*Kediaman keluarga Lesmana*
Ratna duduk di sofa bulat di pojok ruangan sambil membaca novel tebalnya.
CEKREK CEKREK
di sisi lain seseorang sedang memotretnya. Ratna mengganti posenya beberapa kali. cahaya dari sisi kiri dan kanan menyinari lekukan tubuhnya yang indah.
"oke kita istirahat dulu" pinta photographer di depannya.
alhasil Ratna menghembuskan nafas panjang, badannya sudah pegal-pegal akibat sesi foto-foto tiada akhir ini. tapi ia tak mengeluh, asalkan publik melihatnya sebagi gadis cantik yang kaya kemudian di segani. gadis ini selalu menaikan tinggi-tinggi dagunya saat sesi foto. menunjukan sikap angkuh dan berkuasa yang ia terima berkat bantuan kedua orang tuanya.
dari kejauhan, ada seorang pria mengawasinya. ia sesekali membenarkan kerah bajunya karena terlalu ketat.ia di dampingi wanita berambut pendek dengan warna rambut yang sudah sepenuhnya putih.
"lama sekali.. cih !" pria itu hampir mengacak-ngacak rambutnya, tapi tanganya di pegang oleh gadis paruh baya di sampingnya.
"jangan melukai perasaan Ratna" kata wanita tersebut.
"huh.. diam kau !. kau dan aku hanya alat. jadi jangan peduli pada gadis itu !"
wanita itu menggeleng. "aku tipe setia"
"dan aku pemberontak. puas ?!"
"aku sudah tau"
Pria itu malah menggeram. ia hendak menendang wanita di sampingnya, tetapi sebuah pisau sudah berada di titik tujuannya.
"jangan gegabah Aaron"
"namaku Anta !" Pria itu mengganti gerakannya dengan target kepala wanita tersebut. namun gagal. karena wanita itu lebih cepat.
"jangan gegabah Aaron. sayangi baju mu. aku susah-susah memilihkan kainnya"
"ANTA, FERA !" teriak Ratna, saat mendapati 2 pengawalnya saling berkelahi.
"Anta jangan main-main. sekarang giliran mu !"
"Fera, ambilkan minuman ku. CEPAT"
"cih.. dasar-" Anta langsung pergi dengan wajah kesal. begitu pula dengan Fera. wanita itu hanya memasang wajah datar sambil mengikuti perintah.
sebenarnya hanya Ratna yang bekerja sebagai model. tetapi ketika tim produksi melihat wajah Anta, mereka juga ikut merekrut Anta.
lalu, mengenai Ratna sebagai gadis paling cantik no.2 di kota. gadis pertamanya adalah Fera. wajah Fera bisa berubah tergantung keinginannya. karena saat survei, Ratna pergi bersama Fera dengan tubuhnya yang masih muda, Fera lah yang dimasukan ke dalam gadis paling cantik di kota. Ratna memanfaatkan kesempatan itu untuk terus berjalan di samping kamera. menurut Ratna. dimana ada kamera disana ada Fera. begitu juga dengan sekarang. tapi mood Fera sedang tidak baik akhir-akhir ini, di tambah kepalanya pusing melihat kamera. jadi ia memilih menjadi tua untuk sementara waktu.
mengenai kata 'alat' yang Anta ucapkan tadi. sebenarnya mereka hanya orang bayaran yang disewa oleh Ratna. Anta dengan sikap egois dan mudah marah. Fera yang punya sifat tenang dan mengikuti arus, bahkan Fera mengaku setia mendampingi Ratna, hanya karena Ratna mirip dengan anaknya.
Ratna sendiri adalah gadis yang bisa bertindak sendiri. bahkan ia menyuruh Anta dan Fera untuk mempengaruhi kedua orang tua Ratna agar pergi dari sisinya. hanya karena Ratna tak ingin diatur oleh mereka. Ratna sendiri sangat membenci orang tua. karena ia pikir mengurus mereka sangat merepotkan. kini, kedua orang tua Ratna berada di pulau yang cukup jauh dari pulau yang ia tinggali. Ratna hanya memberikan fasilitas yang orang tuanya. tentu saja, agar ia selalu terlihat seperti anak baik.
setelah sesi Foto usai dan semua orang sudah pergi. Ratna, Fera dan Anta masih berada di ruang tamu. Ratna memasang wajah tidak puas, tatapan matanya yang tajam menatap pintu keluar. Fera duduk dibawah sambil memegang teko teh. Anta yang sudah berganti pakaian tengah tertidur di sofa panjang di depan Ratna.
"aku tidak puas" ucap Ratna.
"ada apa nona ?" tanya Fera.
"aku merasa ada yang kurang, tetapi aku tidak tau itu."
"kau kurang tidur. udah kan ?" celetuk Anta, sambil menutupi wajah bagian atasnya dengan bantal.
"tidak.. bukan itu. sepertinya aku butuh kepercayaan"
"aku percaya padamu nona"
"aku tidak pedu...lii" ucap Anta.
"jangan berkata begitu Anta." kata Fera
"mulut-mulut ku."
"hei bantu aku ! kalian ini !" Ratna menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal.
"sepertinya bukan kepercayaan. tetapi mungkin itu cinta" Fera memberi saran.
"cinta ?"
"iya, seperti cintaku kapada Anta"
"JIJIK !" Anta berbalik, memunggu kedua wanita tersebut. alhasil, ia mendapat lemparan sepatu gratis dari Ratna.
"serius gak !" bentak Ratna.
"gak !"
"kau harus menyukai seorang anak laki-laki. baru bisa menemukan cinta" ucap Fera lagi.
"tapi siapa ?" tanya Ratna.
"apa nona pernah merasa suka pada anak laki-laki ?" tanya Fera.
"ti...dak sih"
"kalau begitu cari orang yang seperti itu"
"tapi orang seperti apa ?" tanya Ratna.
"orang seperti ku. yang kuat, tampan dan berani" tiba-tiba Anta langsung merubah posisinya, dari tidur ke duduk elegant.
"cuman... bodo" ucap Ratna datar.
"aku saja Ratna. bakan publik juga setuju jika aku sama kamu" Anta menyibak rambutnya ke belakang. menampilkan pesonanya. bagi gadis-gadis yang tak kuat, mereka pasti sudah berteriak saat ini. tapi di posisi Fera atau Ratna. itu adalah hal yang wajar di mata mereka. bahkan lebih ke membosankan.
"kau tadi bilang, jika kita hanya al-" Anta bergegas menutup mulut Fera.
"al--- apaan ?"
"altu, dua tiga" sahut Anta garing.
"ih... bocah" sindir Ratna. Fera hanya menatap Anta dengan mata besarnya. Anta dengan cepat menyentuh teko milik Fera. ia mengirim kekuatan panas ke teko tersebut. sampai-sampai Fera harus meletakan tekonya. karena rasanya seperti memegang penggorengan saat memasak sesuatu dengan api paling panas.
"oh ya Fer !. teh mu habis kan ?!. sana ambilin ! nanti Ratna marah loh, dibuang ntar kau"
"seperti biasa, kau emang bodo ya Anta" cibir Fera. mundur beberapa langkah, saat meja kaca tempat ia meletakan tekonya ikut meleleh.
"Anta. Ganti. me-ja-nya. Sekarang." ucap Ratna sambil memeberikan penekanan di setiap katanya.
"ogah" Anta langsung pergi. hendak naik ke lantai 2 untuk berdiam diri di kamarnya.
namun belum setengah perjalanan di tangga. Anta langsung berlutut di salah satu anak tangga sambil memegang lehernya. Anta tak dapat bernafas, dadanya sesak. pelakunya adalah Fera. dia memiliki kekuatan angin yang bebas ia kendalikan. wajah Anta hampir membiru, sehingga Fera memutuskan untuk melepaskan kekuatannya dari Anta.
"jangan bersikap acuh di depan nona" ucap Fera sambil mendekat Anta yang kini tergeletak di anak tangga paling bawah.
sementara Fera dan Anta belum selesai ribut. Ratna memikirkan perkataan Fera tadi.
"kalau aku suka pada anak laki-laki.. apa yang bisa ku dapat ?. apa aku akan dapat ke populeran ? mungkin aku bisa dapat pelayan yang setia seperti Fera. tapi... apa sih maksud Fera. aku gak ngerti. kok rasanya kayak ada yang aneh ya ?.... rasa apa ini ?" -Ratna