Loading...
Logo TinLit
Read Story - Regrets
MENU
About Us  

“Kak Vina?” Terdengar suara sayup – sayup seseorang memanggil nama Vina sambil sesekali menggoyangkan bahu milik Vina. Vina yang tengah tertidur pulas pun dengan terpaksa membuka matanya dan terlihat Rina adik kelasnya tengah berdiri di depan mejanya,

“Kenapa?” Jawab Vina setelah berhasil membuka matanya dan menatap Rina di depannya dengan kondisi setengah sadar.

“Kakak dipanggil Kak Angga disuruh ke ruang OSIS.” Ujar Rina dan dibalas anggukan oleh Vina dan tentu saja dengan kondisi masih setengah sadar.

“Aku permisi dulu ya kak!” Setelah itu Rina pun meninggalkan Vina yang masih sibuk mengumpulkan nyawanya yang hilang.

Setelah nyawanya berhasil terkumpul, tangan Vina pun meraih ponsel yang ada di mejanya dan mengecek beberapa notifikasi yang masuk. Setelah melihat chatroom LINE nya benar ternyata Angga memang menyuruhnya ke ruang OSIS, bahkan Angga sempat meneleponnya.

“Lagi ngapain sih pake ke ruang OSIS segala? Di kelas kan bisa.” Gerutu Vina. Walaupun pada akhirnya Vina tetap bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke ruang OSIS.

Sesampainya di ruang OSIS, terlihat hanya ada sepasang sepatu di depan ruangan tersebut. Vina yakin bahwa sepatu tersebut ialah milik Angga. Setelah mengetuk pintu, terlihat Angga tengah duduk sambil membuka – buka proposal yang baru ia buat kemarin. Tanpa basa – basi Vina pun langsung menghampiri Angga.

“Ini proposalnya lo benerrin, ada yang salah beberapa. Udah gue koreksi, kalo bisa hari ini biar cepet selesai.” Ujar Angga sebelum Vina menanyakan kenapa Angga memanggil dirinya. Angga menyerahkan proposal tersebut kepada Vina, dan Vina hanya terdiam menerimanya. Setelah itu Angga meninggalkan Vina yang masih diam mematung di tempatnya.

“Ah gue timpuk juga lo!” Gerutu Vina sambil menggulung proposal tersebut dan hendak melemparnya ke arah Angga saat Angga sudah menutup pintu ruang OSIS. Kemudian Vina hanya bisa menghela napas, bersabar dengan Angga yang memang hobi menyuruhnya seenak jidatnya dan tak lupa selalu meninggalkannya setelah menyuruhnya seenaknya.

Sebenarnya jabatan Vina hanyalah wakil ketua bukan sekretaris. Sekretaris merupakan jabatan Dila, namun karena Dila sedang sakit tipes mau tidak mau dirinya harus mengemban jabatan ganda. Apalagi ada kegiatan yang akan direncanakan dalam waktu dekat – dekat ini. Parahnya Angga menyerahkan jabatan sementara itu kepada Vina, dengan beralaskan dirinya bisa dipercaya.

Vina pun menatap proposal yang sudah dicoret – coret tersebut dengan tatapan malas. Untuk memperbaiki moodnya, akhirnya Vina memutuskan untuk pergi ke kantin. Kali ini cuma makan yang bisa memperbaiki moodnya, hitung – hitung asupan gizi karena dirinya belum sarapan dari pagi.

“VINAAA!” Teriak seseorang yang melebihi suara speaker pengumuman sekolah, membuat Vina yang baru saja ingin mengunci pintu ruangan OSIS langsung menoleh. Terlihat Tiara sahabatnya berlari menghampiri Vina.

“Nggak usah teriak – teriak bikin malu.” Ujar Vina yang kemudian melangkahkan kakinya menuju kantin setelah selesai mengunci ruangan OSIS. Tiara pun kemudian ikut melangkah di belakang Vina.

“Kenapa deh muka lo kusut gitu? Angga lagi?” Tanya Tiara dan langsung dibalas anggukan oleh Vina. Tiara sendiri pun sudah hafal apa yang membuat Vina selalu bete di sekolah, siapa lagi tersangkanya kalo bukan Angga?

“Angga nyuruh gue benerrin proposal,padahal gue lagi tidur cantik di kelas.” Ujar Vina dan kemudian menghela napas.

“Masalahnya itu kan bisa aja ngasih taunya di kelas, nggak usah jauh – jauh ke ruang OSIS. Kan nyebelin!” Sambung Vina dengan sedikit menggerutu. Sementara Tiara cuma ketawa denger gerutuan Vina.

“Lagian siapa suruh kemaren maju jadi wakil ketua bareng Angga?” Tanya Tiara yang membuat Vina mengingat kejadian beberapa waktu lalu sebelum pemilihan ketua osis.

Vina waktu itu memang termasuk salah satu anggota OSIS, dan hanya dirilah yang tidak terlalu tertarik dengan pencalonan ketua dan wakil ketua waktu itu. Padahal /banyak teman – temannya yang berambisi untuk mengambil jabatan tersebut dan banyak pula teman – temannya yang menyuruh Vina untuk maju jadi ketua atau wakil ketua. Namun Vina menolaknya dengan alasan, sudah nyaman jadi bawahan.

Sampai suatu keanehan terjadi, saat Vina lagi asik – asiknya nyalin PR Bahasa Inggris milik Tiara, tiba – tiba Riko bersama sohib nya Angga datang menghampiri dirinya. Saat itu malah Riko yang mengajak dirinya untuk menjadi wakil ketua OSIS, padahal yang mau maju saat itu Angga. Dirinya pun langsung terdiam seribu bahasa, saat mendengar ajakan Riko.

Yang mau maju jadi ketua sebenernya siapa?

Walaupun pada akhirnya Angga pun juga ngomong sendiri kalo emang dia yang mau maju jadi ketua OSIS dan ngajak Vina buat jadi wakilnya, Vina tetep nggak habis pikir. Lagian kenapa Angga nggak milih calon wakil yang lain aja? Awalnya Vina menolak mentah – mentah, namun pada akhirnya setelah kena 1001 bujuk rayu Rico, Vina pun mengiyakan ajakan Angga untuk menjadi wakilnya.

Sebenarnya Vina sendiri ragu apakah Angga bisa menang di pemilihan ketua OSIS kali ini. Apalagi setelah melihat lawannya Junaedi anak kelas sebelah yang jelas – jelas berbanding 180 derajat dengan Angga. Dimana Angga yang sifatnya dingin banget ngalahhin es balok Mang Asep di kantin dan Junaedi yang bener – bener ramah dan easy going ke semua orang. Ternyata keraguan Vina pun langsung dipatahkan saat melihat hasil penghitungan suara. Dimana Angga lebih unggul beberapa persen dibanding Junaedi. Saat itu Vina tidak lagi meragukan eksistensi Angga di sekolah ini.

Saat Vina bertanya kepada Riko, kenapa dirinya yang dipilih menjadi wakil bersama Angga. Riko hanya menjawab, “Cuma lo doang soalnya yang bisa ngadeppin dinginnya Angga.”. Saat itu rasanya Vina mau mukul kepala Riko pake buku Biologinya yang tebelnya melebihi kamus. Padahal Vina sendiri sering menjadi korban kedinginan Angga waktu di OSIS sebelumnya.

Padahal menurut Vina, Riko lah yang lebih bisa menghadapi Angga yang begitu. Buktinya mereka berdua masih temen deket, melebihi kayak orang pacaran. Orang kemana – mana berdua mulu, kalo disitu ada Angga pasti disitu ada Riko dan begitu pula sebaliknya, Vina pun cuma bisa terbengong saat kemudian Riko bilang kalo Angga cuma mau dirinya yang jadi wakil ketua saat dirinya berkata kenapa tidak Riko saja yang jadi wakil ketua.

“Bodo amat gue kesel! Gue doain itu orang tiba – tiba keselek pas lagi makan atau nggak kepleset!” Ujar Vina dan kemudian Tiara mendadak terdiam dan menyenggol lengan Vina.

“Apa sih?” Ucap Vina yang memang mendadak sensi sambil menoleh ke arah Tiara, Tiara pun mengarahkan matanya agar Vina melihat ke depan. Vina yang melihat ke depan langsung terkejut saat melihat Angga kini berada di depannya sambil memegang sebotol air mineral dan sebungkus roti.

“Eh Angga.” Ucap Vina sambil senyum cengengesan dan Angga hanya memasang ekspresi muka datar.

“Proposalnya lo benerrin hari ini ya biar cepet selesai.” Ujar Angga langsung to the point, dan membuat Vina langsung melongo di tempat.

“Tapi gue hari ini nggak bawa laptop, paling di rumah gue baru bisa benerrin. Besok langsung gue bawa kok!” Ucap Vina hati – hati takut makhluk di depannya mendadak ngamuk dan berubah jadi monster. Soalnya Angga itu tipikal yang nggak bisa dibantah, lebih tepatnya keras kepala. Angga yang mendengar alasan Vina hanya terdiam dan kemudian meninggalkan Vina dan Tiara begitu saja.

“Datang tanpa dijemput, pulang tanpa diantar. Angga oh Angga!” Gumam Tiara.

“Bodo amat! Kenapa gue bisa jadi wakilnya Angga sih?!”

***

Vina perlahan membuka matanya dan kemudian mengangkat kepalanya yang menempel manis di meja. Matanya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Sepi, hanya satu kata yang bisa mendeskripsikan suasana ruangan ini sekarang. Vina baru sadar kalau dirinya disuruh membenarkan proposal pada hari ini juga.

Kemudian Vina membenarkan posisi duduknya, dan tiba – tiba sebuah jaket bewarna hitam yang ada di pundaknya pun merosot ke bawah. Vina pun memungut jaket itu dan menatapnya dengan heran.

“Loh bukannya ini jaketnya Angga?” Gumam Vina.

Vina mengalihkan pandangannya ke arah meja di depannya. Terlihat meja tersebut sudah kosong, hanya tinggal sebuah proposal. Vina pun mengecek isi proposal tersebut dan ternyata sudah diperbaiki semua di bagian yang dicoret – coret sama Angga sebelumnya.

“Ini siapa yang ngerjain?” Tanya Vina pada dirinya sendiri, dan tak lama kemudian Angga muncul dari depan pintu.

“Itu udah gue benerrin semuanya pas lo tidur, nggak enak bangunin lo tadi.” Ujar Angga dan Vina kemudian mengangguk – angguk.

“Thanks Ga!” Ujar Vina yang kemudian menghembuskan napas lega.

Setidaknya tidurnya kali ini membawa berkah. Jadi dirinya tidak perlu repot – repot merevisi proposal tersebut. Vina pun berharap sering – sering aja Angga bersikap seperti ini, setidaknya dirinya tidak perlu untuk sering naik darah karena sikap Angga. Vina pun juga berterimakasih kepada siapapun yang membuat Angga kesambet, entah itu jin atau makhluk halus lainnya yang ada di sekolah ini.

“Lo mau nginep disini?” Ujar Angga yang terlihat mengambil tasnya. Kemudian Vina mengecek jam tangan yang menempel manis di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul lima sore. Sontak dirinya pun langsung bergegas membereskan tasnya.

“Berarti besok tinggal minta persetujuan kepsek kan? Oh iya ini jaket...” Ucapan Vina pun terhenti saat melihat Angga kini sudah menghilang dari pandangannya.

“Kebiasaan banget jadi orang!” Gerutu Vina dan kemudian langsung bergegas keluar dari ruang OSIS yang suasananya udah mulai kerasa horornya. Saat diluar pun terlihat sekolah sudah sangat sepi. Dengan terburu – buru Vina pun langsung keluar dari lingkungan sekolah tentu saja sambil membawa jaket milik Angga.

Di depan gerbang Vina sibuk mengirim pesan pada kakaknya untuk minta jemput. Barangkali dirinya bisa juga sekalian minta traktir makan dengan kakaknya. Namun pesan Vina tak kunjung dibalas, bahkan saat ditelepon jelas – jelas dimatiin. Vina curiga kalau kakaknya yang satu ini tengah sibuk main game.

“Mau bareng?” Tiba – tiba muncul sesosok makhluk, siapa lagi kalau bukan Angga? Angga berhenti tepat di depan Vina dengan motor ninjanya, Angga pun membuka kaca helm full face yang ia kenakan dan melihat ke arah Vina.

“Kok mendadak ganteng?” Batin Vina dan kemudian Vina langsung menggeleng.

“Nggak usah gue minta jemput sama Kak Dio aja.” Ujar Vina yang kemudian kembali mencoba menelpon kakaknya Kak Dio. Namun hasilnya nihil, telepon tersebut tetap tak diangkat dan parahnya dimatiin lagi.

“Mau bareng apa nungguin Kak Dio sampe subuh?” Ujar Angga dan Vina yang mulai kesel sama kakaknya itu akhirnya mengiyakan ajakan Angga. Daripada dirinya harus menunggu kakaknya yang menyebalkan itu, lagipula suasana sekolah udah mulai serem dan dirinya juga nggak berani nunggu sendirian.

“Oh iya ini jaket lo!” Ucap Vina sebelum naik ke motornya Angga dan menyerahkan jaket tersebut kepada Angga.

“Udah lo pake aja dulu, ntar masuk angin.” Ucap Angga dan Vina hanya mengangguk dan kemudian memakai itu jaket. Daripada dirinya harus membawa itu jaket, sebenarnya Vina ingin membuangnya. Namun dirinya masih sayang sama jaketnya, iya jaketnya bukan orangnya.

Vina pun langsung naik ke motornya Angga yang lumayan tinggi itu. Dirinya pun bersyukur setidaknya dirinya masih mengenakan celana panjang di balik roknya, jadi tidak masalah untuk mengangkat roknya. Lagipula kenapa coba Angga gaya – gayaan bawa motor ninja ke sekolah? Lagipula menurut Vina lebih enak juga pakai motor matic.

“Pegangan ya! Gue nggak mau tanggung jawab kalo lo jatuh.” Setelah Angga bilang seperti itu, Angga langsung ngegas motornya kenceng dan ngebuat Vina yang kaget refleks meluk Angga.

“ANGGA JANGAN NGEBUT BISA NGGAK SIH?” teriak Vina yang entah didenger apa nggak sama Angga dan pada akhirnya Vina cuma bisa menutup matanya saat diboncengin sama Angga. Tentu saja dengan pelukan yang kenceng banget pada Angga, Vina pun tidak peduli kalo Angga nggak bisa napas. Lagipula siapa suruh bawa motor kenceng banget? Tanpa Vina sadari ternyata Angga pun tersenyum dari balik helmnya.

Sesampainya di ruma, Vina langsung turun begitu saja dari motornya Angga. Dirinya pun tidak peduli kalau tiba – tiba Angga mendadak oleng dan terus jatuh dari motornya. Vina pun melepas jaket yang ia gunakan tadi dan menyerahkannya ke Angga.

“Thanks udah mau nanterrin, nih jaketnya gue balikkin.”

“Besok aja lo bawa. Oh iya bentar.” Tiba – tiba Angga mengeluarkan cokelat dari kantong celananya dan memberikannya kepada Vina. Vina pun menerima cokelat itu dan menatap Angga dengan sedikit bingung.

“Jangan kepedean itu gue dapet dari adek kelas tadi. Gue balik dulu!” Ujar Angga yang kemudian langsung menjalankan kembali motornya dan meninggalkan Vina yang masih terheran – heran.

“Makhluk aneh!” Gumam Vina dan Vina pun memandang cokelat yang ada di tangannya dan kemudian tersenyum. Lumayan lah cokelat gratis, rejeki emang nggak kemana.

“Dek lu pacaran sama Angga?” Entah darimana asalnya, tiba – tiba Kak Dio muncul tepat di belakang Vina. Vina yang terkejut langsung menjauh dari Kak Dio dan menatap tajam Kak Dio.

“Kenapa sih Kak? Kerjaannya ngagettin aja!” ujar Vina yang sebel sama Kak Dio yang muncul tiba – tiba kayak setan.

“Oh gitu dek sekarang? Minta jemput sama gue tapi ternyata malah dianter sama Angga.” Ucap Kak Dio dengan nada sedikit kecewa dan tak lupa dengan ekspresi wajah meledeknya. Kak Dio memang kenal dengan Angga, karena mereka berdua kebetulan pernah ada dalam klub yang sama waktu SMA.

“YA LO KAK! GUE SMS NGGAK DIBALES, TELEPON JUGA DIMATIIN! DARIPADA GUE LUMUTAN NUNGGUIN LO!” teriak Vina di depan Kak Dio dan rasanya Vina ingin menimpuk kakaknya sekarang juga. Sementara Kak Dio cuma senyum – senyum sendiri dan kemudian berlari ke dalam rumah.

“MA! VINA PACARAN SAMA ANGGA MA!” Teriak Kak Dio, dan Vina pun langsung ngejar kakaknya itu masuk ke dalam rumah.

“KAK DIO BOONG MA!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Meet You After Wound
253      213     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
The Puzzle
1135      668     4     
Fantasy
Banyak orang tahu tentang puzzle, sebuah mainan bongkar-pasang untuk melatih logika. Namun berbeda dengan puzzle yang dimiliki Grace, awalnya Grace hanya menganggap puzzle yang dimilikinya sama seperti puzzle yang dimiliki orang lain. Dia sering memainkan puzzle itu sejak kecil tapi setelah dia dewasa, puzzle itu mulai memunculkan teka-teki baginya. Grace heran saat ayahnya benar-benar menjaga pu...
Dream Space
651      398     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
Nadine
5526      1457     4     
Romance
Saat suara tak mampu lagi didengar. Saat kata yang terucap tak lagi bermakna. Dan saat semuanya sudah tak lagi sama. Akankah kisah kita tetap berjalan seperti yang selalu diharapkan? Tentang Fauzan yang pernah kehilangan. Tentang Nadin yang pernah terluka. Tentang Abi yang berusaha menggapai. dan Tentang Kara yang berada di antara mereka. Masih adakah namaku di dalam hatimu? atau Mas...
Confusing Letter
876      476     1     
Romance
Confusing Letter
Fix You
826      505     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
Love Dribble
10203      1933     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1759      841     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Distance
1723      681     4     
Romance
Kini hanya jarak yang memisahkan kita, tak ada lagi canda tawa setiap kali kita bertemu. Kini aku hanya pergi sendiri, ke tempat dimana kita di pertemukan lalu memulai kisah cinta kita. Aku menelusuri tempat, dimana kamu mulai mengatakan satu kalimat yang membuat aku menangis bahagia. Dan aku pun menelusuri tempat yang dimana kamu mengatakan, bahwa kamu akan pergi ke tempat yang jauh sehingga kit...
Hei cowok...I like you
753      484     1     
Romance
Hei cowok...i like you, kalimat itulah yang keluar dari mulut cewek berwajah pas-pasan kepada cowok berparas tampan yang wajahnya gak kalah cakep dengan cowok-cowok korea.