Bermalam di kereta, tentunya ada saja hal unik yang mereka alami. Mulai dari Boy yang tak sengaja bersandar di bahu kiri Caca saat tidur, Juang yang mendengkur super keras hingga Maya sama sekali tak bisa menutup mata sampai pagi, juga Sherin dan Angga yang bahkan tak menutup mata hingga pagi karena asik bercengkrama.
"Kereta api Gajayana tujuan Jakarta - Malang, telah tiba di Stasiun Malang. Penumpang dipersilahkan turun, jangan sampai ada barang bawaan yang tertinggal. Selamat melanjutkan perjalanan, dan terimakasih, telah mempercayakan perjalanan Anda kepada kami, PT Kereta Api Indonesia."
Dan tanpa terasa, perjalanan melelahkan tersebut berakhir tanpa terasa. Pukul sembilan pagi, kereta Gajayana yang mereka tumpaki, sudah tiba di Stasiun Malang.
Boy:
Guys, ayo persiapan turun.
Sent! Boy mengirimkan pesan singkat ke grup mereka.
**
"Jadi, setelah ini gimana?" tanya Maya, masih dengan wajah lesunya.
Boy menatap Maya cukup lama. "May? Kok lo kusut banget? Nggak tidur?"
Dan dengan cepat, Maya menoyor kepala Juang. "Gue nggak bisa tidur. Juang ngoroknya Masha Allah... Keras banget!"
"Sorry, sorry.. Ngorok kan nggak kerasa. Jadi, gue nggak salah, dong?" kata Juang, mengajukan pembelaan.
"Gue udah berulang kali cubit lo, biar lo bangun. Tapi dasar kebo! Makin dicubit, malah makin kenceng ngoroknya!"
Semua terkekeh. Termasuk Angga yang berbisik pada Sherin, "Semalem kita juga nggak tidur. Tapi kita tetap bugar, ya. Berstamina!"
Sherin balas berbisik. "Lo berstamina. Gue enggak!"
"Lo ngantuk?"
"Lumayan."
"Ya udah. Nanti lo tidur dulu aja, sebelum kita jalan-jalan," balas Angga, tentu dengan berbisik pula.
Semalaman di kereta api, rupanya membuat badan mereka pegal-pegal, dan perut super lapar. Enam kepala manusia tersebut memutuskan tuk mencari sarapan di sekitar stasiun, dan akhirnya mereka mendapatkan sebuah warteg yang ramai sesak, namun tampak nikmat, dan yang pasti harganya murah. Merekapun memutuskan tuk singgah di sana sejenak.
Masing-masing menikmati sarapannya dengan obrolan ringan yang mereka ciptakan sendiri. Semua terasa istimewa, meski hanya ditemani nasi serta sayur kangkung dan telur ceplok, serta satu gelas es teh.
"Jadi, habis ini Angga sama Sherin pisah dari rombongan?" Caca membuka suara.
Sherin mengangguk. "Iya."
"Gue sama Sherin punya itenerary sendiri. Mau bulan madu. Please, jangan coba ganggu!" sahut Angga dengan gaya tengilnya.
"Siapa yang mau ganggu lo?" tanya Boy. "Kita berempat mau naik gunung. Dan di gunung, nggak ada sinyal, oncom!"
"O iya, ya. Lo berempat mau ke antah berantah!" kata Angga terkekeh.
"Sialan!" Juang mencibir. "Tapi nggak masalah, yang penting kita-kita nggak digantung."
"Maksudnya?"
Juang mengangkat bahu. "Tepatnya, membiarkan diri digantung sama perempuan yang bahkan udah punya pacar."
Deg.
Sherin terhentak, menyadari bahwa ia disangkutpautkan. "Gue gantung Angga?"
Anggapun merasa tidak terima. "Sherin nggak pernah gantungin perasaan gue. Tapi guenya aja yang nggak tau diri, tetap kejar, padahal Sherin udah punya pacar."
Boy menyenggol lengan Angga. "Kenapa lo nggak mundur aja, sih? Jadi PHO kan nggak baik."
Perusak hubungan orang?
Angga berdecih. "Gue bukan merusak. Tapi menyelamatkan."
**
Usai sarapan, mereka melanjutkan perjalanan. Dan ini saat mereka berpisah, menuju perjalanan masing-masing. Ah, tepatnya hanya Angga dan Sherin yang berpisah, sementara yang lainnya, masih bersatu untuk menaklukan Puncak Semeru.
"Hati-hati, ya, kalian. Kita tunggu satu minggu lagi, di Stasiun Malang. Kalian harus bisa," kata Sherin, memberi ucapan perpisahan sebelum mereka berpencar.
Angga menambahkan, "Dan kalian harus selamat."
Keempat manusia lainnya mengangguk bersamaan, serta mengucapkan 'amin', karena itu merupakan harapan terbesar mereka dalam waktu dekat ini. Mereka ingin menikmati Semeru, kemudian kembali dengan selamat. Semoga bisa. Harus bisa.
"Jagain Sherin, ya." Caca menitipkan Sherin pada Angga.
Angga mengangguk. "Sudah menjadi tugas gue, bahkan sebelum gue lahir, Ca."
"Ngarang lo!" Sherin mencubit lengan Angga, sembari terkekeh.
Dan tak lama kemudian, keenam manusia itu berpisah. Sherin dan Angga pergi menggunakan taksi; sementara Maya, Caca, Boy, dan Juang pergi menuju basecamp penyewaan mobil Jeep dengan sebuah angkutan kota yang membawa mereka memulai petualangan.
*TBC*
Ini menarik sih.
Comment on chapter Pos Ketan Legenda, Saksi Hening MerekaSedikit saran, mungkin bisa ditambah deskripsinya. Jadi, biar pembaca lebih bisa membayangkan situasi yang terjadi di dalam cerita :D