Read More >>"> Persapa : Antara Cinta dan Janji (Episode 1 - Bertemu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Persapa : Antara Cinta dan Janji
MENU
About Us  

Matahari belum menunjukan cahayanya, tapi kesibukan disebuah rumah yang sangat besar dan luas telah terjadi. Beberapa pelayan yang sedang menyiapkan masakan didalam dapur, beberapa lagi membantu majikan untuk merias penampilanya. Dikesibukan para pelayan yang sedang bekerja, di salah satu ruangan yang disinari oleh api yang berasal dari beberapa obor yang menggantung di dinding ruangan.

“Icha mulai hari ini kamu akan masuk kedalam Akademi persapa Wengker” Seorang pria yang duduk dengan meja didepannya berbicara kepada seorang wanita  muda.

“Kamu dibesarkan dari keluarga bangsawan jadi jangan sampai membuat nama keuarga yang sudah membesarkanmu menjadi jatuh”. Lanjutnya.

“Saya Mahawira Icha, berjanji akan membawa nama keluarga Mahawira kembali kemasa jayanya”. Dengan tata bahasa yang sangat sopan wanita itu membalas perkataan Pria tersebut.

“Kamu akan berangkat bersama saudaramu, Kuwaka”. Wanita itu terlihat tidak senang saat nama Kuwaka disebut pria itu.

“Dia sudah 3 tahun belajar diakademi itu jadi kamu pasti perlu bantuannya untuk beradaptasi diakademi itu”.

Suara pintu terbuka mengejutkan mereka berdua. Icha secara spontan membalikan badan kearah pintu. Terlihat seorang laki-laki yang seumuran dengannya berjalan masuk kedalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Apa kamu tidak tahu sopan santun, Kuwaka”. Pria yang duduk menatap tajam kearah laki-laki yang bernama Kuwaka.

“Maafkan aku ayah, aku hanya terkejut mendengar kalau Icha akan masuk ke Akademi persapa Wengker. Terlebih ayah menempatkan Icha di kelas 3, seharusnya dia harus berada dikelas 1 da 2 dahulu sebelum ke kelas 3”. Kuwaka memprotes keputusan pria yang dia panggil ayah yang memasukan Icha di akademi yang sama dengannya dan langsung loncat ke kelas 3.

“Ayah merekomendasikan Icha kepada kepala Akademi persapa tersebut dan dia menyetujuinya”.

“Kalau begitu kenapa dulu ayah tidak merekomendasikan aku supaya aku dapat langsung  berada dikelas 3 ?”.

“Itu karena kemampuanmu belum mencukupi kriteria yang telah akademi tetapkan, tapi Icha telah memenuhi kriteria itu. Karena itulah dia bisa langsung lompat ke kelas 3”. Jelas ayahnya.

“Ayah kenapa aku satu akademi dengannya”. Icha menunjuk kearah Kuwaka yang nampak tidak senang.

“Karena itu adalah Akademi terbaik di kerajaan ini, jadi kamu dan Kuwaka harus saling membantu agar menjadi seorang persapa terhebat. Dan juga kalian berdua akan tinggal diasrama akademi”. Kata Ayah.

“Apa ? Aku juga tinggal diasrama ?”. Kuwaka sekali lagi memprotes.

“Diamlah ikuti apa yang diperintahkan Ayah, Dasar tidak berguna”.

“Apa katamu ?”. Kuwaka tidak terima apa yang dikatakan oleh Icha.

“Aku dengar kamu pada kelas 1 dengan sombong mengatakan akan menjadi murid nomer 1 di akademi, tapi kamu bahkan tidak masuk kedalam 10 besar”. Icha mengatakannya sambil tersenyum menghina kearah Kuwaka. Kuwaka tidak dapat membalas perkataan Icha dan hanya diam mematung

“Kalau begitu aku pergi dulu”. Dengan menundukan kepala sebagai tindakan Penghormatan, Icha pergi meninggalkan ruangan ayahnya. Tanpa mengatakan apapun Kuwaka ikut meninggalkan ruangan ayahnya. Saat ketenangan menyelimuti ruangan suara ketukan pintu terdengar tak lama setelah Kuwaka pergi meninggalkan ruangan.

“Masuklah”. Pintu perlahan terbuka, seorang laki-laki yang mengenakan pakaian pelayan masuk kedalam ruangan.

“Tuan Ararya persiapan untuk perpindahan nyonya Icha sudah selesai, tinggal menunggu nyonya Icha untuk berangkat”. Kata pelayan sambil sedikit membungkuk dengan tangan kanan menyentuh dada kanan.

“Baiklah kamu boleh pergi, tunggu Icha selesai”.

“Saya pergi dulu”. Pelayan tersebut meninggalkan ruangan.

Didalam kamar, Icha duduk menghadap kaca sambil rambut halusnya disisir oleh seorang pelayan. Api yang sebagai penerang ruangan bergoyang tertiup angin yang masuk melalui jendela kamar yang terbuka.

“Nyonya, apa yang nyonya pikirkan ?”. Tanya pelayan tersebut sambil terus menyisir rambut Icha.

“Aku hanya berfikir bagaimana aku harus berhadapan dengan orang lain yang belum aku kenal, selama ini aku tidak pernah berbicara dengan orang lain kecuali orang yang ada dirumah ini”. Icha melihat kearah cermin dengan sedikit menundukan kepala.

“Anda tidak perlu memikirkan hal yang seperti itu, anda hanya perlu melakukan hal yang sama waktu berbicara dengan penghuni rumah ini. Meski anda belum mengenal mereka, mereka pasti ingin mengenal anda jadi tidak perlu waktu lama untuk kalian saling mengenal satu sama lain, terlebih anda dan tuan Kuwaka akan dimasukan kedalam asrama akademi. Jadi saya yakin anda akan lebih cepat akrab dengan teman baru anda”. Dengan lembut pelayan tersebut menyentuh bahu Icha sambil melihat bayangan Icha yang terpantul oleh Cermin.

“Apalagi dengan wajah cantik nyonya, saya yakin banyak laki-laki yang ingin menjadi teman anda”. Icha tersenyum mendengar kalimat itu.

“Sudah pasti hanya ingin menjadi teman karena-“. Icha belum menyelesaikan kalimatnya suara pintu yang diketuk dari luar terdengar, sontak perhatian Icha tertuju kearah pintu dan si pelayan membuka pintu kamar. Seorang  pelayan laki-laki yang sama saat melapor kepada Arurya, ayah Icha.

“Nyonya kendaraan sudah siap untuk berangkat”. Pelayan tersebut sedikit membungkuk dengan tangan kanan memegang dada kanan. Icha berdiri dari tempt duduknya dan menghampiri pelayan wanita yang menyisir rambutnya. Dan memegang tangan pelayan tersebut.

“Terima kasih telah mencoba menenangkan hatiku, seperti katamu aku akan bersikap seperti biasa kepada mereka”. Dengan senyuman terlihat diwajah keduanya, Icha berjalan keluar kamar menuju kereta kuda yang akan membawanya menuju akademi persapa Wengker bersama dengan saudaranya Kuwaka.

Matahari sedikit demi sedikit menunjukan sinarnya, didalam akademi persapa sudah banyak murid yang sudah bersiap-siap untuk menerima pelajaran dihari pertama masuk setelah libur akhir semester.

“Aris ayo berangkat jika tidak kita akan terlambat”. Seorang murid laki-laki berambut dan bermata hitam berbicara sambil merapikan baju seragam akademi.

“Iya sebentar lagi”.

“Cepatlah kalau tidak kita akan terlambat”. Dia berjalan kearah tempat tidur dan menarik selimut, terlihat seorang laki-laki yang seumuran masih tertidur diatas tempat tidur. Laki-laki itu ditarik hingga terjatuh kebawah tempat tidur. Seorang laki-laki dengan rambut berwarna putih dan mata berwarna biru, tangan yang terbalut sarung tangan berwarna hitam yang tidak menutupi kesepuluh jari tangannya tergeletak dilantai.

“Abi kau terlalu berlebihan”. Sambil memegangi kepalanya yang terbentur lantai.

“Aris kamu adalah murid tahun ke 3, tapi masih tidak ada perubahan selama kamu berada disini. Kamu selalu malas waktu masuk kelas, dan saat pelajaranpun kamu sering tertidur, kalau kamu memang tidak ada niatan untuk masuk keakademi ini kenapa kamu masuk”.

“Maaf saja, kalau aku tidak masuk keakademi ini aku tidak memiliki tempat tinggal”. Aris berdiri dan berjalan malas menuju lemari.

“Lalu selama ini kamu tinggal dimana ?”. Tanya Abi.

“Ayo berangkat aku sudah siap”. Dengan wajah yang masih mengantuk dan rambut yang berantakan Aris mengajak Abi untuk berangkat.

“Setidaknya cuci muka dulu sana”.

“Tidak perlu itu hanya akan merusak daya tarikku”. Aris keluar kamar dan menuju kearah kelas.

“Yang benar saja”.

Keramaian kelas yang terjadi saat para murid datang hilang seketika saat Aris dan Abi masuk kedalam kelas. Semua perhatian tertuju kepada Aris, Abi yang melihat itu merasa ada sesuatu hal yang salah terjadi. tapi saat melihat Aris dia tidak menghiraukan hal itu dan berjalan terus sambil memilih tempat duduknya, saat berada dibarisan bangku paling belakang Aris duduk di barisan belakang dekat jendela dan kembali tidur dengan menyandarkan kepalanya di atas meja.

“Lihatlah apa yang dipikirkan para guru menempatkan murid seperti itu dikelas A”.

“Kamu benar, dia terlihat tidak serius saat ujian dan sering tidur waktu pelajaran tapi dia berada dikelas A sejak tahun pertama”. Abi yang mendengar itu mendekati Aris yang sudah tertidur pulas tanpa menghiraukan pandangan teman sekelasnya.

“Aris kamu jangan seperti ini terus kamu menjadi bahan pembicaraan karena sikapmu”. Abi duduk disebelah Aris.

“Biarkan mereka bicara apa, karena itu tidak akan mengganggu tidurku”. Kata Aris santai.

“Kamu ini selalu saja tidur, tidak perduli dimana tempatmu berada”.

“Biarin aja, tidur adalah kenikmatan dunia yang sesungguhnya, jika kamu ingin bermimpi yang harus pertama kali kamu lakukan adalah tidur”.

“Aku tidak tahu isi dari kepalamu, selama dua tahun aku satu kelas denganmu aku tidak pernah melihatmu serius dalam mengerjakan ujian dan sering tidur waktu pelajaran, tapi kamu selalu berada dikelas A dan yang terlihat sangat serius turun kekelas B bahkan C”.

“Sudah aku bilang kamu harus tidur jika ingin bermimpi, mereka kurang tidur makanya mereka tidak bisa bertahan dikelas A”. Jawab Aris yang membetulkan posisi kepalanya diatas meja agar lebih nyaman.

Suara pintu terbuka dengan sangat keras, membuat seluruh kelas melihat kearah pintu kecuali Aris. Yang membuka pintu dengan keras adalah Kuwaka, dia adalah murid yang juga selalu kelas A sejak tahun pertama. Dia terlihat sangat marah dan berjalan dengan cepat kearah tempat Aris duduk. Abi melihat hal itu langsung menyingkir dari tempat duduknya yang berada disebelah Aris.

“Woi… Kenapa kamu masih didalam kelas A ?”. Kuwaka menggebrak meja, membuat Aris terkejut dan menganggat kepalanya. Aris terlihat sangat mengantuk, dengan menguap dia mengusap kedua matanya agar bisa meliaht dengan jelas.

“Kuwaka ? Kamu berada dikelas ini ? Baguslah”. Aris kembali tidur tanpa menjawab pertanyaan Kuwaka, kemarahan Kuwaka semakin memuncak, tangan Kuwaka meraih kerah baju Aris. Aris hanya melihat Kuwaka dengan mata yang masih mengantuk.

“Kamu berasal dari keluarga yang tidak jelas asal-usulnya terlebih kamu tidak serius dalam setiap pelajaran, tapi kenapa kamu berada didalam kelas A”. Wajah Aris terlihat menyeramkan setelah mendengar apa yang dikatakan Kuwaka. Sebuah pukulan tepat di uluh hati diikuti oleh pukulan di pipi kiri membuat Kuwaka terjatuh kelantai.

“Jangan pernah sekali-kali kamu menghina keluargaku”. Tanpa Aris sadari mata birunya berubah menjadi kuningdengan motif seperti mata ular dipupilnya.

“Beraninya kamu memukul putra seorang bangsawan, anjing kampung”. Kuwaka bangkit dan menyerang Aris namun dengan mudah Aris menghindar. Sejenak Aris melihat kearah pintu, seketika Aris terkena pukulan yang dilancarkan oleh Kuwaka. Meski begitu Kuwaka tidak menunjukan rasa puas diwajahnya. Saat Kuwaka meraih kerah Aris dan mengangkatnya sebuah teriakan suara yang tidak asing ditelinga mereka.

“Hentikan, apa yang telah kalian lakukan ? Ini baru hari pertama masuk tahun ajaran baru tapi kalian sudah membuat keributan”. Seorang guru perempuan melerai perkelahian antara Aris dan Kuwaka.

“Dia yang mulai terlebih dahulu, aku hanya membalasnya”. Kuwaka menunjuk Aris yang merapikan bajunya.

“Kuwaka kamu adalah anak bangsawan dari keluarga terpandang, kamu tidak pantas melakukan hal seperti ini. Jika kamu benar-benar ingin menyelesaikan masalah dengan pertarungan, maka lakukanlah di gedung pertarungan, maka pandangan terhadapmu akan membaik”.

“Maafkan saya bu Chitra”. Kuwaka menundukkan kepalanya.

“Dan kamu Aris, kamu termasuk murid beruntung yang dapat masuk kedalam kelas A jadi jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi, faham”.

“Iya iya maaf”. Jawab Aris dengan santai sambil masih merapikan seragamnya.

“Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru, jadi kalian akan melakukan upacara akademi, jadi, kalian harus segera menuju Aula sekarang juga. Terima kasih”. Guru tersebut pergi meninggalkan ruang kelas yang terdiam karena ada kejadian itu.

“Semua ini salahmu”. Kuwaka menatap tajam Aris.

“Iya ini salahku, maaf. Ayo Bi, kita ke Aula”. Tanpa menunjukan ekspresi yang seharusnya orang bersalah tunjukan, Aris berjalan didepan Kuwaka yang sedang merapikan bajunya. Dan itu sekali lagi memancing emosi Kuwaka. Saat Kuwaka akan memukul Aris dari belakang dia ditahan oleh temannya, sehingga Aris tidak sampai terpukul. Mendengar ajakan Aris, Abi mengikutinya dari belakang untuk menuju Aula upacara.

Disebuah ruangan yang sangat luas sehingga dapat menampung lebih dari 360 orang, para murid berbaris sesuai dengan kelasnya masing-masing. Didepan barisan para murid terdapat sebuah mimbar yang digunakan oleh kepala akademi.

“Amanat dari kepala akademi”. Pembawa acara suara yang berwibawa membacakan acara selanjutnya pada upacara akademi.

“Pertama terimakasih kepada para guru yang telah meluangkan waktu untuk menjadi pengajar di akademi ini, kedua murid akademi yang saya cintai dan saya ucapan terimakasih karena telah mempercayakan akademi ini sebagai tempat kalian belajar menjadi seorang persapa. Untuk murid kelas 3, tahun ini adalah tahun penentuan apakah mereka dapat menjadi seorang persapa atau tidak. Dan untuk kelas 2, tahun ini kalian telah semakin dekat dengan tujuan akhir kalian. Dan untuk kelas 1, tahun ini adalah tahun dimana kalian akan dididik bagaimana seorang persapa bersikap”. Dengan serius para murid sangat antusias mendengar amanat dari kepala akademi, tapi tidak untuk Aris. Sambil menutup mulutnya yang menguap, Aris masih setengah sadar saat mendengar amanat dai kepala akademi.

“Aku percaya, kalian semua adalah manusia yang lemah dan tidak berdaya. Tapi aku yakin kalian pasti ingin menjadi seorang persapa. Lalu, apa kalian tahu arti dari kata persapa itu sendiri ? persapa adalah seorang yang mewujudkan tekad serta kemauan dari orang itu menjadi makhluk mitologi dan membuat perjanjian dengan makhluk itu untuk mendapat kekuatannya bahkan wujud dari makhluk tersebut. Pada hakikatnya, sehebat apapun seorang persapa dan setangguh apapun seorang persapa, mereka hanya manusia biasa yang hanya memninjam kekuatan dari makhluk mitologi yang dia keluarkan. Jadi semua persapa memiliki kekuatan yang sama yang membedakan hanya satu yaitu tekad serta kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan yang dia tuju. Jadi saya berharap untuk murid kelas satu kuatkan tekad serta kemauan kalian agar saat melakukan pemanggilan kalian dapat makhluk mitologi yang kalian inginkan. Sekian amanat dari saya, terimakasih. Dan pada hari ini saya buka kegiatan ajar mengajar di akademi ini”. Sebuah ledakan kecil sebanyak tiga kali terdengar sebagai tanda di mulainya tahun ajaran baru diakademi ini. Di ikuti oleh tepuk tangan para murid yang menyambut tahun ajaran baru ini. Tak lama setelah itu para murid diperintahkan untuk bubar dan masuk kedalam kelas masing-masing.

Sebuah lorong yang ramai dilewati oleh para murid kelas tiga yang sedang menuju kelas masing-masing, Abi dan Aris termasuk dalam rombonganpara murid tersebut. Seperti tadi pagi Aris menjadi bahan pembicaraan murid kelas 3. Tapi, mereka sudah tidak menhiraukan hal itu lagi.

“Apa benar yang dikatakan kepala akademi, semakin kuat tekad serta kemauan maka semakin kuat juga makhluk mitologi yang kita wujudkan”.kata Abi sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Huuuaammm… Entahlah, aku juga baru mendengar hal itu”. Aris menutup mulitnya yang menguap.

“Jika itu memang benar, mungkin aku akan dapat mewujudkan makhluk mitologi yang keren dan kuat, lalu para gadis menyukaiku dan aku bingung harus memilih salah satu dari mereka”. Diikuti oleh tawa Abi.

“Kamu menghayal ya ? Meski kamu mendapat makhluk mitologi terkuat sakalipun, tidak aka nada gadis yang mau mendekatimu”. Aris tersenyum karena berfikir tidak mungkin seorang murid yang tidak suka bersosial dan selalu bertingkah kekanak-kanakan akan ada perempuan yang mendekatinya.

“Jangan bicara seperti itu, itu membuat semangatku menjadi hilang”.

Mereka berdua masuk kedalam kelas, sudah ada beberapa murid yang sudah sampai terlebih dahulu dan duduk tempat masing-masing.  Aris berhenti dan melihat sebuah bangku dibelakang tempat duduknya yang seharusnya tadi tidak ada.

“Aris da apa ?”. Abi ikut berhenti dan berbalik kearah Aris.

“Tidak ada”. Aris kembali berjalan dengan malas dan duduk.

Suasana kelas kembali ramai saat hampir semua murid sudah masuk kelas, tapi Aris seperti yang biasa dia lakukan sejak kelas 1, dia tidur dibangkunya. Abi hanya melihat Aris tanpa mengajaknya bicara seperti biasanya. Saat Kuwaka masuk kedalam kelas suasana kelas menjadi sedikit sunyi mengingat Kuwaka adalah seorang murid yang suka membuat masalah dan banyak murid yang tidak ini terlibat masalah yang dibuatnya, sehingga hampir semua murid dikelas ini menjauh darinya. Kuwaka melihat Aris yang sedang tidur dibangkunya, menunjukan amarahnya pada meja  dengan memukulnya.

“Kenapa dia masih di kelas ini ?”. gumam Kuwaka sambil menatap tajam kearah Aris.

“Tenang saja, meski dia berada dikelas A, dia tidak akan dapat memanggil makhluk mitologi dengan sikapnya yang sekarang jika berhasilpun makhluk mitologi itu tidak akan kuat”. Kuwaka terkejut dan melihat kearah sumber suara itu.

“Surya ? Kenapa kamu dikelas ini ?”. tanya Kuwaka yanag terkejut melihat Surya berada di kelas A.

“Tentu saja aku kembali ke kelas ini”. Dengan merentangkan tangannya da membanggakan dirinya sendiri. Pada kelas 1 Surya mendapat masalah dengan menyerang Aris sampai membuat Aris sekarat dan itu membuatnya masuk ke kelas C pada kelas 2 meski dia adalah salah satu murid paling berbakat.

“Baguslah kalau begitu”

“Aku belum bisa melupakan penghinaan yang dia lakukan kepadaku waktu kelas 1”. Surya mengingat kejadian 1 tahun yang lalu, saat di kantin akademi dia duduk sambil makan tapi saat dia akan melahap makanannya, sebuah sup jatuh diatas kepalanya

“Maaf ini salahku”. Kata Aris datar tanpa menunjukan rasa bersalah dia langsung pergi. Surya membanting sendok yang dia genggam dan menggebrak meja. Membuat semua perhatian didalam kantin tertuju padanya.

Surya berjalan dengan cepat berjalan menghampiri Aris yang sedang menuju stand kantin untuk mengembalikan mangkuk yang dia tumpahkan dikepala Surya. Surya menghentikan Aris dengan memegang bahu kanannya.

“Ada apa ?”. Aris berbalik dengan wajah malasnya dia bertanya.

“Apa maksudmu menjatuhkan sup diatas kepalaku ?”. Seketika mereka berdua menjadi pusat kerumanan murid yang berada dikantin.

“Aku tidak bermaksud apa-apa, lagi pula aku sudah minta maaf tadi”.

“Tidak bisa aku maafkan”. Surya mengangkat kerah baju Aris dan siap untuk memukulnya.

“Kenapa ? Bukannya kamu tadi juga melakukan hal yang sama padanya ?” Kata aris sambil menunjuk murid yang baju serta rambutnya basah seperti terkena cairan. Melihat itu kerumunan menyoraki Surya. Karena tak kuasa menahan malu Surya meninggalkan kantin dan pada malah harinya Surya menghajar Aris sampai sekarat.

“Meski aku suda menghajarnya sampai sekarat aku masih belum bisa melupakan kejadian itu”. Surya mengepalkan tangannya dengan sangat keras seolah-olah siap memberikan pukulan.

“Tenanglah duduklah disini”. Kuwaka bergeser ke kursi sebelah kanannya dan menyuruh Surya untuk duduk disebelahnya. Dimana satu meja dapat ditempati oleh dua siswa.

“Pada kelas tiga ini kita akan sering melakukan praktek, jadi kita kemungkinan besar dapat skali lagi membuatnya sekarat saat prektek pertarungan”.

“Apa kamu yakin kita bisa menghajarnya saat sedang praktek pertarungan ?”.

“Tentu saja, namanya juga pertarungan sudah jelas pihak yang kalah akan merasakan sakit”. Kuwaka tersenyum kearah Aris yang masih tertidur pulas di mejanya dengan Abi disebelahnya.

Saat pantulan Bu Chitra terlihat dibalik jendela, para murid yang berada didalam kelas berlarian menuju tempat duduknya masing-masing. Suasana kembali tenang saat tadi kembali ramai tak lama setelah Kuwaka dan Surya masuk kedalam kelas.

Dengan seorang murid perempuan yang belum pernah kelas ini lihat, Bu Chitra masuk kedalam kelas. Semua tatapan tertuju pada murid perempuan itu, wajah cantiknya dengan dingin membalas tatapan dengan melihat keseluruh kelas. Semua murid laki-laki mulai membicarakannya dan ada beberapa yang ingin menjadikannya kekasih. Tapi, Kuwaka tidak menunjukan ketertarikan sedikitpun karena murid itu adalah saudarinya.

“Aris…Aris…Aris”. Abi mencoba membangunkan Aris dengan menggoyangkan tubuhnya.

“Ada apa ?”. Kata Aris dengan malas.

“Lihatlah dia, cantiknya…”. Mata Abi berbinar-binar melihat kedepan. Aris yang masih setengah sadar mencoba melihat kearah depan. Matanya melebar dan mulutnya perlahan terbuka, dengan menggebrak meja sambil berdiri, Aris berkata.

“Icha ?”.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

2 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • defreeya

    judulnya cantik

    Comment on chapter Episode 1 - Bertemu
  • dede_pratiwi

    cant wait next episode!! :)

    Comment on chapter Episode 1 - Bertemu
Similar Tags
Panggil Namaku!
7779      2055     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
Sunset In Surabaya
339      247     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
Aku menunggumu
4536      955     10     
Romance
Cinta pertamaku... dia datang dengan tidak terduga entahlah.Sepertinya takdirlah yang telah mempertemukan kami berdua di dunia ini cinta pertamaku Izma..begitu banyak rintangan dan bencana yang menghalang akan tetapi..Aku Raihan akan terus berjuang mendapatkan dirinya..di hatiku hanya ada dia seorang..kisah cintaku tidak akan terkalahkan,kami menerobos pintu cinta yang terbuka leb...
Secret’s
3695      1222     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Aranka
3979      1337     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
A & B without C
239      210     0     
Romance
Alfa dan Bella merupakan sepasang mahasiswa di sebuah universitas yang saling menyayangi tanpa mengerti arti sayang itu sendiri.
JEANI YOONA?
378      268     0     
Romance
Seorang pria bernama Nicholas Samada. Dia selalu menjadi korban bully teman-temannya di kampus. Ia memang memiliki tampang polos dan bloon. Jeani seorang perempuan yang terjebak di dalam nostalgia. Ia sangat merindukan seorang mantan kekasihnya yang tewas di bunuh. Ia susah move on dari mantan kekasihnya hingga ia selalu meminum sebuah obat penenang, karena sangat depresi. Nicholas tergabung d...
Senja Belum Berlalu
3717      1330     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
My Soul
146      110     1     
Fantasy
Apa aku terlihat lezat dimatamu? Meski begitu,jiwaku hanya milikku bukan untuk siapapun. ---- -Inaya- Jika dikira hidupku ini sangat sempurna dan menyenangkan,memiliki banyak teman,keluarga dan hidup enak,tidak semua benar,aku masih harus bersembunyi dari para Soul Hunter,aku masih harus berlari dari kejaran mereka setiap saat,aku juga harus kabur dari setiap kejadian yang melibatkan So...
Love and your lies
4897      1231     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar