saat Ratna membuka matanya, ia terkejut karena Anta tidur di sebelahnya. bahkan wajah Anta hanya berjarak beberapa centi dari wajar Ratna. dengan cepat Ratna langsung menodorong Anta pelan-pelan sampai di pinggir kasur. lalu Ratna biarkan, siapa tau Anta jatuh dari posisinya. sementara itu Fera berada di luar sambil memegang handuk serta pakaian sekolah milik Ratna.
"anda tidak mau mandi di----" Fera belum masuk, tapi ia sudah melihat Anta yang masih tidur di ranjang Ratna.
"siapkan airnya, 5 menit harus selesai. aku mau mandi dekat ruang tengah" ucap Ratna pelan karena masih mengantuk. ia pun mengambil baju dan handuk yang Fera berikan. wanita berambut putih itu langsung melakukan pekerjaan yang Ratna minta.
sambil menungu, Ratna duduk di ruang tengah sambil menonton bermain dengan posnel pintarnya. ia tak sengaja memencet sosial media berbagi foto. photographer kemarin sepertinya mengupload salah satu hasil foto kemarin.
-LOADING PICTURE-
afuka_19 aduh...liat matanya. cantik kali. emang best dah. wkwk
hobina_hobinahobi nice one !
ran_ia kak folbek
lalachan gak berubah ya, nambah tua nambah cantik <3
bramno calon istri masa depan neh @kujo071
herada45ta rambutnya agak berantakan tuh.. tapi tetep aja cantik. iri deh @ratna_ls
lihat semua 110 komentar
#tambahkan komentar...
selalu. komentar positif. selalu ada di setiap foto. senyum kecil tersungging di pipinya. sedikit kepuasan membalut pikirannya di pagi hari.
"nona airnya sudah siap" Fera keluar dari kamar mandi. Ratna sendiri tak banyak bicara. ia langsung pergi ke kamar mandi sambil melepas pakaiannya dan dibiarkan berceceran di lantai, karena Fera yang akan memungutnya nanti.
"aw.." ucap seseorang dari lantai 2. dia adalah Anta. ia tengah memegang pipi dan dan lengannya secara bergantian. Fera hanya menatap Anta tanpa memberikan pertanyaan.
"nanya kek" gerutu Anta.
"gak, udah tau" sahut Fera.
"aduh... gak ada air dingin apa ?"
"buat sendiri"
"ayolah Fer, males tau" ucap Anta sambil menuruni tangga.
"enggak" Fera pergi ke tempat laundry di belakang rumah.
"huh..Ratna terus di utamain" bisik Anta, merasa iri.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ratna sedikit menerawang ketika ia menatap celah gedung-gedung sekolah yang menjulang tinggi. matahari belum sepenuhnya terbit, tapi ia merasa silau saat melihatnya langsung. hari ini Ratna datang begitu pagi, karena tak ingin berlama-lama dengan Anta lagi.
kini ia berjalan perlahan-lahan ke gedung kelasnya. tetapi di tengah perjalanan ia berhenti karena merasa ngeri dengan suasana sekolah yang masih terlalu pagi. ia memutuskan untuk mengitari halaman belakang, sesekali mengcek apa sudah ada orang yang memarkir sepedanya di sana.
butuh waktu untuk mengitari 1 gedung tersebut, ia pun sampai di tempat orang-orang biasa memarkir sepedanya. Ratna tak melihat ada sepeda ataupun orang disana.
"ini sia-sia saja" -Ratna
udara dingin membalut tubuhnya yang hanya tertutupi kemeja dan rok selutut. Ratna pikir jika ia sedang berada di udara bebas, makanya terasa seperti ini. tapi pemikirannya salah. udara yang tiba-tiba berubah jadi hangat menjadi dingin ia tak terlalu curigai. Ratna ingin beranjak dari tempat parkir sepeda, tetapi ia tak bisa. seseorang seperti menahanya untuk berdiri lama disana.
kepala Ratna tiba-tiba sakit. ia bersimpuh sambil menunduk dalam-dalam. ada sesuatu yang ia lupakan di hidupnya, sesuatu yang penting yang mengubah hidupnya, sesuatu dimana Anta dan Fera tidak berada di sisinya. Ratna ingin menangis, tetapi ia tak mengerti mengapa. dadanya begitu sesak. tangannya dan badannya bergetar hebat. hal ini terasa sakit dan juga aneh.
"sebenarnya apa yang aku alami selama ini " -Ratna
di tempat lain. seseorang sedang memperhatikannya, ia mengintip dari celah tembok. pria itu memegang kuat-kuat tali tas yang ia kenakan. wajahnya memerah, bukan karena malu. tetapi ada sesuatu yang ia sembunyikan, sesuatu yang pria ini terus tahan-tahan. pria ini ingin melampiaskannya pada Ratna. pria ini sudah pernah bersumpah, disaat ia bertemu dengan Ratna tanpa pengawasan ia akan menghabisinya. pria itu kini berlalu, pergi dan membiarkan Ratna masih terisak di tempat yang sama.
setelah pria itu menghilang, Anta keluar dari persembunyiaannya, ia memperhatikan Ratna sedari tadi. tapi sebagi seorang profesional, keberadaanya tidak boleh diketahui banyak orang.
Anta mengulurkan sapu tangan putih pada Ratna. ia pun ikut berjongkok. "jangan. menangis." Anta menekan 2 kata tersebut, ia mengeluarkan nada suaranya yang tegas.
Ratna masih terisak, ia memegang jas milik Anta kuat-kuat. Ratna belum puas untuk menangis, sampai Anta harus menyodorkan botol minum kecil pada Ratna.
gadis itu menerimanya, ia terbatuk-batuk sampai air membasahi wajahnya. Anta mengelap wajah Ratna agak pelan. kemudian Ratna perlahan berhenti menangis.
"kau bangun pagi hanya untuk mempersiapkan diri. sekarang, kau datang pagi-pagi untuk menghancurkan diri mu sendiri. bagus.... dasar cewek" Anta mendengus. ia sesekali menepuk punggung Ratna.
"hiks.. be..-hiks....risik -hiks" Ratna sedikit sesengukan.
"cuci mukak mu, sebelum ada orang yang lain melihat" Anta berbohong, Anta mengubah posisinya dengan berjongkok membelakangi Ratna. "mau ku gendong ?" tanya Anta. Ratna mengangguk untuk mengiyakan. badan gadis itu diangakat, Anta pun membawa gadis itu pergi ke kamar mandi dekat kelas Ratna. dengan cara menaiki pepohonan dan melompat-lompat seperti ninja.
srakk---srakkkk
Shinta mengeluarkan kepalanya dari tembok penghalang antara halaman belakang dengan tempat parkir sepeda. Ia menggaruk kepalanya beberapa kali. ia yakin jika baru saja mendengar sesuatu, Shinta menempelkan jari telunjuknya di bibir.
"mungkin aku salah dengar, tapi... tadi aku denger orang nangis deh" -Shinta
Shinta menggeleng, mencoba berpikir positif.
"itu cuma halusinasi mu doang Shin. cuma halu-si-na-si" -Shinta
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ratna berjalan dengan poni yang tak terlalu di tata rapi. ia menunduk, matanya sedikit sembab, tapi dengan cara tadi. seseorang mungkin tak terlau memperhatikannya.
"kau kenapa ?" Shinta yang duduk di sebelah Ratna memiringkan kepalanya.
"gak ada" jawab Ratna.
"nangis ya ?"
"ya..." jawab Ratna singkat. kemudian ia mengeluarkan buku-buku pelajarannya.
Shinta hanya membulatkan bibirnya. tak ada kata yang keluar dari mulutnya. ia tak bermaksud untuk mengganggu Ratna. Ayah Shinta pernah memberitau anaknya, untuk tidak mengganggu seorang wanita ketika sedang bersedih. tapi Shinta tak pernah merasa sedih sampai menangis seperti Ratna.
"coba kau tersenyum... pasti--" ucap Sinta sambil menjeda kata-katanya.
cantik ? -Ratna
"pasti terlihat lebih baik. jangan nangis lagi ya ?" Shinta tersenyum, ia mencoba mencairkan suasana itu.
Ratna tersenyum, tetapi ia kembali murung. ia memasukan tangan kanannya ke dalam bangku, kemudian mengepalkannya.
"gadis ini tak terlalu buruk juga" -Ratna
tak ada interaksi yang begitu penting diantara pembicaraan Shinta dan Ratna. sampai interaksi mereka di ganggu oleh ketua kelas karena Shinta harus pergi ke ruang guru karena di panggil.
"permisi, Ratna Lesmana ada ?" panggil seorang pria bersetelan jas sekolah dengan rambut di sisir rapi. dia adalah Hardian versi rapi.
"aku kak" Ratna mengangkat tangannya.
"kesini sebentar" panggil Hardian.
"sorry , aku agak lama. kenalin.. aku Hardian . aku mau kasi tau tentang perayaan ulang tahun sekolah. aku sendiri adalah panitia, tapi aku mengundurkan diri karena pas ulang tahun sekolah, aku harus ngurus pertandingan voli antar SMA sekota Mina, jadi........" Hardian menjelaskan secara detail mengenai topik utamannya. "ya gitu deh Rat, banyak orang yang saranin kamu jadi panitianya. gimana ? kamu mau gak ?"
sepersekian detik Ratna terdiam, sedari tadi ia tak fokus dengan ucapan Hardian, ia malah terpesona dengan jakun milik Hardian yang tak terlalu tajam seperti milik Anta. matanya sayu yang jarang ia temui.
"Ratna ?. kalau misalnya kamu gak mau, kamu bisa jadi bin--" ucap Hardian yang niatnya untuk menyadarkan Ratna, malah di potong cepat oleh gadis itu.
"maaf !, tapi aku gak bisa buat jadi panitia" jawab Ratna dengan wajah malu-malu. "ta-tapi kalau jadi bintang sekalian ngepublish ulang tahun sekolah. ka-kak gak perlu bayar aku. aku ikhlas kok" Ratna memainkan rambutnya.
Hardian tersenyum, ia menyerahkan 1/4 kertas yang dipeganggnya pada Ratna. "berarti kalau nge-MC gak bakalan nolak kan ?" tanya Hardian.
"enggak kok kak" ucap Ratna yang masih terpesona dengan Hardian.
"terima kasih, kalau gitu. boleh aku minta ID sosmed mu ? biar bisa aku masukin ke grup"
Ratna menyebutkan IDnya yang langsung di catat oleh Hardian.
"oke udah dulu ya. aku mau ke kelas. makasi udah mau bantu" UcapHardian sembari memberi salam kemudian pergi.
"ada juga yang bisa ngalahin Anta. coba aja.. Anta sopan kayak gitu" -batin Ratna
DDRRTTT
1 pesan masuk dari no ponsel milik Anta. Ratna menaikan salah satu alisnya. sepertinya Anta dapat membaca isi pikirannya.
Anta : [ terus aja kayak gitu ]
Ratna menepuk keningnya. lupa akan posisi Anta yang pastinya akan mengawasinya saat ini. Ratna hanya tersenyum kikuk menanggapinya.
Ratna : [ kenapa sih ?]