Read More >>"> Game of Dream (Rule 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Game of Dream
MENU
About Us  

RULE 1 – Permainan terdiri dari 7 level dengan pemain berjumlah 5 orang dalam satu kelompok

            Deru mobil-mobil mewah di luar gedung semakin memeriahkan acara penganugerahan malam ini. Para pria berdasi dan wanita cantik bergaun indah turun dari mobil-mobil yang berhenti tepat di depan karpet merah. Mereka berjalan diiringi dengan lampu flash yang keluar dari tiap-tiap kamera paparazi yang sudah pasang badan di sepanjang jalur karpet merah, berusaha mengambil sebanyak mungkin foto-foto para tamu yang datang. Setelah puas memamerkan pakaian dan aksesoris yang mereka kenakan di hadapan paparazi, para tamu pun mulai memasuki gedung, berjalan ke masing-masing kursi yang telah dinamai sesuai dengan nama mereka.

            Lampu yang awalnya redup mulai menyala terang satu persatu begitu para tamu duduk di hampir semua kursi yang telah disediakan. Setelah lampu menyala semua, sebuah hologram berbentuk stick PS muncul di tengah panggung nan megah yang ada di hadapan para tamu tersebut, kemudian seorang pria berpakaian tuxedo hitam datang memasuki panggung diikuti dengan suara seorang wanita mengatakan “welcome to the Xgames award”. Pria bertuxedo itu tersenyum lebar melihat banyaknya  jumlah para tamu yang datang, pria itu berwajah layaknya pria berusia 40 tahun keatas dengan jenggot dan kumis tipis yang menghiasi wajahnya.

            “Terima kasih atas kedatangan kalian di acara penganugerahan Xgames kali ini, saya sebagai pendiri Xgames Company dan salah satu pencetus acara ini merasa sangat berbahagia, karena untuk ke-10 kalinya kami dapat memberikan penghargaan bergengsi kepada para perusahaan, creator, pemain, dan orang-orang di berbagai divisi pembuatan games yang telah berjuang membuat permainan hebat dari berbagai genre. Acara berikutnya akan dibawakan oleh sahabat saya, Martin dan Hana. Mereka yang akan membacakan para kandidat dan pemenang di penghargaan kali ini. Saya, Daniel Brown, resmi membuka acara penghargaan the Xgames award. Long life the game player!” Daniel berjalan mundur ke belakang panggung sambil melambaikan tangan ke segala sisi. Suara tepuk tangan menggema di penjuru ruangan. Tak lama, seorang pria dan wanita memakai jas dan gaun senada biru saphire memasuki panggung sambil tersenyum dan mulai menyapa para tamu yang datang.

            Diluar kemeriahan yang tengah berlangsung, di sisi luar gedung tepatnya pintu belakang, terparkir sebuah BMW hitam seri terbaru. “kau yakin?” ujar seorang pria berambut pirang dari kursi kemudi sambil memandang wanita di kursi belakang lewat kaca dashboard.

            “iya.” Jawab wanita itu dengan singkat.

            Pria yang duduk di kursi kemudi itupun membuka pintu mobil dan memasuki gedung lewat pintu belakang, meninggalkan wanita tersebut seorang diri di dalam mobil. Pria itu berjalan menyusuri lorong demi lorong untuk sampai ke ruangan tempat acara Xgames award berlangsung.

            “Selamat kepada Reina Dupont dari ZDC!” tepat ketika pria itu memasuki ruangan, Martin dan Hana secara bersamaan melontarkan nama pemenang penghargaan kategori perusahaan games terbaik, pemimpin paling berpengaruh terhadap perusahaannya, dan creator terbaik tahun ini. Suara tepuk tangan yang meriah menggema ke segala sisi. ZDC menyabet hampir semua kategori bergengsi di penghargaan Xgames kali ini.

            Begitu suara tepuk tangan yang menggema di segala sisi berhenti, Martin, Hana, dan para tamu terdiam, mereka mencoba mencari-cari ke sekeliling untuk melihat siapa perwakilan dari ZDC yang datang. Sebab, ZDC terkenal tidak pernah mengirimkan perwakilan mereka untuk menerima penghargaan secara langsung. Bahkan di setiap acara penghargaan apapun.

            “Sepertinya untuk kali ini, ZDC juga tidak....” Ucapan Martin terhenti saat pria berambut pirang yang baru saja datang itu berjalan kearah panggung, melewati karpet merah yang memotong tengah barisan kursi para tamu. Pria itu menaiki panggung lalu berdiri menghadap para tamu yang datang seraya tersenyum.

            “Kiehl Dvosky?” ujar Hana pelan dengan raut wajah penuh keheranan dan tanda tanya.

*******

            Wanita berambut hitam itu mematikan tabletnya. Ia memandang jalanan di luar lewat kaca mobil, memperhatikan sekumpulan paparazi yang mencoba mendapatkan gambar dirinya. Berusaha mengejar mobil yang ia tumpangi. Setelah para paparazi tak mengikutinya lagi, wanita itu membuka kaca mata hitam yang menutupi bola mata coklatnya yang indah.

            “kau tidak banyak berbicara tadi” Ujar wanita itu membuka obrolan. Ia memandang pria dibalik kemudi yang ada dihadapannya tersebut.

            “kau mengharapkan aku untuk berbicara apa memangnya?” tanya pria itu.

            Wanita itu tersenyum kecil. “Ngomong-ngomong, terima kasih.”

            “Untuk?”

            “Kau mau menghadiri acara kali ini.”

            Pria itu menoleh sesaat ke samping sambil melirik ke belakang, lalu kembali menghadap kedepan. Fokus mengemudikan mobilnya. “Sampai sekarang aku masih tidak mengerti, kenapa kau sangat anti dengan paparazi sih?”

            “Haruskah aku mengatakannya lagi?” Tanya balik wanita yang dipanggil Rein tersebut.

            “Tapi kau tidak pernah memberitahuku apa alasannya Rein.”

            “Kau tidak perlu tahu alasannya Kiehl.” Reina terdiam, begitupun dengan Kiehl. Suasana seketika menjadi canggung diantara mereka. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Kiehl menanyakan hal serupa, tapi tidak pernah ada jawaban lengkap yang keluar dari mulutnya Reina.

            Kiehl merupakan sahabatnya Reina sejak kecil sekaligus asisten pribadinya. Ia tumbuh besar dengan keluarga Dupont, yang mana keluarga tersebut adalah keluarganya Reina. Reina merupakan satu-satunya anak dari tuan Albert Dupont dan nyonya Marissa Dupont. Reina juga merupakan satu-satunya pewaris Zearays Dupont Company atau lebih dikenal dengan sebutan ZDC. Salah satu perusahaan creator game ternama di Sandya. Kehidupannya terlihat sepurna terlebih dengan segala kemewahan dan wajah cantik yang ia miliki. Namun kenyataannya, tidaklah seperti itu.

            Mobil yang dikendarai Kiehl berhenti di depan sebuah gedung perkantoran yang sangat megah dengan tulisan ZDC di atasnya. Kiehl menggoyangkan gelang karet di tangannya dan sebuah hologram dengan tampilan bermacam icon muncul layaknya aplikasi dalam layar handphone. Ia memilih salah satu icon bertuliskan automatic mobile, selanjutnya beberapa daftar pilihan kembali muncul. Setelah memilih beberapa perintah dalam daftar itu, ia kembali menggoyangkan gelangnya dan hologram itupun menghilang.

            Reina keluar dari mobil begitu melihat Kiehl selesai melakukan hal tersebut. Ia berjalan masuk ke dalam gedung diikuti dengan Kiehl dari belakang. Suasana gedung ZDC yang gelap berubah ketika Reina masuk dan secara otomatis lampu-lampu di tiap bagian gedung yang di lewatinya hidup. Ia dan Khiel memasuki lift dan menekan nomor lantai teratas gedung. Tak berapa lama kemudian, pintu liftpun terbuka di lantai yang mereka tuju.

            “Mau apa kalian kesini?” pria tersebut duduk di kursi gaming yang mengarah tepat di depan lift. Tampangnya yang terlihat sangat berantakan itu memperhatikan Reina dan Kiehl secara bergantian.

            “Ini gedungku Trex. Aku bebas kesini.” Reina berjalan ke sofa yang terletak di sisi sebelah kiri lalu menjatuhkan tubuhnya. Trex masih memperhatikannya dari tempat ia duduk lalu melirik Kiehl.

            “Jadi pada akhirnya kalian datang ke acara itu?” tanyanya pada Kiehl.

            “Yah begitulah.” Kiehl membuka dasi yang ia kenakan diikuti dengan jas yang kemudian ia lemparkan ke sudut ruangan.

            “Hei! Aku melihatnya ya! Kau kira ini tempat laundry huh? Sehingga kau bisa menaruh baju kotormu dimana saja?” Omel trex.

            “Aku akan mengambilnya lagi. Kau tenang saja!” Kiehl menghampiri Trex dan memutar kursi yang dikenakan Trex menghadap ke meja penuh dengan komputer yang ada di belakangnya Trex. “So? Bagaimana?”

            “Kita harus melakukan beberapa percobaan lagi.” Trex melirik Kiehl yang berdiri di samping kananya. Tangan kirinya berpangku ke atas meja, menopang dagunya.

            Kiehl menghembuskan napas dengan berat seraya menoleh ke arah tempat Reina duduk. Terlihat Reina sedang bersandar di sofa sambil memejamkan matanya. “Rein?”

            “Sisanya serahkan saja padaku.” Sautnya tanpa membuka mata.

            “Baiklah jika itu maumu.” Tukas trex sambil menoleh ke arah Reina. “Ngomong-ngomong kedatanganmu tadi di Xgames award keren juga kiehl.”

            Alis mata sebelah kirinya kiehl terangkat ketika Trex tiba-tiba memujinya, heran dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulutnya Trex. “Tak biasanya kau memujiku.”

            Trex berdecak. “Hei aku serius, kau memang keren tadi. Semua tamu terlihat kaget saat kau menaiki panggung! tidak hanya itu, Hana sangat terlihat sekali tak bisa mengatakan apa-apa saat kau ada di atas sana! Hahaha... Ada gunanya juga si Rein tidak pernah menghadiri acara-acara seperti itu.”

            “Pada dasarnya aku memang sudah keren trex, ga ada hubungannya dengan Rein yang tidak pernah menghadiri acara penghargaan apapun.”       

            “Hmm... mulai deh kalian berdua..” sela Reina. Ia bangkit dari sofa menghampiri Trex dan berdiri di samping kirinya lalu menekan tombol enter keyboard yang ada di meja. Seketika muncul berbagai kode di ketiga layar komputer yang berdiri di atas meja. Reina memperhatikan dengan serius membaca kode-kode yang tertera. Disisi lain, situasi menyebalkan yang mulai terjadi antara Kiehl dan Trex teralihkan dengan apa yang Reina lakukan.

            “Yang melakukan percobaan kau sendiri atau dibantu dengan yang lain?” Reina menoleh memandang Trex, Trex mengambil napas panjang.

            “Aku dan beberapa, sebenarnya bukan masalah yang besar, tapi kau tetap harus mengetahuinya kan?”

            Reina mengangguk. “Apa laporan data terbaru sudah kau kirimkan ke sistemku?”

            “Sudah.”

            “Baiklah kalau begitu. Sepertinya aku akan menginap disini.”

            Kiehl menatap tajam Reina saat ia melontarkan keputusannya untuk kembali menginap di gedung ZDC. “Rein! Kau sudah seminggu menginap di ZDC! Malam ini kau harus pulang ke rumah!”

            Reina melirik kiehl lalu menjatuhkan pandangannya ke layar komputer. “Ini kantorku El. Aku bebas menginap disini kapanpun aku mau!” ucapnya tegas.

            “Ini memang kantormu! Tapi aku berhak melarangmu karena kewajibanku pada tuan Dupont!” Tukas Kiehl tak kalah tegas. Trex yang sedang duduk diantara mereka hanya bisa diam sambil sesekali melirik Rein dan Kiehl bergantian. Untuk urusan ini ia memang tidak pernah mau ikut campur.

            “Kewajibanmu sudah lepas sejak setahun yang lalu. Untuk apa kau masih seperti itu padaku?!” Reina kembali memandang tajam kiehl tepat ketika ia mengatakan kalimat terakhir.

            Kiehl tak menjawab, namun dapat terdengar dengan jelas ia menggertakan gigi-giginya menahan amarah.

            “Sudahlah. Kalian ini ga pernah berubah ya.” Trex mencoba melerai dan mencairkan suasana. “Rein, Kiehl benar. Lebih baik kau pulang, dan besok baru kau datang lagi ke kantor. Sudah seminggu kau disini dan selalu jatuh terlelap di meja kerjamu. Ruanganku disini mah enak, ada kamar, karena memang aku tinggal disini kan. Tapi kau? Sudahlah istirahat saja di rumah.”

            Reina mendengus kesal. Ia pun beranjak pergi keluar dari ruangannya Trex tanpa mengatakan sepatah katapun pada Trex dan Kiehl.

            “Aku semakin tidak mengerti sikapnya Reina. Semuanya semakin tidak terkontrol sejak...”

            “Sudahlah Kiehl.” Potong Trex. “Kau tidak perlu terlalu memikirkan si Rein. Dia hanya sedang lelah menyiapkan semuanya untuk mengejar deadline peluncuran The game of Dream Full edition. Kau tahu kan bahwa Reina itu perfeksionis?”

            Kiehl menarik napas panjang. “Untuk kali ini aku setuju padamu, Trex.” Kiehl menepuk bahunya Trex.

            “Aku harus menyusul Rein.”

            “Oke.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hello, Troublemaker!
1095      481     6     
Romance
Tentang Rega, seorang bandar kunci jawaban dari setiap ujian apapun di sekolah. Butuh bantuan Rega? mudah, siapkan saja uang maka kamu akan mendapatkan selembar kertas—sesuai dengan ujian apa yang diinginkan—lengkap dengan jawaban dari nomor satu hingga terakhir. Ini juga tentang Anya, gadis mungil dengan tingkahnya yang luar biasa. Memiliki ambisi seluas samudera, juga impian yang begitu...
Mahar Seribu Nadhom
4384      1469     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Nina and The Rivanos
8769      1927     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
410      287     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
The Flower And The Bees
2539      1263     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
Faerie City
2526      835     7     
Fantasy
🌷[ Buku ini sudah resmi terbit di Cabaca.id ]🌷 Tiana Fairchild, gadis berumur 18 tahun ini pindah rumah bersama kedua orang tuanya ke kota kecil bernama Faerie City, yang konon adalah tanah leluhur para peri. Di kota itu ia mulai sering berpapasan dengan sosok dua pria misterius. Seiring berjalannya waktu, perkenalannya dengan mereka mulai membuka tabir misteri tentang identitas asli di ...
Love 90 Days
1528      866     1     
Romance
Hidup Ara baikbaik saja Dia memiliki dua orangtua dua kakak dan dua sahabat yang selalu ada untuknya Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan bila ada harga yang harus dibayar atas semua yang telah dia terima yaitu kematian Untuk membelokkan takdir Ara diharuskan untuk jatuh cinta pada orang yang kekurangan cinta Dalam pencariannya Ara malah direcoki oleh Iago yang tibatiba meminta Ara untu...
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
Just For You
3933      1587     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
HAMPA
368      251     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...