Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Di dalam kelas XI Mipa 6 hanya tersisa Natasya, Nayla, dan Adit. Nayla tengah membereskan barang - barangnya dan bersiap untuk pulang. Sedangkan Natasya tengah mengajari Adit materi kimia yang tadi sudah ia rangkum.
"Sya gue pulang duluan ya?" ucap Nayla setelah memastikan tidak ada barangnya yang tertinggal.
"Oke hati - hati, Nay" balas Natasya sambil melambaikan tangannya ke Nayla.
"Aww aww awww" pekik Adit setelah menyadari lengan yang ia lipat di depan dada itu dicubit oleh Natasya.
"Lo tu merhatiin gue nggak sih?! Gue udah capek - capek jelasin dari tadi, eh elo nya malah bengong!"
"Kata siapa gue dari tadi bengong? Gue juga dari tadi merhatiin lo kali! Lo nya aja yang nggak peka!" balas Adit yang tengah mengelus - elus bekas cubitan Natasya yang memerah.
"Oh ya? Coba lo ulangin apa yang gue jelasin!"
"Nggak tau gue."
"Kok nggak tau sih?! Katanya dengerin gimana sih?!" sewot Natasya.
"Gue kan bilangnya merhatiin lo bukan dengerin lo!" ucap Adit kemudian memeletkan lidahnya dan langsung kabur sebelum 'dihajar' oleh Natasya.
"Adiiitttttttttttt!!!" teriak Natasya geram. Ia langsung keluar kelas untuk mengejar Adit dan akan langsung menghajarnya ketika sudah tertangkap.
Adit tertawa puas melihat Natasya berusaha keras mengejarnya namun tak kunjung bisa menangkapnya.
"Sini nggak lo! Adiittt!!"
"Elo yang kesini dong! Sekali - kali cewek yang ngejar cowok jangan cowok yang ngejar cewek terus." teriak Adit dengan berjalan mundur menghadap Natasya.
"Ngomong apaan sih lo nggak nyambung banget!" teriaknya lagi kemudian mempercepat langkahnya.
Brukk..
"Haduh maaf kak maaf. Nggak sengaja, maaf." ucap Natasya spontan ketika dirinya tanpa sengaja bertabrakan dengan Fian di perbelokan koridor.
"Lo nggak apa - apa kan?" tanya Fian sambil membantu Natasya berdiri.
"Iya nggak apa - apa kok. Maaf ya kak tadi bener - bener ga sengaja." ucapnya dengan raut muka merasa bersalah.
"Udah nggak apa - apa. Mana ada tabrakan disengaja." sahut Fian santai sambil ternyum.
"Ini apaan sih malah pada drama nggak jelas! Sekalian aja lo pingsan biar sekalian digendong sama pangeran kodok noh!" sewot Adit yang kini menghampiri keberadaan Fian dan Natasya karena dirinya merasa dilupakan oleh Natasya.
"Aww aduhhh duhh!" pekik Adit ketika kaki kanannya diinjak Natasya sekaligus pinggangnya dicubit Natasya secara serentak.
"Maaf ya kak. Omongannya emang ngga pernah bener jadi maklumin aja." kata Natasya sambil meringis.
"Ihh kok jadi gue sih? Omongan gue selalu bener kali." potong Adit.
"Awww awww! Sakit aish!" pekiknya lagi ketika pinggangnya terkena cubitan maut untuk ke sekian kalinya.
Fian hanya tertawa. "Oh ya, sepeda kamu udah jadi. Tinggal diambil aja. Tapi sorry gue nggak bisa nganterin. Habis ini gue harus ketemu kepsek soalnya."
"Oh ya? Makasih kak. Harusnya aku yang minta maaf karena udah ngrepotin kakak."
"Engga ga repot kok. Santai aja. Ya udah kalo gitu gue duluan ya. Ada keperluan."
"Oh iya iya. Silahkan. Sekali lagi makasih."
"Siap." balas Fian kemudian berlalu meninggalkan Natasya dan Adit yang melipat kedua tangannya.
"Nah mau lari kemana lo!" kata Natasya sambil menjewer telinga Adit dan tertawa puas. Kemudian 'menuntun' telinga Adit menuju kelas.
"Aww aww! Ih elo mah lama - lama jadi kek emak - emak deh! Hobinya ngehukum gue mulu!"
"Bodo! Ogah gue jadi emak lo! Lama - lama mati muda gue!"
"Eits ya jangan dong. Entar gue nggak punya emak lagi, mama kan dah nggak ada, masak lo ikut - ikutan pergi. Gue ama siapa dong?" katanya dengan memoloskan wajahnya.
"Aishh kurang ajar lo!"
????????????
"Beneran lo nggak mau gue anter dulu?"
"Enggak gue udah gede kali."
"Yakin?"
"Yakin udah ah buruan cabut. Entar malah elo telat lagi."
"Gue mah udah biasa telat kali. Lebih tepatnya nelat sih."
"Yeeee, elo mah emang nggak pernah niat jadi orang bener."
"Gitu ya? Makanya bikin gue bener dong."
"Ih apaan. Udah buruan sanaaaaaa udah pada kumpul noh di lapangan basket!" ucap Natasya sambil mendorong punggung Adit yang tengah melipatkan kedua lengannya.
Adit membalikkan badannya sehingga keduanya bertemu. Tubuh mereka tanpa jarak. Seolah - olah waktu dibiarkan berhenti begitu saja. Membuat keduanya saling diam. Hening beberapa saat.
Uhuk uhuk.. Natasya terbatuk, mencoba memecahkan suasana canggung ini. "Gu .. Gue pulang duluan. Lo.. Lo buruan latihan sana!" katanya sedikit gugup.
Adit hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal kemudian mengangguk dan menuju lapangan. Baru beberapa langkah Adit menengok ke belakang begitu pula Natasya, pandangan keduanya saling bertemu. Natasya buru - buru mengalihkan pandangan dan berlari menuju gerbang. Adit tersenyum melihat tingkah Natasya.
"Aduh bego bego bego! Kenapa sih gue bego banget!" rutuk Natasya sambil menepuk - nepuk dahinya. "Aduhh kenapa gue jadi deg deg an gini sih?" rutuknya lagi sambil memegang dadanya.
"Sama. Kenapa kita berdua jadi deg deg an gini ya." kata Adit dengan santainya. Natasya terlonjak, entah datang darimana tiba - tiba dia sudah berada di depan Natasya sambil berjalan mundur.
"Setan lo! Ngagetin gue aja!"
"Haha.. Lo masih deg deg an nggak? Kalo gue sih enggak." ucapnya bohong. Padahal dirinya masih deg deg an. "Coba deh." lanjutnya kemudian berdiri di hadapan Natasya sedekat tadi. Membuat Natasya bergeming.
1 detik.. 2 detik.. 3 detik.. 4 detik.. "Ish apaan sih lo?!" berontak Natasya, mendorong tubuh Adit kemudian pergi meninggalkannya. Adit tak mengejarnya. Ia harus mengontrol dirinya terlebih dahulu. Lagi - lagi dia tersenyum.
????????????
"Aduhh kenapa sih gue? Kok jadi nggak konsen gini. Fokus Tasya fokus! Lo harus fokus! Inget besok lo ulangan okey!" ucap Natasya berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Tak seperti biasanya dia seperti ini. Semenjak kejadian tadi siang ia menjadi kurang fokus. Pikirannya selalu diisi dengan Adit yang selalu datang tanpa ia undang.
Hari - harinya selalu ia lewati bersama Adit sejak dulu. Dan mereka biasa - biasa saja. Tak ada yang spesial. Tapi mengapa kini ia merasa sedikit aneh ketika berada sangat dekat dengannya? Deg deg an tidak keruan. Bingung sendiri mau berbuat apa hingga membuatnya hanya mampu bergeming.
Drt..drtt.. Handphonenya yang tergeletak di atas nakas itu bergetar. Ia berjalan menuju nakas untuk mengambil handphonenya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Adit melakukan panggilan video. Langsung dilemparnya handphone itu di atas kasur. Ia kemudian berjalan mondar - mandir kesana kemari sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Stupid! Mau ngapain sih tu anak!"
Sebuah cahaya masuk menerobos jendela kamarnya. Natasya menghampiri cahaya itu dengan ragu.
"Woii Nat! Kok nggak lo angkat sih?" teriak sosok cowok yang tengah berdiri di depan jendela apartemen (sebelah ruko Natasya) dengan tangan membawa senter.
Natasya diam tak menjawab. Bingung mencari alasan.
"Natasyakuu? Woii! Lo kenapa sih?"
"Ngapain sih lo?! Gue lagi belajar! Ganggu tau nggak?!"
"Nah pas banget tuh. Kita belajar bareng yukk!! Gue bosen nih disini!"
"Ogah! Gue ngantuk mau tidur!" ucapnya kemudian langsung menutup jendelanya dengan gorden.
"Yee kok gitu sih? Woi Nat?! Ah nggak asik lo!" teriak Adit yang jelas - jelas Natasya masih bisa mendengarnya.
Ruko dan apartemen tempat tinggal Adit hanya berjarak sekitar 1 meter saja. Adit tinggal disana sendirian. Ia memutuskan untuk tinggal sendiri setelah ayahnya menikah lagi. Alasannya, ia tak ingin serumah dengan mama tirinya juga karena ingin berdekatan dengan Natasya.
Semenjak Natasya pindah ke ruko itu, Adit menjadi tambah kesepian. Ditinggal mamanya juga ditinggal Natasya. Ditambah lagi ayahnya menikah lagi, menambah kesumpekannya.
Tinggal dirumah ayahnya sebenarnya sama saja dia tinggal sendiri. Tak ada orang terdekat yang membuatnya nyaman. Berbeda jika ia tinggal di apartemen. Jika ia merasa kesepian ia tinggal berteriak memanggil Natasya dan semua rasa kesepiannya akan hilang seketika.
My Ghost Adit : Nat! Gue laper nih! Anterin gue makan yuk! Sekalian deh bawa buku - buku lo. Entar belajar disana aja.
Natasya : mager_-
My Ghost Adit : Gue gendong gimana?
Natasya : tambah magerrrrrr
My Ghost Adit : ayoo lahh!! lo mau tanggung jawab kalo gue mati kelaparan?
Natasya : sejak kpn sih lo jadi ngeselin gini?
My Ghost Adit : berarti dulu enggak dong?
Natasya : tapi sekarang ngeselinnya tingkat akut!!!
My Ghost Adit : ish parah banget gue
Natasya : _-
My Ghost Adit : pengin gue bujuk - bujuk ya? biasanya juga langsung mau kalo gue ajak. Oke deh gue bujuk nih.. Natasya sayangg anterin dongggg
Natasya : jijik! makin lama makin aneh deh lo ah! kezel gue. ya udah buruan.
My Ghost Adit : nah gitu dong! jadi makin sayang deh
Natasya : apaan sih lo sayang sayang jijik gue
Di seberang sana, Adit tersenyum. Ingin dia membalas "gue beneran sayang sama lo" tapi ia mendeletenya menggantinya dengan "gue bercanda kali nggak usah baper"
Natasya : bodo'.. tunggu gue 10 menit lagi!
My Ghost Adit : nggak usah dandan, biasa aja
Natasya is typing..
My Ghost Adit : 10 menit dimulai
"Aish ni bocah!" desis Natasya, mendelete pesan yang belum sempat ia kirimkan.
????????????
Angin malam menusuk tulang rusuk. Cahaya bulan terang benderang. Sedang bulan purnama saat ini.
Natasya mengusap - usap kedua lengannya. Dingin menyeruak lengannya yang tak tertutupi kain itu. Ia hanya memakai kaos lengan pendek dan juga rok yang hanya sebatas lututnya. Rambut sebahunya yang sengaja ia gerai tertiup angin.
Adit menengok gadis yang tengah berjalan bersamanya itu. "Kalo tau dingin kenapa nggak pake jaket?"
Natasya berhenti berjalan. "Lo sendiri kenapa nggak pake jaket?"
Adit ikut berhenti. Ia menghampiri Natasya yang berada beberapa langkah di belakangnya. Kemudian merubah posisi tangannya yang semula ia masukkan ke saku celananya kini ia lipat di depan dada. "Gue lebih kebal dari lo"
Gadis itu memutar bola matanya. "Terserah lo deh!" ucapnya lalu berjalan meninggalkan Adit.
"Apa perlu gue lepas baju gue dan gue pakein ke lo?" kata Adit sambil berusaha menyejajari langkah Natasya.
"Dasar mesum!"
????????????
cant wait next chapter
Comment on chapter Prolog