri.

"Valenia." jawab Leon. Nada bicaranya terdengar sungkan namun Caitlin tidak menyadari hal itu.

"Valenia? pacarnya Andra?"

"Mungkin."

"Kok mungkin sih?"

"Gue nggak tau."

"Kenapa nggak tau? lo kan sekelas sama Andra."

Leon berdecak. Caitlin tidak tahu saja bahwa topik seperti ini jelas sangat hindarinya. "Walaupun gue sekelas sama Andra bukan berarti gue wajib tau apapun tentang dia."

Melihat Leon yang tampak malas menjawab pertanyaannya, akhirnya dia telan rasa penasarannya. Setidaknya ada Shanum yang nanti bisa dia tanyai. "Iya deh."

-When I Found You-

"Nasi goreng spesial untuk orang yang spesial." kekeh Andra. Dia membuka penutup kotak makan dan menyerahkannya pada Valenia.

Valenia tersenyum tipis. "Lo tuh ya rajin banget bawain gue bekal tiap hari." Valenia protes namun tetap menerima bekal yang di berikan Andra.

Andra mendesah dramatis. "Lo tuh hobinya protes mulu ya. Gue mau anterin pulang lo protes, gue bawain bekal lo juga protes."

Valenia tergelak, "Lo juga hobinya suka maksa. Maksa anter jemput gue terus, maksa gue buat terima bekal dari lo."

Andra hanya cengengesan. "Yang penting kan gue udah nggak lagi maksain perasaan lo." celetuknya asal.

Senyum di bibir Valenia lenyap. Di gantikan dengan segaris wajah kaku. Andra yang menyadari perubahan itu cepat-cepat menyahut.

"Gue becanda. Ya udah kalau gitu gue ke kelas dulu. Itu bekalnya jangan lupa di makan biar gemukan tuh badan."

Valenia mendengus geli. "Makasih." 

Andra tersenyum lebar dan mulai melangkah keluar dari kelas Valenia. Namun ketika dia baru sampai di ambang pintu, Andra melihat Caitlin yang akan memasuki kelas. Dengan gesit Andra menghalau jalan Caitlin.

Caitlin menatap Andra datar. "Minggir."

Senyum miring Andra tercetak. "Urusan kita belum kelar."

Caitlin menghembuskan napas pendek. "Urusan apa lagi sih?"

"Lo belum minta maaf sama gue."

Caitlin mendelik. "Minta maaf? Emang gue salah apa sama lo?"

"Lo masih nanya salah lo apa? Lo udah buat gue malu di depan temen-temen gue."

Caitlin jengah. Lagi-lagi masalah sepele itu yang di bicarakan Andra. "Masalah sepele doang ngapain sih di besar-besarin?"

Andra kesal, sangat kesal. Perempuan ini tidak tahu saja bahwa akibat dari ucapannya membuat kedua temannya selalu meledeknya dengan sebutan delivery man dan cowok freak. Andra yang notabene anak pemilik restoran tentu tidak terima dikatai seperti itu.

"Sekarang lo minta maaf sama gue." ucap Andra tenang.

Sebelah alis Caitlin terangkat. "WhatAre you kidding me? minta maaf sama lo? Ogah! minggir deh gue mau masuk."

Andra menahan bahu Caitlin. 
"Lo cuma anak baru tapi udah berani bertingkah? hmm? Lo nggak tagu aja kalau cari masalah sama gue." bisik Andra. Tepat setelah mengatakan itu, Andra menjauhi Caitlin karena bersamaan setelah ucapannya selesai bel masuk berbunyi nyaring.

Caitlin menghentakan kakinya kesal. "Dasar cowok freak." gerutunya pelan.

Saat Caitlin hendak menuju tempat duduknya bersama Shanum, tak sengaja matanya melihat Valenia terus saja menatapnya. Caitlin membalas tatapan itu beberapa detik sebelum akhirnya dia melengos. Orang seperti Valenia benar-benar tidak cocok untuk menjadi temannya.

-When I Found You-

Andra memasuki kelasnya dengan tampang masam. Ronal yang pertama kali menyadari kehadiran Andra langsung menyahut.

"Eh ada si de__" ucapan Ronal terpenggal saat kelima jari Levin membekap seluruh wajahnya.

"Eh lo Ndra, abis nyamperin pujaan hati ya?" tanya Levin.

Andra memandang heran Levin yang langsung membekap wajah Ronal ketika Andra tahu pasti temannya itu akan kembali meledeknya.

"Ndra kok muka lo asem banget sih? Lagi sakit ya?" kali ini Agit yang menyahut. Walaupun ucapannya terdengar tidak sinkron. Dimana-mana kalau sakit ya mukanya pucat bukan asem.

"Gue yang sakit bege!" sahut Ronal yang masih di bekap oleh Levin.

Levin meringis. Dia melepaskan bekapannya dari wajah Ronal setelah memberikan tatapan peringatan agar ucapan Ronal bisa di kontrol.

"Apa-apaan sih lo Vin." sungut Ronal. "Tangan lo bau tahu!"

"Enak aja! Orang tangan gue masih wangi kok bekas jabat tangan sama bidadari tadi pagi." kilah Levin.

Andra mengernyit bingung. "Siapa bidadari lo? emang ada yang mau sama lo?"

"Sialan lo. Tapi serius man yang ini beneran bidadari. Caitlin! Gila ya kenapa cakep banget tu cewek, pingin gue sahin rasanya."

Andra mendengus. "Bidadari apaan? Barbar iya tu cewek."

Leon yang memang sekelas dengan Andra tentu saja mendengar ucapan laki-laki itu karena tempat duduknya juga berdekatan dengan Andra.

"Bilang apa lo barusan?" suara Leon menghentikan obrolan Andra dengan ketiga temannya.

Andra menoleh, senyum miringnya tercetak. "Kenapa? nggak terima cewek lo gue katain?"

Sejenak Leon terdiam mendengar kata-kata Andra yang menganggap Caitlin adalah pacarnya.

"Kenapa lo diem? Sekarang selera lo yang begituan ya? bule, seksi terus apa lagi? tajir?" ucap Andra lagi.

Leon memandang Andra tajam. "Dia bukan cewek gue." geram Andra.

Andra terkekeh pelan. "Terus siapa lo? selingkuhan? simpenan? atau__" 

"Jaga ucapan lo ya Ndra." potong Leon cepat.

Andra tertawa meremehkan. "Siapanya lo sih tu cewek barbar? sampe segitunya lo belain dia?"

"Yaelah Ndra lo kayak nggak tau Leon aja, Leon kan emang pembela perempuan. Ngeliat Bu sukma nangis aja pasti langsung di hibur ama dia." celetuk Agit. Laki-laki ini memang tidak terlalu dekat dengan Andra. Tapi karena Agit duduk dengan Ronal, terkadang Agit ikut bergabung bersama Andra.

Andra dan Ronal langsung tergelak. Sementara Levin hanya meringis saat melihat tatapan Leon berubah tajam.

"Siapa atau apanya Caitlin buat gue itu bukan urusan lo! Dan lo nggak berhak ngatain Caitlin seenaknya aja."

Andra mendengus. "Dia aja bisa ngatain gue, kenapa giliran gue yang ngatain dia lo larang?"

"Bego banget sih pertanyaan lo Ndra. Mana mau Leon belain lo, lo kan bukan cewek." sahut Ronal.

"Oh iya lupa-lupa gue," kata Andra memasang tampang yang benar-benar menyebalkan.

Leon berdecak. Sangat tidak penting rasanya berurusan dengan Andra hanya karena hal sepele seperti ini. Tapi toh, dia sendiri yang duluan menyahut ucapan Andra karena tentu saja Leon tidak terima jika sahabat terdekatnya di cap yang tidak-tidak.

"Lo pikir Caitlin tahu kalau delivery man songong yang dia ceritain ke gue itu adalah anak pemilik restoran itu sendiri? nggak kan? jadi itu bukan salah dia! Dan stop buat manggil dia yang nggak-nggak." ucap Leon.

Andra menggeram marah saat Leon sudah memutar badannya kedepan sambil menyumpal headset pada kedua telinganya. Seolah tidak mau mendengar balasan apapun darinya.

Bersambung

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
Kelana
648      469     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Telat Peka
1327      611     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
1117      603     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
Lentera
888      609     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
Sepotong Hati Untuk Eldara
1617      766     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
Tetesan Air langit di Gunung Palung
443      308     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
My Teaser Devil Prince
6427      1630     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Sekotor itukah Aku
402      304     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Broken Promises
945      624     5     
Short Story
Janji-janji yang terus diingkari Adam membuat Ava kecewa. Tapi ada satu janji Adam yang tak akan pernah ia ingkari; meninggalkan Ava. Namun saat takdir berkata lain, mampukah ia tetap berpegang pada janjinya?