Hari terakhir stay di Amerika. Mereka menghabiskan waktu bersama. Rafael juga mengajak Alena untuk bergabung.
Di sebuah café, mereka duduk santai dan memesan beberapa makanan. Mereka menghabiskan waktu bersama dan mengabadikan moment dengan kamera ponsel mereka. Namun, tatapan Nathan menuju ke sebuah piano. Nathan merasa rindu jari jemarinya memainkan alunan nada dari piano tersebut.
Nathan berjalan menuju ke sebuah piano. Ia langsung duduk di kursi dan mencoba memainkan sebuah nada. Dia pun sudah lama ingin mempersembahkan sebuah nada yang telah lama ia ciptakan, namun masih tanpa lirik.
Ketika itu suasana café menjadi berubah semenjak Nathan mulai memainkan nada dalam piano itu. Ketiga temannya dan Alana juga mulai memperhatikan Nathan dalam permainan pianonya. Nathan menyampaikan sebuah pesan dan perasaan lewat nada – nada.
Beberapa saat Nathan mengingat Jasmine. Jasmine yang telah meninggalkan Nathan. Dan, membuat Nathan memilih untuk mengejar impiannya sebagai seorang dokter. Meskipun masih belum menjadi tapi masih proses. Karena ia telah berjanji kepada almarhumah Jasmine.
Nathan tahu dan bisa merasakan kehadiran Jasmine, meskipun kini ia telah berbeda alam. Namun, perasaannya masih belum bisa berpindah hati. Dia masih mencintai gadis itu.
Vanno pun tersentuh hatinya. Dia masih merasakan kepedihan dan rasa bersalah dalam cinta. Dia merasakan kebodohan telah meninggalkan cinta dari seorang gadis yang benar-benar mencintainya. Dia juga merasakan karma dalam cinta dikala itu. Cinta bertepuk sebelah tangan itu lebih menyakitkan dibanding sekedar patah hati.
Rafael merasakan kalau cinta begitu menyakitkan. Bahkan cinta pun tidak cukup untuk saling memiliki dan bersama. Dia telah pergi bersama setengah hatinya yang mencintai. Namun, saat ini cinta bisa memberikan kekuatan untuk tetap berjalan dalam kehidupan. Alana baginya penyemangat dan membuat hidupnya lebih berwarna. Dia tak ingin kedua kalinya kehilangan seseorang. Dia berniat untuk menjadikan Alana sebagai kekasih hatinya satu-satunya. Alana benar-benar bisa membuat warna dalam kehidupannya. Bahkan rasa itu kembali hadir. Cinta lebih tepatnya, perasaan yang tidak bisa dipungkiri.
Rafael menuju ke tempat performance café. Dia dan Nathan melakukan kalborisasi menyanyikan lagu Perfect- Ed Sheeran. Dia akan mempersembahkan untuk Alana.
Nathan memulai memainkan sebuah nada dari lagu yang akan dinyanyikan oleh Rafael. Namun sebelumnya Rafael memanggil Alana untuk naik ke Panggung mendampinginya untuk berduet bersama. Awalnya Alana malu, namun Vanno menariknya dan mengantarkan menuju ke Rafael.
Alana mencoba mengambil sebuah biola. Rafael tidak menyangka Alana bisa memainkan sebuah biola. Rafael, Nathan dan Alana menciptakan suasana begitu memukau di Café itu. Tanpa ia sadari ada seorang produser musik menonton. Mereka mendapatkan tawaran untuk sebuah rekaman. Namun, mereka belum mau menerima tawaran itu.
Nathan, Alana dan Rafael memiliki alasan untuk tidak menerima tawaran itu dahulu. Mereka memiliki rencana dan impian lain. Nathan dan Rafael masih ingin fokus terhadap pendidikannya. Meskipun kesempatan tidak akan datang kedua kali. Namun, produser musik itu terlanjur jatuh cinta kepada penampilan mereka hingga memberikan sebuah kartu nama. Produser itu berharap mereka bisa merubah pikirannya dan bisa bergabung di Perusahaannya.
Vanno dengan isengnya mengupload penampilan mereka bertiga di youtube. Dalam waktu sejam telah banyak viewer hampir sejuta. Seakan mereka menyukai penampilan Nathan, Rafael dan Alana. Banyak komen yang menyuruh mereka untuk melakukan rekaman bahkan performance.
Ketika itu Vanno memperlihatkan kepada mereka bertiga. Namun, mereka tetap dalam tujuan masing-masing. Karena bukan popularitas yang ia cari dalam kehidupan, tapi kebaikan untuk semua orang. Mereka juga bahagia kalau banyak respon menyukai dan terhibur dengan penampilan mereka.
Hari sudah semakin gelap. Dan, kebersamaan mereka di Amerika harus diakhiri. Mereka akan kembali ke Indonesia. Sedangkan Alena akan tetap stay Di Amerika untuk melakukan pelatihan.
“Alena, kapan kita bisa bertemu kembali. Apa pertemuan kita hanya sampai di sini? Tapi kenapa aku melupakan sesuatu untuk menanyakan nomor ponselnya? Ah bodohnya diriku ini!” Keluh Rafael dalam hati.
***&&&***
Di Apartemen, mereka mengemasi barang-barang mereka. Mereka akan terbang besok pagi pada penerbangan utama. Mereka sudah rindu aroma khas Indonesia.
“Indonesia, I’m coming!” Teriak mereka berempat.
Nathan, Rafael, Rahman dan Vanno akan segera melanjutkan pendidikan mereka. Mereka rindu kampus. Rindu akan semua, Namun, hati Rafael tertinggal sejenak di Amerika. Sebelum kepergiaannya Rafael memberikan sebuah surat untuk Alana. Rafael menyelipkan diam-diam di tas Alana.
“Semoga kamu membaca surat itu Alana. Aku sudah menuliskan sebuah tempat agar kita bisa bertemu kembali. Meskipun harapan itu sangat tipis untuk kamu penuhi.” Rafael selesai mengemasi semua barang-barangnya.
***&&&***