Loading...
Logo TinLit
Read Story - How Precious You're in My Life
MENU
About Us  

            “Kamu punya kakak kan ya? Si Farit?” tanya salah satu kakak OSIS cewek.

            “Iya, Ka.”

Yaduh, lebih lagi dia punya kakak. Banyak relasi buat deketin kakak kelas deh. Ya sudahlah, apa peduliku?

            Hari kedua MOS, semua terasa sedikit berbeda. Tempat dudukku ditukar. Aku jadi duduk bersama seorang cowok yang bernama Kafi, Marita duduk bersama seorang cowok di ujung sana yang namanya Irfan. Aku sudah mulai dekat dengan teman kelasan, yah sedikit lah ya. Meskipun kemana-mana masih sendiri, setidaknya di kelas ada teman mengobrol, yaitu Natia. Saat istirahat pertama, aku keluar kelas untuk ke kemar mandi. Ketika aku kembali, tiba-tiba anak-anak cowok yang ada di dalam kelas menarik-narik pintu dan tidak memperbolehkan anak-anak yang di luar kelas masuk. Salah satu temanku yang bernama Ageng, ia adalah teman sebangkumu, Raz. Cewek pemberani ini mendobrak pintunya berkali-kali sambil teriak-teriak. Tiba-tiba, tangannya malah terjepit pintu. Kami yang di luar membantu membukakan pintu. Entah, aku yang halu atau bagaimana, tetapi aku hanya mendengar suaramu yang berteriak bahwa ada cewek yang tangannya terjepit dan harus segera membuka pintunya. Kebetulan memang sudah bel, jadi sudah ada guru yang berjalan di koridor.

            “Woy! Ada guru! Cepetan buka!”

Baru deh, anak-anak itu membuka pintunya dan kami semua masuk. Untung saja guru itu tidak melihat perlakuan aneh kami yang baru 2 hari masuk sekolah ini.

            Ternyata, guru itu adalah guru agama. Namanya Pak Ferdi. Wajahnya lumayan cakep jika sebagai seorang guru agama. Aku pernah mendengar bahwa papamu bekerja di SMP ini dan namanya mirip-mirip dengan Pak Ferdi. Lagipula, Pak Ferdi juga ganteng, apa jangan-jangan dia papamu ya?

            “Assalamualaikum, anak-anak.”

            “Waalaikum salam.”

Ia mulai menjelaskan materi tentang agama sebagai dasar pengenalan kami.

Mataku terfokus padamu yang sedang mengelus-elus tangan Ageng. Wajahmu terlihat panik dan khawatir dengan Ageng. Apa pikiranku yang kemarin salah ya? Sebenarnya kamu adalah orang yang baik. Kamu memang baik atau karena dia cewek yang manis?

            “Eh, kamu! Bapak di depan loh. Kenapa kamu liatnya serong?” tegur Pak Ferdi pada seseorang.

Tak peduli. Aku masih melihatmu yang fokus mengelus tangan Ageng. Sebegitu perhatiannya kah kamu dengan cewek itu?

            “Hey! Masih liatin lagi!” tegurnya sekali lagi.

Kafi menyenggol tanganku dan membuat pandanganku buyar. Ternyata bapak ini menegurku. Oh my God. Mengapa aku bisa tidak sadar? Udah gitu melihat ke arahmu lagi, duh.

            “Kamu liatin siapa? Dia atau dia?” Pak Ferdi menunjukmu dan satu cowok yang sekarang jadi mimpi buruk untukku, Aca. Nama aslinya Asya, tetapi sering dipanggil Aca.

Yah, Aca memang manis. Kala itu.

            “Jawab dong, bapak nanya nih.” Ia mulai menyebalkan.

Duh, masa iya aku jawab sedang melihat ke arahmu.

            “Dia ya? Iya dia emang ganteng. Ya kan? Ganteng gak dia?” Sepertinya tanpa aku jawab ia tau arah mataku ke mana.

Ya Allah, tolong. Aku malu sekali. Kamu pun malah melirik ke arahku. Mengapa aku deg-degan sekarang? Rasa apa ini? Wajahku seketika panas. Tanganku gemetar. Mungkin aku malu karena ditegur, bukan karena kamu melihat ke arahku.

            Pulang sekolah, mataku masih saja tidak berpaling darimu. Entah apa yang kurasa, tetapi kunciku untuk melepas pandangan darimu itu hilang. Mungkin ini hanya karmaku ketika aku takkan tertarik denganmu. Menurutku, aku bukan menyukaimu karena kamu ganteng. Karena jika aku suka denganmu karena itu, mengapa tidak saat hari pertama? Mengapa malah saat hari kedua MOS? Lalu mengapa juga hari pertama aku malah menjelek-jelekkanmu? Mungkin karena kamu baik. Kamu menolong Ageng yang kesakitan tadi. Kamu khawatir dengannya. Itu membuatku luluh dan menyingkirkan semua pikiran negatifku padamu. Bukan berarti aku suka kan?

            Di rumah, aku chatting dengan Randhi dan Refa. Refa adalah mantanku ketika SD. Kalau Randhi, aku akan selalu bilang ke dia kalau ada apa-apa. Refa, hmm... dibilang move on, ya memang sudah. Kisah percintaan anak SD mana ada yang serius? Tetapi itu membuat kekhawatiranku untuk menyukaimu sedikit berkurang. Ya, hanya cinta monyet yang 3 bulan hilang kan? Dengan bangganya kami malah menyombongkan diri kami yang masing-masing sudah move on. Ia membanggakan seorang cewek yang merupakan kakak OSIS-nya. Lalu aku? Yang ada di pikiranku kala itu ya cuma kamu. Jadi, aku bangga-banggakan kamu di depannya. Aku bilang padanya aku akan mendekatimu. Cih, melirik saja masih tak berani.

            Hari ketiga MOS sedang kujalani. Bertemu dengan kakak kelas-kakak kelas lagi yang kecentilan denganmu. Bodohnya mengapa aku kesal dengan mereka? Suka-suka mereka dong mau cari perhatian dengan siapa. Kamu juga nurut-nurut aja, huh. Kurasa, sepertinya aku harus curhat pada Natia tentang ini? Daripada aku pendam dan bingung sendiri kan?

            “Penentuan raja dan ratu MOS, nih. Kita butuh perwakilan 1 cewek dan 1 cowok dari kelas ini.” ujar kakak kelas itu membatalkan niatku.

Tidak ada yang pantas jadi raja mos di sini. Ratu mos mungkin kurasa Natia cukup cocok.

            “Dek, kamu ya?” tunjuk seorang kakak kelas pada Natia.

Nah! Benar dugaanku!

Natia menolak karena takut dikerjai. Namun, aku menyuruh Natia untuk mengikutinya.

Setelah itu, mereka melirik-lirik sekitar untuk mencari raja mosnya. Mereka melirik ke arahmu dan Aca. Please, Aca aja. Aca, please. Aku gak mau kamu jadi raja MOS meskipun hanya salah satu kandidat.

            “Araz aja ya.”

AH! Ingin berkata kasar! Why you? OMG! Apa kalian tidak lihat Aca lebih enak dilihat?

Aku... aku gak rela kamu jadi pusat perhatian, Raz.

Kamupun maju dan berdiri di samping Natia. Lalu kakak kelas itu menyuruh kalian bergandengan. HAFT! Sebal! Aku sebal sekali! Natia, andai saja tadi aku berbicara padanya soal perasaanku ini. Dia satu-satunya teman yang bisa aku ajak ngobrol. Sekarang dia bergandengan dengan kamu, orang yang aku suka. EH. I mean, no, but of course yes, no!! Aku mikir apasih?! Apapun yang terjadi, aku tak boleh menyukaimu! Apapun!

            Hari-hariku terasa sepi karena tak ada kamu di kelas. Kamu berputar-putar bersama Natia ke kelas-kelas untuk mempromosikan diri sebagai kandidat raja dan ratu MOS. Hmm... mengapa aku merasa sesak ya? Gelisah. Bagaimana jika kamu terpilih jadi raja MOS? Siapakah yang akan menjadi ratunya? Apa setelah ini kalian akan dekat? What the hell! I don’t care at all! Wow! You make me think about you this much. Padahal aku belum tentu menyukaimu. Paling hanya mengagumimu. Namun, apa yang harus aku kagumi darimu? Aku sudah mempunyai Diaal (member kauboi favoritku). Entah, mungkin aku halusinasi ‘lagi’, tetapi aku melihat kamu dan Diaal mirip. Apanya ya? Apa sama-sama karena aku suka? AHHH. Berhenti memberi sugesti kalau aku menyukaimu!

            Pulang sekolah, aku ingin langsung pulang ke rumah. Namun, apa daya pintu gerbang dikunci. Terpaksa aku harus menyiksa batinku karena melihatmu menjadi pusat perhatian di depan ratusan orang ini. Aku memilih tempat duduk di tengah. Lokasi yang strategis untuk melihatmu dengan puas tanpa perlu ketahuan olehmu karena tidak terlalu dekat. Baiklah, ini tidak terlalu buruk. Setidaknya aku dapat melihatmu dari kejauhan... bersama temanku.

            Acara panjang telah terlewati, aku tak tau apa saja yang mereka lakukan di depan sana. Lagi-lagi aku kehilangan kunci gembok untuk melepas pandangan mataku. Firasatku sedikit tak enak, mungkin nanti kita tak akan sekelas dan aku tak bisa melihatmu lagi seperti ini. Jadi, aku puas-puaskan saja. Bagus dong ya kalau nanti kita tidak sekelas? Aku jadi lupa denganmu.

            “Arinda! Selamat kamu jadi ratu MOS!” Salah satu kakaknya memberikan mahkota pada Arinda dan memakaikan selempang ratu MOS.

            “Sekarang rajanya nih! Tinggal dua kandidat.” Ya, di situ hanya ada kamu dan Nazram.

Mereka memindahkan mahkotanya dan memancing kami semua untuk meneriakkan nama yang kami pilih. Tentu saja aku tidak meneriakkan namamu. Aku meneriakan nama Nazram.

            “Dan yang jadi raja MOS Misguided angkatan 2015 adalah....”

Jangan Araz, please. Jangan Araz.

            “Arazzio!”

I’m done with this! Aku gak siap buat sakit!

            “Selamat kalian berdua! Pegangan dong!”

I hate it! Tolong, siapapun tutupi aku. Mataku tak ingin ternodai kesedihan. Ah! Apa ini?! Selama aku berpacaran dengan Refa aku tak pernah merasa sakit seperti ini! Mungkin memang saat itu masih SD, tetapi bukan kah jatuhnya aku juga masih SD? Bahkan aku masih memakai seragam SD.

            Pulang-pulang, aku menjadi sangat membencimu, Raz. Aku sebal. Apa kamu tidak tahu bila aku menyukaimu? Ya... aku sendiri juga tidak tahu jika aku menyukaimu atau tidak. Namun, setahuku, kalau aku tidak menyukaimu, lalu rasa sakit ini untuk siapa? Untuk pak satpam yang tidak memperbolehkan aku pulang? Untuk kakak kelas yang memilihmu menjadi kandidat raja MOS? Untuk Natia yang terpilih bergandengan denganmu dan berkeliling kelas untuk promosi? Untuk Arinda yang menjadi pasangan ratu dan raja MOS-mu? Atau untuk aku sendiri yang kena karma karena bilang aku takkan menyukai cowok sepertimu? Apapun itu, aku membenci diriku sekarang. Semudah itu sakit karena seorang cowok yang bahkan baru aku kenal 3 hari yang lalu.

            Tak ada kerjaan lain selain chatting dengan Randhi. Sepertinya ia lebih mengerti bahwa aku memang menyukaimu.

“Udeh, terima aja kalo emang lu suka. Gak usah munafik gak suka wkwk.”

“Ye, belom tentu lah. Kali aja cuma numpang lewat.”

“Tapi kayaknya gua ada PIN-nya deh. Temen sebangku gua keknya suka, jadi dia punya PIN BB-nya. Terus gara-gara kemaren lu cerita, jadi gua simpen aja. Kali aja butuh. Tapi lu kan gak suka katanya. Ya udah, gua apus lagi dah.”

“JANGAN WOY! GILA KALI LU! YA MAU LAH GUE!”

“Katanya gak suka. Ngapain nge-add?”

“Ya buat temenan aja lah. Kan sekelas.”

“Ohhhh gitu. Jadi... kapan pertama sukanya?”

“Ih! Apaan si!”

“Masih nyangkal juga? Gak gua kasih.”

“IYA DEH IYA. Kemaren pas hari kedua MOS tanggal 17 Juli 2012. Udah? Mana PIN-nya?”

“Oke siap. Catet tuh tanggal!”

Hish! Ya sudahlah. Yang penting aku dapet PIN BB kamu ya.

Tapi....

Gak berani add.

Besok aja deh ya?

Eh, besok hari pertama puasa ya? Baguslah. Libur. Aku tidak bertemu denganmu. Jadi gak usah malu buat nge-chat.

            Sedangkan keesokan harinya,

            “ENGGAK!! GAK MAU NGE-CHAT! Tapi mau ngobrol! Aduh!”

Ya. Pusing sendiri. Gelisah sendiri. Takut sendiri. Gak jelas memang, tetapi itu yang aku rasakan setiap mau mengirim pesan padamu. Lebih parah, jauh lebih parah dari ini.

Satu jam kemudian.

Dua jam kemudian.

Tiga jam kemudian.

            “BODO AMAT!” Aku langsung mengambil ponselku lalu mengirim pesan padamu.

EH?! Kan ­add aja belom. Hih, bodoh.

Setelah add, kamu baru meng-accept setelah 2 jam.

YASH! Meskipun selang waktunya lama, tetapi aku bahagia! WOOHOO! Aku sangat bahagia!

Lalu sekarang, aku kirim pesan apa ya?

“Apa kabar?” Hmm... terlalu modus.

“Raz, ini gue. Tau gak lo?” Ih, SKSD banget.

“Hallo.” So simple.

“Gue suka sama lo.” HAHAHA. Seumur hidup gak bakal berani ngomong kayak gitu! (Kata siapa wahai diriku di masa lalu? J)

Jadinya aku kirim....

“Test”

HAHHA I know it’s so classic and I’m so embarrassed ‘bout this message.

Read doang? EH, udah 2 jam masih read doang?

“PING!!!”

1 jam kemudian,

“?”

WHOOOA! Dibalas ternyata! Aku kira kamu sesombong itu cuma read doang.

“Mau ngetes aja, soalnya tadi read doang hehe.”

“Ya test doang kan?”

Ya iya benar juga. Pintar juga kamu ya, Raz. Orang-orang seperti kamu ini nih, sudah mengerti mana chat yang serius ingin berteman dan mana yang hanya ingin modus.

Itu adalah sepenggal kisahku tentangmu di awal aku menyukaimu. See? Kamu masih menyangka aku mandang fisik? Hell, ya. Aku tau kamu memang ganteng (bangetttt oy). Iya, tapi aku suka sama kamu bukan karena itu. Kalau aku suka karena kamu ganteng, kenapa pas awal aku malah jelek-jelekkin kamu? Ya, mungkin sekarang kamu memang ganteng bangettt, semua orang pangling liat kamu sekarang. Nah, itu sekarang kan? Dulu? Dulu kamu benar-benar bocah SD, Raz. Serius deh. Aku punya fotonya pas lagi raja MOS kok, HEHE. Bahkan pas SD, gara-gara dikasih sama temen SMA-ku yang satu sekolah sama kamu.

Apalagi? Karena kamu eksis? WOW. Itu baru perkenalan, tapi aku udah deg-degan setengah mati. Perkenalan loh. Belum kenal satu sama lain. Bagaimana caranya aku bisa menyimpulkan bahwa kamu anak eksis? Lagipula, tahun pertama kamu biasa-biasa aja kok. Terus apa? Kaya. I hate this so much, OMG. Nama panjang kamu aja baru aku tau satu kali, apalagi latar belakang kamu. Duh. Mungkin karena kamu taunya pas udah tahun kedua ya? Pas kamu lagi berjaya-jayanya di sekolah. Padahal aku suka semenjak first time we met, eh enggak deng, second time  we met.

Baik? Pertama aku pikir juga gitu. Aku suka sama kamu karena kamu baik banget sama Ageng waktu itu. Perhatian banget padahal kamu baru kenal satu hari sama dia. Namun, semua itu berakhir secara tiba-tiba, Raz. Jelas-jelas aku suka sama kamu bukan karena kamu baik. Kamu gak baik sama sekali sama aku waktu itu. Jahat.

Maaf, mungkin ini bukan pemikiranmu, mungkin ini pemikiran teman-temanmu karena aku dituduh seperti ini waktu itu. Namun, mereka membuatku berpikir kalau kamu memikirkan hal yang sama. Maka dari itu, kamu menjauhiku. Maaf. Maaf telah membuatmu berpikir seperti itu padaku. Kalaupun itu semua benar, kamu tau aku sedang membuktikan itu sekarang kan? Membuktikan kalau semua tuduhan itu salah.

Setelah sedikit awkward chat dan gak jelas itu, akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai mengobrol denganmu.

“Ini Araz yang kelas VII-9 kan?”

“Iya. Ini siapa ya?”

What.... Kamu tidak mengenalku? Ckck.

“Gue Emira Viani, yang duduk di samping Kafi paling ujung. Panggil aja Emira.”

“Emm, yang mana ya?”

Huft. Cuek sekali kamu, teman sekelas saja gak tau.

“Yang depannya Natia.”

“Oh, depannya Natia. Iya tau tau.”

GILIRAN NATIA BARU TAU?! WTF?!

            Pokoknya, setelah itu aku tidak ingat kita pernah chat apa aja. Bahkan, saking gak pernahnya chat lagi, aku lupa kalo kita pernah chat seakrab ini. Kebetulan sedang bulan puasa, aku dan kamu chat tentang makanan. Kirim-kirim gambar minuman dan makanan enak. Dulu kuota 1 gb tuh udah gede banget dan aku ngabisin itu semua cuma buat download gambar makanan dan minuman sampe puluhan gambar. Buat apa? Ya buat chat sama kamu lah. Biasanya ngabisin kuota sebulan, tapi ini cuma seminggu. Gak papa makan kuota supaya bisa chat, daripada sekarang, makan hati karena gak berani chat. Selamat berbuka puasa’, ‘Taraweh, jangan males’, ‘Duh, es teh siang begini enak banget ya’, ‘Nanti abis buka mau makan itu ah’, ‘Gdlv Raz’, dan masih banyak lagi. Terus kita follow-follow-an juga di Twitter, haha. Alay banget ya kita dulu. Gak papa alay, yang penting deket. Duh, kalo inget masa-masa itu, aku beruntung banget ya bisa chat kamu kayak gitu. Gak ada beban sama sekali.

            Minggu depannya, wali kelas VII-9, Pak Harold, memberitahu kami kalau ada tes untuk penentuan kelas lagi. Ada juga kelas bilingual. Itu kelas yang bayar karena pake AC, pengajarnya juga bule, terus biasanya pake bahasa Inggris. Sebenarnya aku tertarik, aku juga melihatmu langsung tertarik dengan tawaran itu. Aku tak mau pisah. Aku masih ingin memandangmu lebih lama. Meskipun baru 3 hari kita chat, aku tak ingin lepas. Ya, aku bodoh sekali memang.

            Pulang sekolah, aku langsung meminta mama dan papaku untuk ikut kelas bilingual karena memakai AC dan lebih paham berbahasa Inggris. Mereka setuju-setuju saja. Namun, itu hanya alasanku, sebenarnya aku ingin terus bersamamu. Ya, meksipun belum tentu sekelas sih, tetapi apa salahnya mencoba? Oh iya, tadi pagi kamu menyapaku. Baru sekali kamu menyapaku dan aku sudah seperti di dunia berbeda. Terbang ke awan, menginjak tanah yang terbuat dari permata, memetik indahnya bunga yang baru mekar, ya, aku seperti di surga. Jadi ini nikmatnya ‘menyukai seseorang’? Nikmat sekali. Aku berharap lanjut. Bukan lanjut hubungannya, tetapi lanjut keakrabannya. Aku hanya ingin dekat dan mengenalmu, kok, Raz.

            Kira-kira 2 hari kemudian, kamu tidak menjawab pesanku. Hanya dibaca atau sekalinya dijawab pasti lamaaa sekalii. Sudah seperti menunggu orang bangun tidur dari malamnya. Seandainya dulu aku sudah tau aplikasi untuk screenshot, pasti aku akan menyimpan semua kenangan itu di dalam file yang takkan kuhapus. Menyedihkan memang. Namun, ada kabar bahagia di balik itu. Kauboi sudah mengeluarkan single baru! Dengan bahagianya, aku download lagunya dan menyetelnya untuk pertama kali.

Ah ah ah ah akhirnya kudapat juga
Ah ah ah ah nemu pin BB si dia
Ah ah ah ah kita pun saling bicara
Ah ah ah ah dunia seakan milik berdua

Kita bercanda dan tertawa
Kau buat aku bahagia dan entah mengapa tiba-tiba berbeda

Kenapa D lagi D lagi D lagi kok nggak RR RR
Kenapa D lagi D lagi D lagi kok nggak RR RR

Kenapa tiba tiba tiba tiba kamu berbeda beda
Apakah ada yang salah dari apa yang kubilang
Oh oh mengapa.

 

Jika bisa kuputar waktu takkan ku ping ping kamu melulu

Berikanlah aku kesempatan untuk menjawab BB ku.

And... yes. I hate them. Mengapa mereka mengeluarkan lagu yang sangat relate dengan keadaanku sekarang? Just why? Tema lagu banyak sekali. Mengapa kalian pilih ini? Oh Tuhan. Sakit sekali rasanya mendengar ini. Bahkan sampai sekarang pun masih terasa sakitnya. Salah satu lagu legendaris yang aku suka meskipun sekarang aku sudah tidak sukai bandnya. Lagu ini masih aku simpan dan akan terus aku simpan sebagai kenangan pahit pertama kali denganmu.

          Aku menyanyikan ini di depanmu. Di saat kita sedang berdiri di balkon kelas yang sama. Hanya terhalang tembok sialan itu. Mengapa harus ada tembok di antara kita? Kamu tersenyum melihat ke tengah lapangan yang kosong, sedangkan aku? Aku tersenyum melihat kamu dengan harapan kosong. Aku menyanyikan lagu itu loh untukmu. Apa kamu tidak dengar? Oh, pasti kamu tidak dengar. Aku bernyanyi di dalam hati dan kamu tidak memiliki hati, jadi lagunya tak akan sampai. Now, I’m a secret admirer. Waktu itu kamu menyapa aku loh. Sekarang kok gak pernah ya? Apa aku pernah salah ngomong? Haruskah minta maaf? Tetapi untuk apa minta maaf bila aku tak tau aku salah apa?

          Seharian penuh kamu tak membaca apalagi menjawab pesanku yang kemarin. Lalu, ketika aku sedang scrolling recent updates, tiba-tiba aku melihat statusmu berganti menjadi ‘A24’. Aku kaget setengah mati dan tidak percaya. Siapa itu? Lalu aku chat kamu sok asik menanyakan siapa statusmu. Dengan mudah dan bangganya kamu menjawab itu adalah Afi anak kelas VII-7. Ooow.... Ini... sakit. Aku bilang selamat padamu, padahal dalam hati aku menangis. Tenang saja, aku tidak menangis kok. Aku belum bisa menangis kala itu. Air mataku masih suci. Tak pernah ada cowok yang pernah membuatku menangis, kuharap takkan pernah ada. (Ya, itu bullshit sekali). Lalu aku tanya kamu soal kelas bilingual. Sialnya si cewek ini juga memilih kelas bilingual. Meskipun terdengar tidak pasti, tetapi bagaimana jika ternyata kami bertiga sekelas? NOO!! Makan hati setiap hari melihatnya pacaran? ENGGAK! Aku harus batalin ini ke mama dan papa.

          Oh iya, aku pernah meminta Randhi untuk mengiririm pesan padamu. Aku suruh dia meminta voice note kamu. Dengan mudahnya Randhi meminta voice note darimu. Namun, kamu malah mengatai Randhi homo karena meminta VN, HAHAHA. Kamu mengatai Randhi homo setiap bertemu dengannya selama 3 tahun. Itu membuatku ikut bersalah terhadap Randhi, wkwk. Maafkan aku, Randhi. Aku janji suatu saat kalau dia menyukai perempuan lain, aku akan membantunya dan berkorban untuknya seperti dia berkorban untukku.

          Keesokan harinya, aku bilang ke Pak Harold kalau aku tak jadi mengambil kelas bilingual. Tadinya ia sempat menolaknya karena data sudah dipegang, tetapi aku memohon untuk pindah. Untung saja ia tak bertanya mengapa aku mau pindah karena aku tak ada alasan lain selain menghindar darimu. Mungkin sebaiknya aku menjauh. Ketika pulang sekolah, aku bertemu dengan Afi. Aku kira kamu akan jadian dengan Arinda, ternyata dengan Afi. Afi tak kalah cantik dari Arinda. Tipemu sangat tinggi, Araz. Aku takkan sanggup menggapainya. Memang benar, lebih baik aku mundur dari sekarang.

          2 hari kemudian, kita sudah benar-benar renggang. Padahal belum pisah kelas loh. Tak apalah, yang penting aku masih dapat melihatmu meski dalam diam. Ketika aku masuk ke kelas, tiba-tiba wajah teman-temanku kemarin berubah. Eh, maksudku, apa kelasnya sudah ditukar? Aku takkan sekelas denganmu, kan? Tetapi, semoga kelas kita tak berbeda jauh ya. Aku melihat namaku di kertas yang ditempel di jendela. Aku mulai pencariannya dari kelasku sendiri, VII-9. Ternyata namaku sudah tercatat di sana. Beruntung, aku sekelas lagi dengan Natia. Aku akan duduk dengannya nanti. Sekarang, aku mau tau di mana kelasmu. Berputar mengelilingi sekolah sendiri sok-sok mencari namaku padahal aku sudah tau di mana tempatku berada. Sekolahku berbentuk persegi. Kelasku ada di pertengahan antara sudut-sudut. Lelah berkeliling, dari tadi tak kunjung menemukan namamu. Apa bilingual itu terpisah ya? Ada di pojok sana. Jauh sekali dong dari kelasku? Coba aku cek. Tiba-tiba aku bertemu dengan Randhi. Ia juga sedang mencari kelas.

          “Lagi nyari kelas, Mi?”

          “Iya.”

          “Emang lu bilingual?”

          “Enggak.”

          “Yang sebelah sana kan bilingual. Ngapain nyari di sana?”

          “Mau nyari kelas Araz.”

          “Yeh, dodol. Ya udah lah. Semangat nyarinya!” Lalu ia pergi meninggalkanku.

Hmm... mengapa tiba-tiba jantungku berdegup ya? Itu hanya kelasmu loh. Belum tentu ada kamu di dalam sana. HUAA! Jangan deh. Firasatku tidak enak. Lebih baik aku balik saja ke kelas. Ketika aku berbalik badan, tiba-tiba aku melihatmu berjalan bersama 2 orang temanmu sambil tersenyum dan tebar pesona.

ARRAZZZ! Akhirnya aku melihatmu! Tetapi... kamu apakan aku? Mengapa aku jadi mematung seperti ini? Araz, kamu membuatku mematung seperti ini! Akan kulaporkan karena kamu punya kekuatan sakti yang membuatku tersihir begitu saja saat melihat matamu. Aku tak bisa bergerak sampai kamu melewatiku. Lalu kamu masuk kelas yang berada di paling ujung which is sangat jauh dari kelasku. Seharusnya aku bersedih, namun kali ini... YIPIIII!!!! YOU’RE SMILING AT ME! EVEN I KNOW YOU WERE SMILING FOR ALL PEOPLE! BUT I’M IN!

HAHA, Araz. You make me crazy right now. Lihatlah kelakuan konyolku yang berlari ke kelas sambil tersenyum sendiri tanpa alasan yang jelas.

          Di kelas, sepertinya aku terlambat. Natia sudah duduk dengan teman SMP-nya. Lalu aku? Sepertinya aku tau duduk dengan siapa. Anak cewek ini tetangga yang dekat dengan Isyati, teman SD-ku. Ya, keliatannya ia baik-baik saja, cantik pula. Namanya adalah Tika. Ia memiliki teman yang baru saja dekat, namanya Kariza, cantik juga. Hmm, aku nyasar ya di sini?

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Surat Kaleng Thalea
4397      1247     2     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Can You Be My D?
99      88     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Evolution Zhurria
355      228     4     
Romance
A story about the evolution of Zhurria, where lives begin, yet never end.
Pisah Temu
1064      569     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Kejutan
472      261     3     
Short Story
Cerita ini didedikasikan untuk lomba tinlit x loka media
FLOW in YOU (Just Play the Song...!)
3453      993     2     
Romance
Allexa Haruna memutuskan untuk tidak mengikuti kompetisi piano tahun ini. Alasan utamanya adalah, ia tak lagi memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi. Selain itu ia tak ingin Mama dan kakaknya selalu khawatir karenanya. Keputusan itu justru membuatnya dipertemukan dengan banyak orang. Okka bersama band-nya, Four, yang terdiri dari Misca, Okka, dan Reza. Saat Misca, sahabat dekat A...
In Your Own Sweet Way
440      314     2     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
HOME
337      251     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
ALIF
1558      734     1     
Romance
Yang paling pertama menegakkan diri diatas ketidakadilan
Million Stars Belong to You
502      270     2     
Romance
Aku bukan bintang. Aku tidak bisa menyala diantara ribuan bintang yang lainnya. Aku hanyalah pengamatnya. Namun, ada satu bintang yang ingin kumiliki. Renata.