salam rindu bunda dan ayah
Mungkin tak pernah terbesit dalam benakku akan jadi siapa aku? Akan bagaimana aku? Dengan siapa aku menikah? Bagaimana karirku? Karena itu semua adalah bagian dari ceritaNYA yang sudah tertulis indah di lauhul mafuzku. Kehilangan seorang IBU di saat usiaku 25th sungguh pukulan besar bagiku. Smpai kapanpun, siapapun takkan pernah siap ada di posisiku. Menjadi tulang punggung keluarga, menjdi kakak skligus anak sulung yang harus bisa diandalkan tak mudah bagiku. Jika boleh ak meminta : akupun butuh dikuatkan.
Menikah....adalah bagian dari perjalan hidup, dengan siapa kmu mempercayakan dimu sndiri tuk di bimbing ke jalanNYA, bagaimana menyelaraskan visi misi krn pada dasarnya klian disatukan dengan pemikiran yang berbeda, sifat yang berbeda, cara pandang yang berbeda. Namun tetap pada satu tujuan..."menuju surgaNYA bersma sama".
Ketika kehadiran buah hati menjadi pelenglap dari kebahagiaan rumah tangga itu sendiri, katakan saja aku iri. Iri pada mereka yang dengan mudahnya dikaruniai keturunan. Tpi tak sedikit juga ak mendapatkan kekuatan dari mereka yang seperjuangan denganku. Harus aku akui ak perlu ada di komunitas dengan para pejuang buah hati seperti mereka demi meyakini diri sndiri bahwa aku tak sendiri.
Izinkan memanggilku bunda....seperti itulah cita citaku saat ini.
Menikah dengan seseorang yang sudah berumah tangga sebelumnya, adalah pilihan yg tak mudah bagiku. Beban mental yg ada di bahuku membuatku harus berkali kali istikharah demi meyakinkan diri jln mana yg harus aku ambil. Satu hal yang ak pelajari : bahwa kegagalan bukan berarti tak ada kesempatan untuk menjadi lebih baik. Bahwa orang yang gagalpun berhak untuk tidak gagal lagi. Kemudian yang harus dipikirkan matang matang adalah bagaimana menerima masa lalunya dan menerima seorang anak yg sebelumnya sudh membuatnya menjdi seorang ayah??? Mudah???? Tidak. Pergulatan hati kecil dan logika yang tak pernah akur membuat ak naik turun belajat tentang satu kata "ikhlas". Mamahku menasehati bahwa ini adalah pilihanku, maka aku harus siap dengan segala konsekuensinya dan tanggungjwblah pada pilihan itu. Lalu temanku kembali mengingatkanku bahwa keegoisanku tdk bisa mengklaim bahwa dia hanya milikku. Lalu... bismillahhirrahmannirrahim.... ini adalah awalku mencintaimu wahai anakku karena Allah.
Dari kejauhan aku melihat pertumbuhanmu. Rambutmu yang mulai memanjang, tubuhmu yang mulai tinggi, pipimu yang mulai mengembung, celotehmu, sgala ini itumu ku cari tahu dari siapapun itu. Aku yang slalu tersenyum padamu saat kita berpapasan, sekedar menyapamu "lagi apa sayang...", mungkin kau bertanya tanya siapa orang ini?? Siapa aku???
Nanti.... simpan saja dulu pertanyaanmu. Biarkan kau mengenalku pelan pelan. Jika saatnya itu tiba sekali saja, panggil aku "bunda...".
Ketika ku dengar kau sakit,,,rasanya biar sakitmu pindah padaku saja. Yang aku inginkan kau sehat, bermain, belajar, dan dicintai banyak orang. Ingin rasanya aku berlalu ke arahmu, menuntunmu, ikut bunda saja.... bunda juga sayang kmu. Bunda juga ingin kita bersma.
Untuk putri kecilku.... tersenyumlah sampai matahari iri melihat senyummu. Bahagialah dgn iringan doa bunda dan ayah. Kmi menunggu saat dimana langkah kecilmu berlali ke arah kami. Memeluk kami, mencintai kami seperti kami mencintaimu. Kan ku kirimkan malaikat malaikat di sekitarmu tuk menjagamu, menompangmu disaat kau susah. Bahagialah selalu sayang.... kedua tangan kami menunggu gapaian kecilmu.