Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reach Our Time
MENU
About Us  

Kelam hitam merenggut malam. Begitupun dengan memori kelam, yang sama halnya akan merenggut pikiran seseorang. Tidak akan menghilang. Itu akan membekas, dan pasti sewaktu-waktu terlintas dengan sendirinya. Cara mengentaskannya, jangan panggil memori kelam itu.

 

"Ibu..."

Raisha tiba-tiba tersadar dari mimpi buruknya. Mimpi tentang ingatan kelamnya di waktu kecil. Saat dimana sosok Lina berkelahi dengan waktu dari kecelakaan yang tidak bisa dihindari. Namun, sesuai dengan aturan takdir harus ada yang pergi dengannya, waktu pun memberikan Lina pilihan. Akhirnya Lina lebih memilih mengorbankan dirinya demi Raisha.

Peluh keringat dingin yang membasahi kening dan dahi Raisha segera disingkapkan. Raisha mulai mengatur nafas. Setelah dirasa tenang, ia pun berjalan menepis keheningan malam sekedar untuk menatap langit malam kala itu.

Sayangnya, langit sama kelamnya dengan ingatan Raisha. Hanya kelam hitam yang menghiasi ruang hampa di atas. Mata Raisha masih menerawang bebas dari balik jendela kamarnya. Berharap bisa mendapatkan serpihan cahaya bintang.

Akhirnya bukan bintang yang ia temui, melainkan sinar bulan di ujung barat yang tertutupi awan hitam. Raisha bernafas lega ketika menemukannya. Entah kenapa ia merasa ada secercah harapan dari segala masalah yang dihadapi. Mungkin, inilah jawaban dari Yang Maha Kuasa untuknya.

Namun, ada sedikit keraguan yang terlintas dalam benaknya. Mengenai awan kelam yang menutupi sinar bulan kala itu. Gerangan apa yang akan terjadi saat awan kelam benar-benar merenggut sinar bulan dari pandangannya. Hingga akhirnya, langit kembali menyendiri dalam kegelapannya. Raisha pun menepis keraguan dari kepalanya. Tak ingin hal itu terjadi.

Pikirannya, kini mulai tertuju pada sosok Adiyasa. Lelaki yang tiba-tiba datang di kehidupannya bagai sinar bulan kala itu. Keberadaanya membuat Raisha sedikit bernafas lega. Pandangannya kini berfokus pada tas laptop milik Adi yang tergeletak di atas meja belajarnya. Ia pun mulai berjalan mendekati.

Raisha pun membuka tas tersebut, dan mengambil laptop hitam di dalamnya. Sejenak, diamatinya laptop tersebut. Berbagai stiker menghiasi paruh bagian dari luar laptop, mulai dari stiker Hima, UKM, hingga stiker karakter koboi Woody dan Wendy dalam film animasi Toy Story.

Raisha sedikit tersenyum dengan keberadaan stiker koboi tersebut, yang menggambarkan Adi adalah sosok lelaki yang sedikit berbeda. Kebanyakan teman laki-laki yang Raisha kenal biasanya lebih menyukai animasi jepang atau superhero dari Marvel. Namun, Adi lebih memilih melekatkan stiker karakter tokoh kartun anak-anak di laptopnya.

Ia pun menekan tombol power pada laptop, membuat laptop melakukan proses booting. Wallpaper animasi Toy Story pun lagi-lagi menyambutnya. Berbagai note penting pun berjajar lurus menutupi bagian ujung kanan layar monitor. Dari note tugas kuliah hingga jadwal kegiatan UKM yang diikutinya terpampang jelas di sudut monitor.

Raisha pun mulai mengulik berbagai folder yang ada di dalamnya. Yah, walau Raisha tahu hal yang dilakukan itu salah. Tapi, sumber kesalahan bukan dari dirinya, melainkan Adi sendiri yang rela meminjamkan laptop tersebut pada gadis yang baru saja dikenalnya.

Dari hasil pengulikannya, kini Raisha mengetahui bahwa Adi memiliki darah seni. Adi bisa membuat sketsa berbagai karakter animasi. Selain itu, ia juga sering mengedit foto teman-temannya lewat photoshop dengan teknik vektor sekedar memberi ucapan ulang tahun atau ucapan selamat lainnya.

Berbagai file word berisi kata-kata puitis pun tersimpan rapi dalam satu folder bernama "Rumput Liar". Entah apa maksud Adi memberi nama tersebut, namun Raisha yakin ada makna dalam setiap pemberian nama.

Satu per satu dikulitinya, hingga pada satu file Raisha merasa terpaku dan terjerat dalam lingkar kata-kata yang diketik Adi disana. Walau Raisha bergelut di bidang sains yang tiada hari tanpa menyantap logika algoritma, namun kata-kata Adi sedikit banyak Raisha bisa tangkap dan resapi.

Raisha merasa ada rasa jiwa yang sama seperti apa yang Adi rasa. Rasa kehilangan, kekecawaan dan kehampaan yang berpaut menjadi satu karena kepergian seseorang. Hingga mereka sampai saat ini memikul kesalahan lantaran tak bisa menjaganya dengan baik.

Dari Siang, sahabatmu

Bumi, sahabatku dengarkan keluhku. Bersama dengan kata yang kutulis tiap hurufnya, Agar pelik hatiku hilang. Kau tahu, sebenarnya diriku hampa, Tak bermakna

Terkadang aku iri pada malam. Begitu banyak yang menemani, Ada Bulan dan Bintang. Sedang aku hanya Matahari, namun aku bangga dengannya

Terkadang aku sedih melihat matahari. Sepi, tiada menemani. Namun, tetap bersinar layaknya tak ada yang terjadi

Ketika itu aku merengek pada Matahari, meminta agar ia mencari teman atau setidaknya carikan aku teman. Jawabnya ada awan. Awan yang selalu mengganggu ketenanganku itu? Huh, bukan itu maksudku.

Aku ingin ada dua matahari yang menemaniku. Namun itu tak masuk akal. Matahari memang sudah ditakdirkan untuk sendiri.

Sampai saat ini, kami tetap bersama. Jika awan sedih, maka matahari akan mendatangkan pelangi untuknya. Jika aku yang sedih, Matahari ikut serta merasakannya untukku. Maka dari itu, warnaku sering berubah-ubah.

Kau tahu, kami akan selalu hidup dengan bahagia. Walau kami tak seberuntung malam. Karena kami, segala perputaran kehidupan akan terus berjalan. Kami berusaha untuk tetap bersinar, menutupi kekelaman yang terjadi.

Raisha pun menutup file tersebut. Kemudian segera mematikannya. Bagaimanapun, file yang ada di laptop Adi adalah hal privasi. Dan, seharusnya ia tak membukanya.

Pukul 01.45 WIB, Raisha belum bisa memejamkan matanya. Masih terngiang kata-kata Adi dalam pikirannya. Dengan segera ia beranjak bangun kembali, hendak mengadu kegelisahan pada Yang Maha Kuasa. Agar tenang segala hati dan pikirannya.

*******

Di tempat yang berbeda, lampu kamar Putra masih terang menepis kegelapan malam. Adi dan Putra masih terjaga dari kantuknya, demi menamatkan console game playstation yang baru saja tiba sehari sebelumnya. Maklum saja, game PS4 yang dipesannya sejak 1 bulan yang lalu itu menyajikan cerita menarik bagi dua saudara kandung tersebut.

"He, udah malem! Tidur!" suruh Dewi, ibu Putra dan Adi.

"Kan hari Minggu ini ma. Sekali-kali begadang." sahut Adi sambil menatap fokus layar monitor di depannya.

"Dasar! Yaudah kali ini boleh, tapi habis itu jangan begadang lagi buat main game!"

"Iya, mama cantik!" ujar keduanya serempak. Dewi pun mengalah demi kesenangan kedua putranya. Apalagi, mereka berdua rela menyisihkan tabungan demi membeli console game tersebut.

Sudah hampir tiga puluh menit, sejak Dewi pergi dari kamar tersebut. Putra, tiba-tiba merengek minta diambilkan minum. Mau tak mau, Adi yang tak memegang stik pun harus berjalan menuruti permintaannya. Lagipula, mata Adi mulai sedikit perih memandang sinar monitor dari game tersebut.

Langkah Adi terhenti sejenak, melihat sayup bayangan yang sedang terduduk di meja makan. Adi memfokuskan sejenak matanya di keremangan malam. Ternyata, ibunya juga masih terjaga disana. Sedang melamunkan sesuatu.

"Ma? Kok belum tidur?"

"Eh, Adi! Mama cuma lagi keinget sama ayah kamu!" Adi pun duduk mendekati ibunya disana.

"Dulu, ayah kamu juga sering duduk sendiri malem-malem begini. Katanya, lagi mikirin sesuatu. Mama tanya mikirin apa? Ayah jawab, ia sering takut jika dirinya tak bisa menjaga keluarga dengan baik. Ia sering takut, jikalau dirinya salah menunjukkan arah."

Adi pun kini sudah larut membayangkan apa yang sedang diceritakan ibunya. Dewi menghela nafas sejenak, sebelum melanjutkan cerita tersebut.

"Dari situ mama tahu. Keresahan yang selama ini dipikirkan ayahmu. Ketakutan ayahmu yang kini juga membayangi pikiran mama. Saat itu, mama menenangkan hati ayahmu, kalau mama akan selalu berada di sampingnya. Kini, mama pun menenangkan hati mama dengan keberadaan kalian."

Air mata Dewi kini luruh di hadapan putra pertamanya. Adi pun mulai merengkuh ibunya dalam pelukan hangat. Berusaha menenangkan hati Dewi, dengan sikap tegar lelaki yang paling tua dalam keluarga.

"Ma, Adi senang mama bisa cerita ini ke Adi. Setidaknya, mama nggak memendamnya sendiri. Adi dan Putra akan selalu berada di sisi mama. Doain kami yah ma, biar kita sukses memberikan kesenangan bagi mama!"

"Kalian ada di sisi mama, itu sudah menjadi anugerah terindah bagi mama. Doain mama yah Di, kalau umur mama bisa panjang sampai bisa lihat kalian sukses."

Adi pun mengaminkan doa tersebut. Dalam keheningan malam itu, Adi dan Dewi saling bertukar keresahan. Bukan untuk menambah beban bagi satu sama lain, setidaknya mereka bisa saling membantu dalam menghadapi keresahan.

Dari situ, Adi mulai berjanji khususnya untuk diri sendiri. Bahwa, dia akan berusaha hidup bahagia dengan mensyukuri nikmat waktu yang diberikan Tuhan Maha Kuasa. Sehingga ia bisa memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya, dengan melakukan kebaikan sesuai kemampuan maksimalnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
15172      3012     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Give Up? No!
484      329     0     
Short Story
you were given this life because you were strong enough to live it.
Asrama dan Asmara
525      380     0     
Short Story
kau bahkan membuatku tak sanggup berkata disaat kau meninggalkanku.
Havana
900      456     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
Like a Dandelion
3132      1095     2     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...
Penantian
4251      1779     16     
Romance
Asa. Jika hanya sekali saja, maka...
Lantas?
52      51     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
6449      2209     3     
Romance
Jadi pacar ketua ekskul tapi hanya purapura Hal itu dialami oleh Chihaya Hamada Ia terpaksa jadi pacar Mamoru Azai setelah foto mereka berdua muncul di akun gosip SMA Sakura dan menimbulkan kehebohan Mamoru adalah cowok populer yang menjadi ketua klub Kurotake klub khusus bagi para otaku di SMA Sakura Setelah pertemuan kembali dengan Chihaya menjadi kacau ia membuat kesepakatan dengan Chih...
Unknown
266      215     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
Je te Vois
1321      759     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...