PROLOG
“Ketika sebuah air mata menjadi sebuah saksi dalam sebuah kehidupan, bahkan sebuah harapan itu tidak pernah ada untuk dia yang sangat ku cintai, melangkah dalam sebuah impian yang bisa memberikan sebuah harapan terhadap banyak orang” Rahman.
Rahman Ali Husein Syabana seorang pria tangguh, ia berniat ingin merubah sebuah pemikiran orang di daerah pemukimannya. Ia tidak ingin kejadian yang menimpa ibunya akan terjadi beberapa kali di keluarga lainnya. Mereka yang lebih percaya dengan tabib ketimbang seorang dokter. Ibunya meninggal, karena keluarga lebih percaya dengan tabib. Menurut kepercayaan di desanya kalau ibunya terkena semacam santet/penyakit kiriman. Padahal saat ibunya hampir sekarat, dokter menyatakan kalau ibunya terkena kanker serviks stadium akhir. Sebuah penyesalan berbuah sebuah impian menjadi seorang dokter yang bisa dipercaya banyak orang, serta memberikan sebuah harapan untuk banyak orang.
“Rindu akan sebuah senyuman yang pernah terukir di wajahmu, meski pada akhirnya kita di dunia berbeda. Sebuah janji tentang dirimu, karena kau memiliki mimpi yang kini telah ku pilih menjadi profesiku. Ku akan berusaha mewujudkan impianmu, dan aku akan mencari tahu tentang penyakitmu yang masih belum ditemukan virusnya dan obatnya.”
Nathan Septian seorang pria yang sangat mencintai gadis di masa lalunya. Ia ingin melanjutkan impian gadis itu sebagai dokter, serta mencari tahu virus yang membuat gadisnya pergi dulu meninggalkannya. Bahkan, ia rela mundur untuk impiannya sendiri sebagai pianis terkenal.
"Untuk apa aku bersama kamu? Kalau hanya sekedar cinta saja itu bagiku tidak cukup untuk kehidupan!" Pekik gadis itu kekasih Rafael.
Rafael Tan Kenzo ingin membuktika kepada mantan kekasihnya, karena sebuah kata-kata itu membangkitkan sebuah impian, dia ingin membuktikan kalau dia bukan orang yang lemah, bahkan bisa memberikan harapan ke orang lain.
“Aku menolak perjodohan antara aku dengan dia. Karena aku bukan sebuah asset yang bisa ditukar dengan sebuah bisnis. Kehidupanku dalam mencapai cinta dan sebuah impian hanya aku yang menentukan. Sebuah caraku membuktikan kepada mereka, kalau aku bisa berguna dan bisa memberikan harapan sebuah kehidupan, serta aku bisa menegakkan kepalaku.”
I Gede Vanno Ardiansyah memilih profesinya sebagai seorang dokter untuk membuktikan kepada orang tuanya. Karena ia memiliki sebuah impian dan jalan cintanya sendiri.
***