"Selamat pagi anak-anak, bagaimana liburan musim panas kalian?", sapa pak Adi. Pak Adi adalah seorang guru yang terkenal sangat sabar dan bijaksana. Selain sabar dalam menghadapi perilaku siswa-siswinya, beliau juga disiplin dan sangan bijak dalam mengambil keputusan. Tidak heran jika Pak Adi menjadi salah satu guru terfavorit di SMA Rainbow.
"Kurang lama pak", sahut salah seorang siswa XI IPA 2 yang kemudian memecah tawa satu kelas.
"Kalau mau lama ya nanti tunggu waktu kalian selesai UASBN ya Rio", timpal Pak Adi.
"Baiklah mari kita mulai pelajaran hari ini", Pak Adi mulai menulis soal di papan tulis.
"Hei bro, ngelamun aja. Kelas sudah mulai tuh", kata Rio pada seorang sahabatnya.
"Eh lo ngagetin aja, gimana kabarmu? Makin gosong aja hahaha", jawab Ray.
"Ah masa ? Padahal waktu liburan ke pantai, gue sudah pakai sunblock lho. Kayaknya kurang banyak ni sunblock gue. Liburan kemana lo ?"
"Hmm, gue sih pulang kampung ke negara asal gue. Oh iya, lo dapat salam dari Angel."
"Wahh, Angel apa kabar? Udah gede dong dia. Pasti tambah cantik nih", sahut Rio dengan muka menggoda
"Awas lo macem-macem sama adik gue ya."
"Iya ampun deh, adeknya cantik tapi kakaknya galak hahaha."
"By the way ri, Angel nanyain kabar Dina. Bahkan Angel bilang sudah selesai membuat scrapbook pesanan Dina."
Ray tampak kaget kemudian hening sejenak, "Terus lo jawab apa ke Angel ? "
"Gue bilang kalau Dina lagi sibuk sekolah buat persiapan kuliah ke luar negeri. Makanya jarang bisa dihubungi."
"Dia enggak curiga kan?"
"Nggak sih, malahan dia berharap Dina nanti kuliah di Amerika."
"Ngobrolin apaan sih? asik banget.", timpal Ruben sambil mencolek pundak Ray dari belakang.
"Itu trio R lagi cerita apa ya? Boleh di sharigkan di depan kelas?", kata Pak Adi tiba-tiba.
"Ah, maaf pak cuma tanya kabar, habisnya saya kan kangen sama mereka", kata Ray sambil merangkul Rio dan menoleh ke Ruben
Seisi kelas pun kembali tertawa. "Sudah-sudah, nanti dilanjutkan waktu istirahat ya ngobrolnya."
"Baik pak", sahut mereka bersamaan.
"Kringgg...", bel istirahat sudah berbunyi. "Baik anak-anak pelajaran kita sampai disini, sampai jumpa minggu depan", jelas Pak Adi mengakhiri pelajaran matematikanya.
"Eh.. Lo udah dapat kabar dari Lisa belum?", kata seorang siswi kepada teman sebangkunya.
"Belum Mit, udah 2 hari dia enggak balas line gue. Waktu itu dia bilang liburannya sudah selesai dan mau balik ke Surabaya tapi sampai sekarang enggak ada kabar."
"Leti, Mita, kantin yuk. Ray sudah laper nih, bisa-bisa dia makan orang nanti.", ajak Rio menghampiri mereka disusul dengan Ray dan Ruben.
"Oh iya, kalian ada yang tahu kabar Lisa nggak?"
"Lisa ? Bukannya dia lagi ke Bandung Mit?", jawab Ray
"Nah itu dia, terakhir dia bilang ke Leti kalau mau kembali ke Surabaya, tapi setelah itu tidak ada kabar lagi. Line gue juga belum di balas sampai sekarang, gue coba call tapi nomernya nggak aktif. Padahal Lisa bukan tipe orang yang suka bolos sekolah.", sambung Mita
"Kagak ada kuota kali hahaha, yuk ah makan dulu. Nanti sepulang sekolah kita samperin rumahnya aja"
"Dasar, bercanda mulu lo Ray. Yaudah yuk"
-----
Sepulang sekolah mereka mengunjungi rumah Lisa. Sesuatu hal yang aneh bagi mereka, Lisa merupakan seorang siswi teladan. Selain rajin, nilainya pun sangat bagus. Ia bahkan menduduki peringkat kedua di kelasnya.
Matahari mulai terbenam tanda hari mulai sore. Sudah berkali-kali mereka menekan bel rumah Lisa namun tidak ada jawaban.
"Sepertinya ia dan keluarganya belum pulang dari Bandung. Rumahnya terlihat sepi. Apa kita pulang saja ?", Ray mulai lelah karena sedari tadi ia sudah membunyikan bel rumah Lisa berkali-kali.
"Maaf, Teman-temannya non Lisa ya? ", tiba-tiba seorang bibi keluar dari halaman belakang sambil membawa sapu. "Maaf tadi bibi di belakang, jadi tidak kedengaran."
"Iya tidak masalah bi, kami teman Lisa, apa Lisa belum pulang dari Bandung ?", sahut Mita
"Maaf non", raut wajahnya tiba-tiba menjadi sedih. "Lisanya.. Lisa tidak akan pulang."
"Maksud bibi? Lisa pindah ke Bandung?", Mita semakin penasaran.
"Maaf, bibi tidak bisa banyak bicara, bibi banyak kerjaan non. Sekali lagi maaf non", sahutnya sambil berlari masuk kedalam.
"Lho bi, tunggu bi", teriak mereka namun percuma.
Saling bertatapan dan tampak penuh kebingungan. Mereka pulang tanpa jawaban yang jelas.
-----
Seseorang berjalan setengah berlari melewati toko roti yang telah tutup dengan mengenakan jaket hitam dan topi. Ia menoleh ke belakang berkali-kali seakan ada yang mengawasi. Ia melihat jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul 11.30 malam.
Dirasa cukup aman, ia mengambil handphone dari sakunya dan menghubungi seseorang.
"Sial", umpatnya. "Kenapa tidak diangkat juga."
Terdengar suara langkah kaki dari kejauhan membuat ia mempercepat langkahnya.
"Halo, kenapa lama sekali mengangkat telepon? Kau sudah gila ya ? "
"Kau yang gila, menlepon selarut ini. Tidakkah kau tahu jam berapa sekarang?", sahut suara di ujung telepon.
"Ini darurat, sepertinya dia hampir mengetahui semuanya.", sahutnya sambil terengah-engah.
"Apa maksudmu? Bukankah sudah ku katakan untuk berhati-hati? Kau dimana? Cepat kirimkan lokasimu, aku akan kesana sekarang."
"Cepatlah, sepertinya dia datang, ak mendengar sua..", tiba-tiba telepon terputus.
"Halo, Hei jangan bercanda! Halo!. Cepat jawab. Sial."
Terlihat sepasang kaki seseorang terseret masuk ke dalam gang sempit. Kemudian perlahan darah mulai mengalir dari gang tersebut.
Like. Salam penulis misteri. Kita limited editon di sini. ????
Comment on chapter Memory