Read More >>"> Comfort (Bab 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Comfort
MENU
About Us  

            Flossie memanyunkan bibir sebal karena dari tadi ia tidak berhasil menghubungi Caspian. Decakan kecil terlontar dari bibirnya ketika melihat jam sudah menunjukkan angka tujuh. Jika ia tetap menunggu laki-laki itu, ia rasa ia akan terlambat sampai di sekolah. Suara klakson berhasil mengagetkannya.

 

            “Lama, ya?” tanya laki-laki itu dengan cengiran khasnya membuat Flossie kesal bukan main.

 

            “Kamu mau kita telat, ya?”

 

            Caspian menyentil kening Flossie pelan sebelum berucap, “Enak aja, ini salah kamu tahu. Kalau semalam kamu enggak ngajak aku begadang, aku pasti bisa bangun pagi.”

 

            “Kok jadi aku yang salah? Yang mau temani aku begadang kan kamu,” sungut Flossie tidak terima.

 

            “Ya, kalau entar aku tinggal tidur, kamunya ngambek. Bilang kalau pacar yang baik itu harusnya nemani blablabla …,” sahut Caspian.

 

            Pletak … pletak ….

 

            “Aw,” ringis Caspian dan Flossie serentak karena ada botol melayang mengenai kepala mereka.

 

            “Kalau kalian terus berantem, yang ada kalian beneran terlambat.” Fera berucap sembari berkacak pinggang.

 

            Caspian langsung memakaikan helm yang ia bawa di kepala Flossie sebelum menyuruh gadis itu segera naik ke jok. Laki-laki itu lupa bahwa ibu Flossie sangat garang jika sudah menyangkut tentang sekolah. Sepanjang perjalanan, Flossie tidak berbicara sama sekali membuat laki-laki itu merasa ada yang mengganjal.

 

            “Kok diam, Ris?” tanya Caspian yang hanya dibalas gumaman tidak jelas Flossie.

 

            “Nama aku enggak ada ‘ris’ nya tahu.”

 

            Caspian terkekeh. “Mata kamu kan segaris. Jadi, aku panggil kamu segaris.”

 

            Ucapan Caspian sontak membuat gadis itu menempeleng kepalanya. “Mata aku enggak segaris.”

 

            “Segaris, walaupun gitu unik, kok. Di zaman sekarang, susah dapat cewek yang matanya ada tapi tiada kayak gitu.”

 

            “PIAN!”

 

            Caspian terbahak mendengar teriakan gadisnya. Menjahili Flossie adalah hal favoritnya. Respons ketika Flossie dijahili sangat lucu membuat dia gemas dengan gadis itu. Jika dia disuruh memilih antara membuat gadis itu bahagia atau ngambek, maka dia akan memilih membuat gadis itu ngambek.

 

            “Ris,” panggil Caspian, tetapi tidak digubris oleh Flossie.

 

            “Ada yang ngambek, nih. Kalau kamu ngambek, kita enggak sekolah, deh. Aku culik kamu seharian aja, yuk,” ucap Caspian lagi membuat gadis itu melotot.

 

            Caspian mengulurkan tangan kirinya ke belakang menyentuh telapak tangan Flossie yang melingkar di pinggangnya. “Mata segaris gitu sok-sokan melotot, haha.”

 

            “Jangan resek gitu, ish. Buruan bawa motornya, nanti kita dihukum.”

 

            “Enggak papa, asalkan kita dihukumnya berdua.”

 

                                                                                                                                             ***

 

            Flossie berdecak kesal ketika laki-laki itu malah tertidur di ujung aula, padahal seharusnya laki-laki itu membantunya untuk membersihkan aula atas kantin. Ia menaruh tongkat pel tersebut sebelum mendekati Caspian. Ia diam menatap lekuk wajah laki-laki itu. Alisnya yang tebal mampu memikat kaum hawa. Ia menyelipkan jari-jemarinya di rambut laki-laki itu yang berantakan.

 

            “Sampai sekarang aku masih enggak bisa lupa sama cara kita jadian, haha,”  gumam Flossie pelan.

 

            Flossie menaikkan sebelah alis ketika Venni meletakkan setumpuk kertas di depannya. “Kertas apaan, tuh?”

 

            Venni membongkar kertas-kertas tersebut sebelum memberikan selembar kertas kepada Flossie. Kedua alis Flossie bertautan ketika isi kertas tersebut adalah foto seorang laki-laki yang sedang tersenyum manis.

 

            “Caspian Lars?” gumam Flossie.

 

            Venni terbahak sebelum menjentikkan jarinya di depan wajah Flossie. “Hayo lho, lo pasti terpesona sama kegantengan kakak kelas kita yang itu.”

 

            “Enak aja. Dia biasa aja tahu. Gantengan juga suami gue yang di Spanyol,” balas Flossie membuat Venni menyentil jidatnya keras.

 

            “Mimpi mulu kerjaan lo. Heran gue.”

 

            Flossie mengerucutkan bibirnya sebal dengan ucapan sahabatnya itu. Padahal tidak ada salahnya bermimpi menikah dengan laki-laki yang sangat tampan menurutnya, ya walaupun ia yakin laki-laki itu bahkan tidak tahu bahwa ia hidup.

 

            “Cowok yang di foto itu lagi jomblo, mendingan lo sama dia aja, gih. Gue kasihan sama lo yang belum pernah pacaran,” ucap Venni.

 

            Flossie berdecak. “Gue belum pernah pacaran bukan berarti gue enggak laku, Dodol. Gue yang enggak mau, hih.”

 

            Venni mengerjapkan kedua matanya berulang kali membuat Flossie mengernyit tidak mengerti. “Be-belakang lo ….”

 

            Flossie sontak memutar kepala untuk melihat apa yang membuat sahabatnya itu terkejut. Ia menaikkan sebelah alis ketika ternyata ada laki-laki yang menatapnya datar.

 

            “Itu muka atau papan? Datar bener enggak ada ekspresi,” celutuk Flossie polos membuat Venni menahan malu.

 

            Laki-laki itu mendengkus sebelum duduk di sebelah Flossie.

 

            “Heh, lo ngapain duduk di sebelah gue? Pergi sana!” ucap Flossie seraya menggerakkan tangannya mengusir laki-laki itu.

 

            Laki-laki itu—Caspian—tersenyum tipis sembari merangkul bahu Flossie mesra menimbulkan keramaian di kantin. Caspian mendekatkan bibirnya ke telinga Flossie sebelum berucap, “Daripada lo belum pernah ngerasain pacaran sama sekali, mendingan lo jadi pacar gue aja.”

 

            “Kamu ngapain?” Suara serak khas baru bangun tidur itu memecah lamunan Flossie. Flossie langsung menjauhkan jari-jemarinya dari rambut laki-laki itu membuat Caspian terkekeh.

 

            “Kalau masih mau pegang, pegang aja. Lagian rambut pacar sendiri,” ledek Caspian membuat semburat rona merah itu menjalar di pipi Flossie.

 

            Caspian merangkum kedua pipi Flossie gemas sebelum berucap, “Tomat banget, sih. Jadi makin gemes.”

 

            “Florence Roone, Caspian Lars!” Suara nyaring tersebut membuat Caspian langsung melepaskan rangkumannya.

 

            Bunyi high heels yang bergesekan dengan lantai menggema di aula tersebut. “Tadi saya suruh kalian ngapain?”

 

            “Mem … membersihkan aula, Bu.” Flossie berucap sembari menundukkan kepalanya.

 

            “Lalu, kenapa kalian malah bermesraan?” tanya ibu guru berkacamata bulat itu—Anita.

 

            Caspian mencebikkan bibirnya sebal sebelum berujar, “Ibu kayak enggak pernah muda aja, deh. Masa ada kesempatan buat mesra-mesraan, malah kita sia-siain, Bu?”

 

            Anita langsung memukul jidat Caspian dengan penggaris yang selalu dia bawa ke mana pun membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan. “Kata siapa saya enggak pernah muda, hm?”

 

            “Tadi saya yang bilang, Bu,” sahut Caspian tidak takut membuat Flossie terbahak. Pacarnya emang ajaib, sudah dimarah tetapi tetap menyahut.

 

            Anita melotot membuat gadis itu langsung berhenti tertawa.

 

            “Mendingan ibu jangan melotot. Apa ibu enggak sadar itu bola matanya mau keluar?” tanya Caspian terkekeh membuat Flossie kembali terbahak.

 

            Anita mengembuskan napas kasar. Sudah dua tahun dia mengajar Caspian dan laki-laki itu masih saja selalu bertingkah konyol. “Saya lelah. Lebih baik sekarang kalian kembali ke kelas kalian. Kembali belajar bukan kembali bermesraan di lingkungan sekolah.”

 

            Caspian menggamit lengan Flossie sebelum berucap, “Siap 45, Ibu. Tapi kalau yang bermesraan saya enggak janji. Masa saya udah punya cewek, tapi cewek saya yang cantik ini dianggurin.”

 

            Tanpa memberikan kesempatan kepada Anita untuk mengoceh kembali, dia langsung menarik Flossie berlari keluar aula atas kantin tersebut. Dia memelankan langkahnya ketika mendengar napas gadisnya yang terengah-engah.

 

            Caspian terkekeh melihat beberapa bulir keringat mengucur dari kening gadisnya. Dia pun menyeka keringat tersebut sebelum mengusap puncak kepala Flossie pelan. “Masuk ke kelas, gih. Belajar yang bener. Nanti kalau udah bel istirahat, aku langsung samperin kamu, okay?”

 

            “Okay, kamu juga. Kalau annti aku denger kamu bolos pelajaran, aku tampol.”

 

            Caspian menaikturunkan kedua alisnya sembari berucap, “Ah, masa pacarku ini bisa nampol cowok ganteng?”

 

            “PIAN!”

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    nice prolog, cant wait next chapter

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Dear You
13548      2273     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
The pythonissam
329      250     5     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
The watchers other world
1665      677     2     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
UnMate
884      504     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Aku dan Dunia
325      243     2     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
Without Guileless
887      522     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius
Secret Garden
234      199     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Renjana: Part of the Love Series
194      160     0     
Romance
Walau kamu tak seindah senja yang selalu kutunggu, dan tidak juga seindah matahari terbit yang selalu ku damba. Namun hangatnya percakapan singkat yang kamu buat begitu menyenangkan bila kuingat. Kini, tak perlu kamu mengetuk pintu untuk masuk dan menjadi bagian dari hidupku. Karena menit demi menit yang aku lewati ada kamu dalam kedua retinaku.
Someday Maybe
9669      1828     4     
Romance
Ini kisah dengan lika-liku kehidupan di masa SMA. Kelabilan, galau, dan bimbang secara bergantian menguasai rasa Nessa. Disaat dia mulai mencinta ada belahan jiwa lain yang tak menyetujui. Kini dia harus bertarung dengan perasaannya sendiri, tetap bertahan atau malah memberontak. Mungkin suatu hari nanti dia dapat menentukan pilihannya sendiri.
Popo Radio
9176      1819     19     
Romance
POPO RADIO jadi salah satu program siaran BHINEKA FM yang wajib didengar. Setidaknya oleh warga SMA Bhineka yang berbeda-beda tetap satu jua. Penyiarnya Poni. Bukan kuda poni atau poni kuda, tapi Poni siswi SMA Bhineka yang pertama kali ngusulin ide eskul siaran radio di sekolahnya.