Read More >>"> Namaste Cinta (DAY 5 - SUKRIYA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Namaste Cinta
MENU
About Us  

Pagi ini, waktu telah menunjukkan pukul sembilan. Karina dan Maya tidak punya rencana apapun hari ini. Sembari berbaring malas diiring musik Bollywood bernada upbeat cukup membuat keduanya terhibur.

Maya sedikit kaget karena ia menerima pesan dari sekertaris manajer tempatnya bekerja bahwa ia ditugaskan untuk membuat laporan yang harus diselesaikan hari ini juga. Laporan penting dan ia tahu bahwa laporan ini hanyalah tanggung jawab Maya. Untuk itu meskipun berada jauh dari kantor, ia tetap mendapatkan tugas pentingnya.

Mengetahui hal itu, semakin mematahkan semangat Karina untuk bisa jalan-jalan ke suatu tempat. Namun hal itu tidaklah berlangsung lama. Teman Indianya itu kemudian mengajak Karina untuk mengunjungi suatu tempat yang masih disekitaran wilayah Mumbai.

* * *

Karina tengah duduk di bangku taman untuk beristirahat sejenak setelah berkeliling di daerah sekitar taman. Sementara itu, Arshad sedang membeli minuman yang entah dimana karena hampir setengah jam berlalu batang hidungnya yang tinggi itu belum kelihatan juga.

Karina pikir Malik juga akan ikut, tetapi ternyata sejak pagi Malik pergi mengunjungi rumah rekannya yang tidak jauh dari kantor mereka. Arshad masih setengah tersadar saat waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh ketika Malik berkata ada suatu hal penting yang harus diselesaikannya.

Tadinya, ketika Arshad terbangun, jadilah dirinya hanya sendirian di dalam kamarnya. Itu sebabnya, ia memutuskan untuk mengajak Karina dan Maya pergi ke suatu tempat untuk mengusir rasa bosannya bila ia tetap sendirian saja tanpa melakukan apapun hingga sore harinya.

“Kamu suka ice cream, ‘kan?” tanya Arshad tanpa melihat ekspresi wajah Karina yang terlihat kesal menunggunya.

“Ya,” jawab Karina singkat.

“Maaf, aku telah membuatmu menunggu,” ucap Arshad seraya tersenyum, lalu memberikan satu ice cream ditangan kanannya pada Karina.

Sukriya (Terima kasih),” ucap Karina seraya memegang ice cream ditangannya.

Keduanya tengah menikmati ice cream dengan rasa coklat vanila, namun tiba-tiba saja Arshad mengajak Karina. “Karin, challo mere saath (Karin, ayo, ikutlah denganku).”

Kahan (Kemana)?” tanya Karina bingung.

Arshad berhenti menikmati ice cream-nya dan tersenyum jahil seraya berpikir, “Hhmmm…. Tumhara dil (Kehatimu),” ucapnya begitu cepat. Lalu ia pun kembali menikmati ice cream dengan santainya, memandang ke arah sekitarnya tanpa menoleh ke arah Karina dan berpura-pura seperti tidak mengucapkan apapun.

Kya..aa (Apa)?” tanya Karina, ia cukup kaget mendengar ucapan Arshad hampir saja menjatuhkan ice cream-nya.

Arshad tertawa lucu melihat ekspresi Karina dari ekor matanya.

Karina yang merasa telah terjebak dengan candaan Arshad pun merasa kesal. Ia dengan cepat menghabiskan ice cream. Dilihatnya Arshad yang masih berpura-pura seolah-olah tidak mengatakan apapun padanya, lalu Karina mendapatkan ide untuk membalas perbuatan Arshad. Ia pun kemudian mendorong tangan Arshad yang memegang ice cream tepat ke arah wajah Arshad dengan penuh semangat. Alhasil, mulut Arshad pun dipenuhi oleh ice cream. Kali ini, giliran Karina yang tertawa puas melihat wajah comel Arshad yang terlihat seperti badut.

Raut wajah Arshad berubah cemberut, ia melipat kedua tangannya di dada bidangnya dan bersikap cuek seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada wajahnya. Ia memalingkan wajahnya tanpa menoleh sedikit pun ke Karina.

Karina yang merasa sedikit bersalah lalu mendekati Arshad dan berdiri di hadapan Arshad seraya berkacak pinggang.

Arshad masih saja diam. Karina jadi kesal juga dengan tingkahnya Arshad. ‘Seharusnya aku yang pantas untuk merajuk, dia sudah merayuku dan berhasil membuatku tersipu malu karena ucapannya itu. Tetapi, kenapa ini malah sebaliknya, ya?’ gerutu Karina dalam hati.

Meski begitu, Karina tetap berusaha untuk membujuk Arshad dengan sedikit kata-kata manisnya. “Arshad, dibersihkan dulu wajahnya. Nanti ketampanan wajah kamu bisa hilang.”

Karina berpikir kalau saat ini Arshad pasti merasa ke-geer-an mendengar ucapannya barusan. Ia pun mengambil sapu tangan dari tangan Karina dan membersihkan wajahnya. “Sebenarnya, tidak perlu dibersihkan wajahku tetap saja terlihat tampan,” ucap Arshad berusaha untuk menahan senyumnya.

“Baiklah, terserah padamu saja mau bilang apa,” kata Karina cuek.

“Sapu tangannya aku simpan dulu. Nanti aku kembalikan,” ucap Arshad tanpa bertanya dulu pada Karina, Arshad langsung menyimpan sapu tangan milik Karina ke dalam saku celananya begitu selesai membersihkan wajahnya. Ia lalu berdiri dan menatap Karina serius seperti sedang menatap santapan yang lezat di meja makan.

“Aku marah padamu dan sebagai hukumannya kamu harus ikut denganku tanpa bertanya apapun padaku,” kata Arshad yang lebih terdengar seperti perintah.

Karina hanya diam tak mengerti. ‘Kenapa juga dia harus marah, ya?’ protes Karina dalam hatinya. Ia juga sibuk memikirkan kemana Arshad akan mengajaknya pergi. Ia percaya pada Arshad, tetapi ia juga merasa perlu tahu harus pergi kemana.

“Tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku tidak akan melakukan sesuatu hal yang buruk padamu. Aku hanya akan membawamu ke suatu tempat yang pasti akan kamu sukai,” ucap Arshad begitu melihat kekhawatiran yang tersirat dari wajah Karina. “Come on, Karin. Just follow me, now!

Karina masih belum berkata apapun, sepertinya Arshad telah membaca pikirannya yang berpikir bukan-bukan tentang Arshad. Seperti ada magnet yang menempel ditubuhnya, ia pun mengikuti Arshad yang sudah beberapa langkah berjalan di depannya.

* * *

Arshad membawa Karina ke tempat Gateway of Mumbai. Biasanya disore hari banyak sekali burung-burung yang singgah di tempat ini. Arshad sudah mempersiapkan makanan untuk diberikan kepada burung-burung yang berhamparan di lantai. Ada beberapa orang yang juga melakukan hal yang sama seperti mereka. Sambil menikmati momen tersebut, Arshad menceritakan tentang bangunan khas kolonial Britania Raya yang menjulang tinggi dihadapan mereka.

“Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan bangunan ini, bukan?” tanya Arshad sambil tetap memberikan makan burung-burung yang terlihat berkerumunan.

“Tentu saja. Aku pernah melihatnya dari beberapa film yang sudah aku tonton,” sahut Karina.

“Oh ya, kamu pasti tidak ingin melewatkan momen ini begitu saja, ‘kan?”

Karina hanya mengangguk tanpa melihat ke arah Arshad, ia masih sibuk memberikan makanan yang masih tersisa di tangannya.

“Karin, look at me, please,” pinta Arshad.

Tanpa bertanya lagi, Karina langsung melihat ke arah Arshad.

Cheers …. Satu gambar telah tersimpan di ponsel Arshad dan Karina tidak bisa berkata apapun karena Arshad telah berhasil mengambil gambarnya tanpa izinnya.

“Aku akan marah padamu kalau saja wajahku terlihat jelek difoto itu,” ucap Karina kesal.

“Tidak kelihatan jelek, tetapi wajah kamu terlihat lucu dan …,”

“Dan apa?” sanggah Karina. Ia bertanya pada Arshad karena penasaran dengan fotonya yang ada di ponsel Arshad.

“Kamu mau lihat?”

Karina mengangguk dengan polosnya.

Arshad pun mendekati Karina dan ia sudah berada tepat di samping Karina. Jarak mereka cukup dekat dan bisa dihitung hanya beberapa senti saja jarak yang memisahkan keduanya. Karina merasa sedikit heran melihat foto yang ada di ponsel Arshad. Dan begitu ia menyadari bahwa ternyata Arshad lagi-lagi berhasil menipunya dengan mengambil gambar selfie mereka berdua, bukan menunjukkan foto dirinya.

Alhasil pun, Arshad sangat senang karena akhirnya ia berhasil foto selfie bersama dengan Karina. Tentu saja Karina langsung merasa kesal karena Arshad selalu saja punya cara untuk bisa melancarkan aksi jahilnya itu dan yang lebih parahnya lagi ia selalu saja berhasil terkecoh.

Karina berusaha untuk merebut ponsel itu dari tangan Arshad. Tentu saja Arshad tidak membiarkan hal itu terjadi. Karina juga tidak ingin tinggal diam, ia terus berlari mengejar Arshad yang berlari di sekeliling area Gateway of Mumbai dengan senyum yang mengembang lebar di wajahnya.

Begitu Arshad melihat ke arah belakang dan mengetahui Karina berhenti mengerjarnya, Arshad pun berbalik badan memastikan apakah Karina memang benar-benar berhenti untuk mengerjarnya lagi. Arshad sedikit panik melihat Karina yang berhenti sambil memegangi perutnya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Ia pun langsung mendekati Karina untuk memastikan keadaan Karina.

Are you okay?” tanya Arshad begitu berada di dekat Karina.

“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja aku merasakan kram di perutku,” sahut Karina dengan nada pelan.

Arshad merasa bersalah karena dirinya Karina jadi harus merasakan sakit.

“Dadaku juga terasa sedikit sesak dan jantungku semakin terus berdebar kencang,” kata Karina masih tetap memegangi perutnya.

Arshad semakin terlihat panik. “Kalau begitu kita ke rumah sakit saja sekarang,” ucapnya dengan nada penuh khawatir melihat keadaan Karina.

“Tidak perlu Arshad. Aku punya obatnya, tapi sepertinya aku lupa membawanya.”

Arshad mulai bingung harus melakukan apa. Karina yang bisa melihat kebingungan dan kekhawatiran di wajah Arshad segera mengambil tindakan. “Telepon Maya saja, dia bisa membawakan obatnya untukku.”

“Baiklah, tapi aku tidak tahu nomornya,” ucap Arshad, masih terlihat panik.

“Berikan padaku, biar aku saja yang menelponnya,” kata Karina.

Tanpa pikir panjang, Arshad langsung memberikan ponselnya pada Karina.

Karina kemudian mengambil ponsel Arshad dan dalam waktu sekejap ponsel itu beralih ke tangan Karina. “Don’t worry. Sab tikhe ho jayega (Jangan khawatir. Semuanya baik-baik saja),” ucap Karina yang kini sudah berdiri tegak dan tersenyum penuh kemenangan.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Arshad yang terlihat semakin bingung.

“Ya, aku sudah merasa baikan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Karina sambil memamerkan ponsel Arshad tepat dihadapannya.

Arshad tersadar dan akhirnya mengerti bahwa ternyata Karina hanya bersandiwara untuk bisa menipu Arshad agar ponselnya bisa jatuh ke tangan Karina.

“Kenapa? Merasa kesal karena telah tertipu, ya?” tanya Karina terlihat begitu senang karena akhirnya berhasil mengelabui Arshad.

Arshad berusaha mencoba merebut kembali ponselnya dari tangan Karina, namun usahanya gagal karena ponselnya kembali di pegang erat oleh Karina. Mengetahui hal itu, Karina langsung menyembunyikan ponsel yang berada di tangannya di balik punggungnya.

No touching. Okay!” ucap Karina memerintahkan.

Okay. No touching. Tapi, kumohon jangan dihapus,” pinta Arshad dengan nada memohon.

“Aku mau lihat dulu fotonya, tapi jangan coba merebutnya dariku,” kata Karina memperingatkan.

“Baiklah,” ucap Arshad mengalah.

Karina membuka ponsel Arshad dengan mudahnya karena tidak ada pengamanan pola ataupun kata sandi. Ia lalu membuka aplikasi galeri dan melihat kedua fotonya.

Setelah melihatnya, Karina pun mengembalikan ponselnya kepada Arshad.

Arshad terlihat kebingungan dengan sikap Karina yang tiba-tiba diam tanpa respon apapun dan langsung memberikan ponsel itu begitu saja kepada Arshad. “Kya hua (Ada apa)?” tanya Arshad yang masih bingung dengan sikap Karina.

Kuch nahin (Tidak ada),” sahut Karina santai. “It’s okay. Aku tidak jadi menghapus fotonya. Karena aku pikir, aku tidak tega melakukan itu mengingat perjuanganmu untuk mendapatkannya,” lanjut Karina menjelaskan alasannya. Ia tersenyum menoleh ke arah Arshad yang terlihat bingung.

Dalam foto itu, Arshad tersenyum dengan manisnya di foto selfie itu dengan wajah Karina yang terlihat polos. Begitu juga foto diri Karina yang berhasil di ambil oleh Arshad saat memberikan makanan pun terlihat bagus. Perpaduan latar belakangnya dan angle yang tepat memberikan kesan yang sangat bagus sehingga hasil fotonya pun juga terlihat sangat bagus. Seperti hasil jepretan seorang fotograper profesional.

Arshad mengangguk setuju. “Baguslah kalau kamu tahu hal itu.”

“Tapi kamu harus ingat, jangan sampai meng-upload foto itu ke media sosial, ya,” ucap Karina lagi-lagi memperingatkan Arshad.

Fine. I will never do that,” ucap Arshad seraya diiringi senyum yakin.

Promise me?

Promise,” ucap Arshad seraya memegang leher seperti tradisi yang dilakukan oleh kebanyakan orang India saat berjanji akan suatu hal.

Good.

I know I am good,” kata Arshad dengan nada percaya diri seraya diiringi senyum jahilnya. “Aku tahu, alasan sebenarnya adalah kamu pasti takut kekasihmu akan marah kalau tahu ada lelaki lain yang meng-upload fotomu,” lanjutnya tanpa berani menoleh ke arah Karina.

Meski Arshad berbicara dengan pelan, tetap saja Karina masih bisa mendengarnya. Hal itu tentu membuat Karina menjadi kesal lagi dan mencoba untuk memukul Arshad. Namun dengan gesitnya Arshad bisa mengelak. Keduanya kembali berlari saling mengejar.

Entah siapa yang memulai pun tidak ada yang tahu pasti. Tetapi keduanya cukup menikmati momen kekanak-kanakan itu. Seolah-olah tidak memikirkan tatapan orang banyak disekitarnya yang mungkin melihat mereka.

Keduanya merasa lelah dan berhenti. Arshad pun mengajak Karina untuk menikmati secangkir chai di salah satu cafe terdekat.

“Apa tadi perut kamu memang sakit?” tanya Arshad membuka pembicaraan.

“Sebenarnya ya, hanya sebentar. Itu karena adalah hal yang biasa dialami oleh wanita setiap bulannya. Karena kamu tidak berhenti, jadi aku putuskan untuk berhenti dengan cara seperti tadi,” sahut Karina dengan jujur.

“Tetapi tadi kamu sudah membuatku cemas,” kata Arshad penuh kesungguhan.

“Maaf, aku tidak bermaksud begitu. Tapi justru karena itulah, aku jadi berpikir untuk balik membalas ulah jahil kamu,” ucap Karina seraya tersenyum puas.

Arshad juga ikut tersenyum. “Bolehlah. Kamu memang berhasil melakukannya.”

Keduanya terdiam sejenak sambil menikati secangkir chai yang masih hangat.

By the way, may I ask something?” tanya Arshad usai sedikit meneguk secangkir chai miliknya.

“Boleh, tanyakan saja,” sahut Karina.

Well,” ucap Arshad seraya menarik napas dan mengembuskannya perlahan. “Do you have a boyfriend?” tanya Arshad ragu, ia takut kalau Karina akan marah padanya karena menanyakan hal pribadi yang cukup sensitif.

Alis Karina berkerut samar. “Boyfriend?

Arshad hanya menjawab dengan sekali anggukan pelan.

Of course …,” Karina tidak melanjutkan ucapannya beberapa saat karena meneguk secangkir chai yang terasa nikmat dilidahnya. Ia melirik ekspresi Arshad yang begitu penasaran dengan jawabannya. Ia sengaja menggantungkan ucapannya untuk melihat ekspresi Arshad. Karina pun meletakkan secangkir chai di atas meja. Ia tersenyum dan melanjutkan ucapannya. “Of course I don’t have,” jawab Karina sekenanya.

‘Alhamdulillah, syukurlah,’ ucap Arshad dalam hati. Tanpa sadar Arshad tersenyum lega mendengar jawaban Karina.

“Kenapa kamu tanya hal itu padaku?”

“Tidak ada. Cuma untuk memastikan saja,” jawab Arshad cepat.

“Memastikan untuk apa?” tanya Karina curiga.

“Hanya sekadar ingin tahu. Aku cuma tidak bisa membayangkan kalau nantinya kekasihmu akan menyusul kamu kemari,” sahut Arshad mencari alasan.

“Seandainya aku memang punya kekasih dan dia datang menyusulku kemari, bagaimana?”

Arshad mendesah pelan. “Aku akan mengatakan sesuatu hal padanya.”

Kya hai (Apa itu)?” tanya Karina lagi dengan nada penasaran.

Arshad menggelengkan kepalanya. Ia lalu tersenyum lebar.

Batao na (beritahukanlah),” ucap Karina mencoba memohon pada Arshad karena ia memang tidak suka dengan hal yang membuatnya penasaran meski itu hanya hal kecil.

“Baiklah,” ucap Arshad diringi senyum yakin. “Aku akan katakan padanya bahwa dia adalah lelaki yang beruntung karena bisa memiliki kamu sebagai kekasihnya,” lanjut Arshad seraya menatap ke arah Karina, tak ketinggalan juga dengan senyumannya.

Begitu pandangan keduanya bertemu, Karina langsung mengalihkan pandangannya dan ia berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu. ‘Karin, tenang saja. Semua wanita yang berada di posisimu pasti merasakan hal yang sama. Seorang pemuda tampan sedang tersenyum manisnya tepat dihadapanmu, bagaimana bisa dirimu tidak merasa tersipu malu, Karin?’ ucap Karina dalam hati, ia berusaha untuk mengendalikan pikirannya.

“Oh ya, kenapa kamu tidak punya kekasih?” tanya Arshad mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin suasana menjadi terasa canggung. "Maksudku, tidak mungkin tidak ada satu pun pria yang tidak menyukaimu, bukan?

“Karena aku hanya tidak ingin menghabiskan waktuku untuk dia yang belum pasti akan menjadi teman pendamping hidupku. Dan jika aku memberikan segenap cintaku untuk dia yang disebut kekasih, lalu apa yang bisa aku berikan untuk dia yang akan menjadi imamku kelak? Itu tidak adil bukan?” jelas Karina penuh kesungguhan. "Sederhana saja, karena dia yang disebut kekasih, belum tentu akan menjadi pasangan hidupku."

Penjelasan Karina membuat hati Arshad bergetar. ‘Subhanallah. Belum pernah kutemukan wanita yang memiliki pikiran jernih seperti Karina. Maha suci Allah yang telah menciptakan wanita seperti Karina. Dia tidak hanya memiliki keindahan fisik, tetapi juga keindahan hati yang luar biasa mengagumkan. Cara berpikirnya juga begitu dewasa dan matang,’ ucap Arshad dalam hati.

Arshad tersenyum dengan manisnya seraya memandang ke arah Karina. “Kamu tahu, jujur aku semakin kagum denganmu.”

What do you talking about? Sorry, I can’t hear you,” ucap Karina bertanya balik karena ia tidak mendengar jelas ucapan Arshad yang sepertinya sedang berbicara dalam bahasa Hindi.

Kuch nahin,” jawab Arshad cepat, masih dengan senyuman yang belum bisa terlepas dari wajahnya.

By the way, aku belum tahu apakah kamu sudah punya kekasih atau belum?” tanya Karina dengan nada selidik.

Arshad tertawa. “Seandainya aku bilang tidak punya kekasih, apa kamu percaya dengan ucapanku?” sahut Arshad bertanya balik pada Karina.

May be yes, may be no. Aku pikir tidak mungkin pria yang mapan dan sekeren kamu ini tidak punya kekasih.”

“Kamu bilang aku keren, itu saja?” tanya Arshad dengan alis sedikit terangkat.

Ya, that’s all.”

Arshad mendesah berat. 'Aku pikir kamu akan mengatakan kalau aku ini pria mapan, keren, baik, humoris dan tentunya sangat tampan,’ keluh Arshad dalam hatinya.

“Kenapa kamu diam saja?” suara Karina membuyarkan pikiran Arshad.

Arshad berdeham cukup keras. Ia biasa melakukannya untuk menghilangkan kegugupannya. “Nothing. Actually, I don’t have a girlfriend, but….” Arshad menghentikan ucapannya. Sepertinya ia ingin menceritakan sesuatu yang lebih serius.

Arshad menoleh ke arah jalan raya dengan mata menerawang. Sepertinya ia sedang mengingat sebuah kisah yang tidak ingin diceritakannya pada Karina.

"Aku pernah bertunangan, hanya saja sekarang sudah berakhir."

Sesaat hanya ada keheningan yang menemani keduanya.

Karina merasa ada sesuatu yang tidak bisa diceritakan oleh Arshad padanya. Ia pun segera mengalihkan pembicaraan. “Forget it. Koi baat nahin (Tidak masalah). Setiap orang pasti punya kenangan di masa lalu dan tidak semua dari bagian masa lalu itu perlu diingat kembali,” ucap Karina berusaha menenangkan.

Arshad mengalihkan pandangannya ke arah Karina, lalu mencoba tersenyum dengan ramah. “Baiklah, sekarang sudah sore. Kita pulang atau mau melanjutkan wisatanya lagi?”

Karina melirik arloji di tangan kirinya. “Kita pulang saja, ya. Besok bukankah kita masih punya rencana untuk pergi pagi-pagi sekali. Lagipula, Maya juga sudah cukup lama sendirian berada di penginapan.”

Arshad pun berdiri dan berkata, “Tentu saja. Kamu adalah tamu istimewaku, jadi apapun yang kamu katakan akan menjadi perintah bagiku,” ucap Arshad seraya menundukkan kepala dan meletakkan tangan kanannya di dada, seperti layaknya perlakuan seorang asisten kepada atasannya.

Karina pun berdiri dan hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Arshad yang menurutnya berlebihan. Arshad hanya tersenyum lebar tanpa memperlihatkan giginya seraya memandang Karina. Begitu juga dengan Karina yang ikut tersenyum. Keduanya pun saling melempar senyum.

“Arshad ….”

Arshad sedikit terkejut mendengar tiba-tiba Karina memanggil namanya.

Bohat sukriya (Terima kasih banyak),” ucap Karina dengan nada pelan, lalu ia pun tersenyum.

Alis Arshad berkerut samar. “Kis liye (Untuk apa)?”

Sab kuch (Untuk semuanya), khususnya untuk hari ini. Aku sungguh bahagia.

Arshad tersenyum mendengar ucapan tulus dari Karina. “Aku juga sangat bahagia bisa melakukannya untukmu. Jadi, aku juga berterima kasih padamu.”

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...