Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Noona
MENU
About Us  

“ADUDUDUH!” Freya menjerit dari tempat tidur, “ROYA SIALAN!” lalu mengutuk. Harusnya tadi dia tetap teguh dengan pendiriannya untuk tidur di sofa menonton Netflix melalui smart TV-nya ditemani paket cheeseburger McDonald’s. Tapi nyatanya, dia membiarkan dirinya diseret Roya ke studio senam.

Bayar seratus lima puluh ribu rupiah hanya untuk disiksa oleh instruktur senam poundfit?! Seratus lima puluh ribu bisa dapat dua loyang Pizza Domino! Bukannya malah rasa sakit di sekujur tubuh! Dan yang paling parah adalah, “KEMBALIKAN HARI MINGGUKU!” lolong Freya seperti seekor serigala yang kesepian. Hari Minggu hanya kan datang empat kali sebulan! Hari Minggu itu begitu berharga!

Pas sekali Freya ingin mencaci maki sahabatnya itu, nama Roya muncul di layar ponsel Freya. “Apaan?!” bentak Freya masih dalam posisi terlentang tak berdaya.

“Charger hpku ketinggalan di apartemenmu, Nek.”

“Bodo amat!” Freya memutuskan panggilan Roya sepihak dan lanjut berbaring meratapi nasib hari Minggunya yang terbuang sia-sia. HP Freya bergetar beberapa kali tapi Freya tak menggubrisnya. Itu pasti Roya yang merengek untuk mengambil kembali charger-nya.

Lalu bel pun berbunyi. Otak Freya langsung mendidih mendengar bel berbunyi untuk kedua kalinya. Cewek sialan itu! Freya memaki dalam hati. Apa dia tidak punya empati sama sekali pada Freya? Akibat ulahnya, jangankan membuka pintu, bangkit dari tempat tidur saja susah.

Ah sudahlah, pikir Freya. Untuk kali ini, dia akan membukakan pintu untuk Roya. Sekaligus memberi sahabatnya itu pelajaran.

Dengan tertatih, Freya berjalan tapi bukan langsung menuju pintu, melainkan menuju dapur. Dia mengambil sebuah panci kecil bergagang panjang dari rak piring. Panci itu biasanya dia pakai untuk merebus mie instan. Setelah mendapatkan benda itu di tangannya, barulah Freya lanjut berjalan untuk menyambut Roya. Kunci pintu kamar ia putar. Tangan kirinya bersiap menekan gagang pintu, sedangkan tangan kanannya sudah mengangkat panci—siap menghajar kepala Roya.

“ADUH!”

“Eh…” Rahang Freya seketika melorot menyaksikan siapa yang ada di hadapannya. Bukan Roya yang jelas. Pancinya salah sasaran.

Noona! Aku salah apa sih, dipukul panci?” protes Gio sekeras denyutan di ubun-ubunnya akibat serangan kejutan dari Freya.

“Ma…maaf, Gio…” Freya yang panik langsung menggosok-gosok kepala Gio, tempat di mana pantat pancinya mendarat tadi. “Tadi kukira Roya.”

“Kalian punya cara sapa yang aneh ya?” sindir Gio, wajahnya masih meringis kesakitan.

“Bukaaan. Tadi aku cuma lagi kesel sama Roya,” Freya mencoba menjelaskan sambil memperhatikan pantat pancinya yang sedikit penyok. Freya cukup kaget. Panci itu panci murah sih, beli di pasar. Tapi kalau sampai penyok begini, berarti tadi dia menghajar kepala Gio cukup keras.

“Kalau kepalaku sampai benjol, tanggung jawab ya,” ancam Gio saat Freya membawanya masuk ke ruang tamu.

“Ikut BPJS kan?”

Gio membalas pertanyaan itu dengan muka masam.

“Kamu sudah pulang? Kukira besok,” Freya berkata, sambil mempersilakan Gio masuk.

“Ngawur,” sergah Gio yang sudah menghempaskan dirinya ke sofa apartemen Freya seakan itu adalah rumahnya sendiri.

Freya mencoba menghitung dengan jari-jarinya berapa hari total Gio berlibur. Benar kok empat hari. Memang Freya saja sepertinya yang pura-pura lupa hari dan berharap besok masih hari Minggu. Dia pun mengangkat bahu, tak mau ambil pusing lagi. “Apa itu?” Mata Freya mengintai bungkusan di tangan Gio. Sepertinya dia tahu apa yang dibawa bocah itu.

“A—“

“Abon gulung ya? Sini!”

Tanpa permisi, Freya menyambar bungkusan itu dari pemiliknya. Dulu, pulang dari Raja Ampat, Freya pernah beli abon gulung di Bandara Sorong. Niatnya sih sebagai oleh-oleh untuk Roya. Tapi ternyata malam itu Freya kelaparan dan tidak ada apa-apa di laci dapurnya. Akhirnya abon itu ia makan. Karena enak, Freya mengurungkan niatnya untuk memberikan Roya dan menghabiskan satu kotak sendirian. Besoknya Roya ngambek parah.

“A—duh…” Freya yang sudah setengah bangkit dari duduknya, terpaksa harus kembali duduk. Dia hampir lupa kalau sekujur tubuhnya sedang bermasalah hari ini.

“Kenapa?” Alis tebal Gio bertaut, heran melihat tingkah Freya yang mendadak jompo.

Freya menarik napas, menahan rasa sakit di kedua lengannya. “Ini kenapa aku mau menghajar Roya pakai panci tadi. Dia maksa aku ikut poundfit dan sekarang badanku sakit semua.”

Dengus geli terdengar dari Gio. Freya tahu Gio hanya mencoba sopan dengan menggigit bibirnya sendiri. “Lepaskan, Gio. Lepaskan tawamu,” tantang Freya. Dia ingin tahu seberapa ‘adik laki-lakinya’ itu merasa ini adalah sesuatu yang konyol.

Dipersilakan seperti itu, tawa cowok itu langsung meledak. Ternyata kondisi Freya benar-benar sebuah lelucon. “Kok…kok bisa sih…” Gio masih terpingkal memegangi perut. “Freya, kamu kan rajin latihan cheerleader… Tapi baru poundfit sekali, langsung K.O!”

“Iih! Diem dong! Jangan diketawain! Ini sakit tahu!” Freya merosot semakin turun di sofanya sampai tubuhnya benar-benar terlentang.

Setelah sanggup meredakan tawanya, Gio balas merampas bungkusan yang ia bawa tadi dari tangan Freya. “Makanya jangan pecicilan.” Jari telunjuk Gio mendorong jidat Freya dengan lembut.

“Jangan dibawa pulang lagi bolu abonnya!” Freya merengek dari sofa. “Tadi siang aku gagal makan mekdi, masa sekarang gagal lagi makan bolu gulung!”

“Berisik deh ah!” suara Gio masih terdengar cukup dekat. Berarti dia belum ke mana-mana. Bolu abon Freya masih aman.

“Gimana Raja Ampat?” Freya basa-basi bertanya. Sebenarnya dia lebih tertarik dengan gulungan-gulungan bolu abon di atas piring yang baru saja diletakkan Gio.

Ada jeda beberapa detik sebelum Gio menjawab, “Bagus. Bagus banget.”

’hungu, hungu!” Freya menunjuk batang hidung Gio sambil menjepit sepotong bolu abon di mulutnya. Akhirnya dia bisa bicara dengan jelas lagi setelah melepaskan bolu itu. “Nggak ada orang yang mikir dulu sebelum jawab, kalau ditanya soal Raja Ampat. Mereka pasti langsung bilang, ‘Bagus!’ atau, ‘keren!’ Ada apa sih denganmu?”

“Kamu sendiri ada apa?”

Freya terkejut karena mendapat serangan balik dari Gio.

“Maksudmu ada apa?”

Gio menarik sebuah senyum simpul yang diiringi dengan sebuah tatapan lekat pada kedua mata Freya. “Kamu sendiri kenapa ada di sini hari Minggu? Nggak pacaran?”

“Brandon dinas.” Freya menjejalkan seluruh potongan bolu tadi masuk ke dalam rongga mulutnya. Sekarang pipi dan mulutnya melar, mirip karet pinggang celana kalau seseorang gagal diet dan makan dua puluh loyang pizza.

“Awas kesedek.” Tidak ada tawa di wajah Gio. Tidak ada juga seru kekhawatiran. Kalimat itu ia ucapkan sedatar tatapannya. Seakan-akan sesuatu menarik keluar pikiran cowok itu dan membawanya terbang melayang.

Ada yang aneh dengan Gio. Cowok itu masih tampak ceria sebelum Freya bertanya soal Raja Ampat. Apa yang terjadi dengan liburannya? Freya berniat mengorek sesuatu dari Gio yang bisa ia jadikan petunjuk, mulai dari cuaca sampai makanan. Namun sayang, suaranya makin lama makin melemah. Tenaga Freya diambang kehabisan.

“Trus…kamu makan…Papeda—aahmm,” kuap Freya lolos. Mulutnya terbuka maksimal, seperti bazooka yang menembakkan udara kantuk. Matanya berair dan berat, semakin membatasi pandangannya.

“Tidur, Noona. Jangan ngomong terus. Kamu ngantuk banget kan?”

Bahkan suara Gio pun semakin menipis di telinga Freya. “Tapi…” Freya menguap untuk kesekian kalinya. “Tapi aku malas pindah ke kamar… Sakit…”

Tiba-tiba saja tubuh Freya sudah melayang. Bukan melayang, lebih tepatnya diraup oleh Gio. Cowok itu dengan entengnya mengangkat Freya dan membawanya ke kamar. Freya bisa mencium wangi segar kolonye Gio. Telinga kiri Freya bahkan bisa mendengar detak jantungnya karena menempel di dada Gio.

“Bolu abon…” Freya merengek setengah sadar ketika Gio meletakkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menarik selimut.

“Hey, udah ngantuk masih mikirin makanan aja. Aku tinggal ya, Noona.”

Freya tak menyahut, cuma mengangguk. Dia takut kalau bersuara lagi, yang keluar adalah nama makanan tadi.

Bunyi ctek terdengar saat saklar ditekan Gio, memadamkan satu-satunya lampu di kamar itu. Keadaan kamar semakin gelap ketika Gio menutup pintu. Tak lama berselang, ada cahaya menerobos masuk lagi. Seseorang membuka pintu kamar Freya.

“Udah tidur belum?” suara Gio terdengar dari arah pintu.

“Udah…” jawab Freya asal, ingin cepat-cepat tidur.

Noona, aku boleh numpang tidur? Aku…aku nggak yakin bisa tidur sendiri malam ini…”

“Ter…serah…” suara Freya makin lama makin lenyap. Sebentar lagi peri tidur akan membawanya ke alam mimpi.

Tiba-tiba Freya merasa selimutnya ditarik dan beban yang menghantam pegas kasurnya di belakang punggung Freya.

Noona, maaf ya… Aku benar-benar butuh bantuanmu agar bisa tidur malam ini…”

Gio mengalungkan tangannya untuk memeluk pinggang Freya. Pelukan itu begitu erat sampai-sampai Freya bisa merasakan panas napasnya berhembus di tengkuknya—cepat namun teratur.

Freya tak menyangka maksud dari permintaan Gio adalah benar-benar tidur di atas satu tempat tidur dengan Freya. Freya kira Gio akan tidur di sofa ruang tamu. Tapi tenaga Freya sudah pada titik terendah. Dia tidak sanggup membuka matanya, apalagi melepaskan tubuhnya dari pelukan cowok itu. Ah, kalau Roya tahu, giliran Freya yang akan mementung Freya dengan pantat panci.

“Kamu…takut apa sih…?” Mulut Freya secara mengejutkan masih punya sisa-sisa tenaga untuk bertanya, walaupun terdengar tidak begitu jelas.

“Masa lalu,” jawab Gio pendek, hampir terdengar seperti sebuah bisikan.

Freya hendak bertanya lagi, tapi peri tidurnya sudah datang menjemput.

 

* * *

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    Kisah Noona-noona fresh banget ceritanya, biasanya kan orang nulisnya oppa2. hehe :)

    Comment on chapter Bab 1 - Noona!
Similar Tags
Selepas patah
208      170     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Sang Penulis
10513      2344     4     
Mystery
Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat menggambarkan sebuah kejadian di masa depan. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Dan tak ada juga yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat merusak kehidupan seseorang. Tapi, yang paling tak disangka-sangka adalah penulis tulisan itu sendiri dan alasan mengapa ia menuliskan tulisan i...
What If I Die Tomorrow?
428      274     2     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Dream
623      457     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Camelia
594      335     6     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Putaran Roda
570      385     0     
Short Story
Dion tak bergeming saat kotak pintar itu mengajaknya terjun ke dunia maya. Sempurna tidak ada sedikit pun celah untuk kembali. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya sendu. Mereka semua menjauh, namun Dion tak menghiraukan. Ia tetap asik menikmati dunia game yang ditawarkan kotak pintarnya. Sampai akhirnya pun sang kekasih turut meninggalkannya. Baru ketika roda itu berputar mengantar Dion ke ...
Yang ( Tak ) Di Impikan
566      425     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
6190      1244     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
IF ONLY....
538      387     2     
Romance
Pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta sepihak… Perasaan yang berakhir bahkan sebelum dimulai… Merasa senang dan sedih seorang diri, benar-benar seperti orang bodoh. Ada penyesalan besar dalam diriku, padahal masih banyak hal yang ingin kuketahui tentang dirinya. Jika saja aku lebih berani bicara padanya saat itu, kira-kira apa yang akan terjadi?
I\'m Too Shy To Say
468      321     0     
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.