Loading...
Logo TinLit
Read Story - Itenerary
MENU
About Us  

Keempat manusia tersebut sudah siap untuk sebuah pendakian. Carrier--tas gunung--dan segala perlengkapan sudah mereka bawa, dan sudah tak ada waktu lagi untuk mereka mundur--dan merekapun tak mau mundur--karena beberapa menit lagi, pendakian agar segera dimulai.

Mereka tak sabar. Namun mereka percaya, mereka bisa melaluinya.

"Inget aturan mainnya, ya. Satu capek, semua berhenti. Dan jangan sungkan bilang, apalagi dengan alasan takut ngerepotin," kata Boy, menegaskan.

"Benar. Kita ini tim. Nggak boleh egois," tandas Juang. "Nggak boleh menghina kalau salah satu capek."

Kedua gadis yang ada diantara mereka, saling pandang sejenak, meski setelahnya mereka saling buang muka lagi. Baik Caca maupun Maya tau, kata-kata yang Boy dan Juang ucapkan, ditujukan untuk mereka. Untuk Caca, agar tak sungkan bilang jika lelah. Dan untuk Maya, agar tak menghina--dan tak berkata bahwa Caca lemah dan merepotkan--jika Caca kelelahan.

Dan setelah sepakat, keempat manusia itu mulai berjalan. Pendakian menuju Pos Ranu Kumbolo, dimulai.

**

Tanjakan pertama yang mereka dapati adalah tanjakan setelah gapura bertuliskan  ‘Selamat Datang’.

Meski tanjakan pertama, namun curam kemiringannya sudah cukup membuat mereka--terutama Caca--mulai ngos-ngosan kelelahan.

"Ca, kuat?" tanya Juang.

Caca mengangguk. "Kuat."

Maya melirik sekilas. "Yakin? Misal lo nggak kuat, bilang deh, daripada kenapa-napa di atas."

Deg.

Ada rasa senang di hati Caca, usai Maya mengucapkan kalimat tadi.

Namun Maya menggeleng cepat. "Jangan pikir kalau gue mulai lunak sama lo, Ca. Gue cuma mengingatkan apa yang sudah kita sepakati, untuk saling menjaga, dan untuk saling men-support selama pendakian."

Meski begitu, Caca tetap saja senang.

"Capek, Ca?" tanya Boy.

Caca mengangguk tanpa ragu-ragu. "Lumayan."

"Guys, ayo break sebentar!" teriak Boy.

Akhirnya, keempat manusia tersebut duduk, meluruskan kaki mereka yang mulai lelah. Tak peduli celana mereka kotor, yang jelas, saat ini hal yang paling mereka dambakan--terutama Caca--adalah duduk.

"Maaf ya, gue baru pertama naik gunung.." Caca menunduk, tak enak.

Juang tersenyum. "Santai, Ca."

"Tapi gue nggak enak.. Karena gue, kalian terlalu sering berhenti.."

Kali ini Maya bergeser, duduk tepat di sebelah Caca. "Ca, aslinya gue pengen hina lo, masa segini doang udah jiper?? tapiii, gue kan udah janji nggak akan ejek lo."

Caca mengerutkan keningnya, tak mengerti akan maksud Maya.

"Sinih kaki lo," kata Maya.

"Hah?"

Maya menggapai kaki Caca, dan menggulung sedikit celana yang Maya pakai, hingga sedikit betis Caca terlihat. "Lo suka pakai koyo?" tanya Maya.

"Kadang-kadang. Kenapa?"

"Lo harus pakai ini." Maya mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Koyo, bermerek salonpas, yang sudah terkenal seantero jagad raya. Dan terkejutnya lagi, Maya menempelkan koyo tersebut di kedua betis Caca. "Biar hangat."

Deg. Ada rasa hangat di hati Caca. Sungguh, kali ini ia menahan rasa harunya, agar ia tak menangis. "Thanks, May."

Juang dan Boy bertatapan. Kemudian, Boy menyelinap di sela-sela dua gadis tersebut, dan menepuk bahu kanan Maya dan bahu kiri Caca bersamaan. "Nah, gitu dong. Akur kan enak dilihatnya."

Juang mengangguk. "Iya. Nggak capek apa jutek-jutekan mulu?"

Maya menepis tangan Boy yang hinggap di bahunya. "Apaan, sih?"

"Ngomong-ngomong.. Perjalanan ke Pos Ranu Kumbolo, berapa lama, ya?" tanya Caca. Caca tak bermaksud mengalihkan pembicaraan. Namun rasa penasaran Caca memang sudah sangat memuncak. Ia ingin cepat sampai, rasanya.

"Estimasi pendakian dari Pos Ranupani menuju pos Ranu Kumbolo sekitar 5-6 jam lamanya," jawab Juang.

Astaga.. Caca menepuk dahinya. Bahkan seperempat perjalananpun, belum ia lalui.

"Tenang aja.. Kita nggak pasang target kok untuk sampai puncak. Santai aja, pelan-pelan nggak masalah," kata Boy, mencoba menenangkan Caca.

Mereka menghabiskan waktu sepuluh menit tuk beristirahat sejenak, dan mereka meneguk minum hanya sedikit, karena mereka mencoba menghemat perlengkapan logistik yang mereka bawa.

Setelah dirasa cukup, merekapun melanjutkan perjalanan.

**

Bulir-bulir keringat sebesar jagung sudah membasahi baju mereka. Bunyi nafas yang tidak teraturpun terdengar dari mulut mereka. Mereka mulai lelah.

"Masih jauh?" tanya Caca.

Juang mengangguk. "Banget."

Tiba-tiba Caca begidik ngeru, terbayang harus melalui medan seperti itu untuk beberapa jam kedepan.

Posisi barisan adalah, Boy menjadi pemimpin di barisan terdepan. Kemudian, disusul dengan Caca, Maya, dan di akhiri oleh Juang sebagai penjaga belakang, berjaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi pada para gadis yang menggantungkan hidupnya pada dua lelaki ini.

Caca melirik ke arah belakang. Dan ia bahagia, karena mendapati Maya tengah menikmati satu bungkus tolak angin yang tadi ia berikan untuk Maya, dengan perantaraan Boy.

Maya yang mengetahui bahwa Caca tengah melihatnya, kini memutuskan tuk mengatakan hal yang sedaritadi mengganjal pikirannya. "Ca?" panggil Maya.

"Apa, May?"

"Thanks, buat minyak kayu putih sama tolak anginnya," kata Maya, akhirnya, setelah berjam-jam menahan rasa bimbang, antara mengucapkan terima kasih atau tidak. Tapi kali ini hati Maya tergerak tuk berucap terima kasih pada seorang Caca.

"Sama-sama. Kalau habis, gue masih ada, kok," balas Caca.

Maya mengacungkan ibu jari tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk memegang satu bungkus tolak angin cair yang menjadi penghangat suhu badannya saat ini.

Dalam dua jam perjalanan, mereka tetap ‘konsisten’ untuk selalu break--istirahat sejenak selama beberapa menit--dan kemudian, jalan lagi.

Bagi mereka, lebih baik terlambat, yang penting selamat.

**

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Maghribpun tiba. Keempat kepala tersebut memutuskan berhenti sejenak.

"Sholat dulu, yuk?" ajak Boy. "Minta keselamatan."

Caca tersenyum. Sebenarnya, jika Boy belum mengajak, Caca-lah yang akan mengingatkan teman-temannya tuk sholat. Namun ternyata Boy sudah mengingatkan.

Dan mereka semua setuju. Menggunakan kompas yang dibawa, mereka mencari arah kiblat. Mereka menghentikan pendakian sejenak, lalu mulai menjalankan ibadah sholat maghbrib, diawali dengan ber-tayammum dahulu.

Usai sholat, keempat manusia tersebut saling pandang dan tersenyum bergiliran. Keempatmya merasa bahagia, pernah melaksanakan sholat di tempat yang lebih tinggi dari biasanya.

"Ini pertama kalinya gue sholat waktu naik gunung," kata Juang.

Maya mengangguk. "Sama."

Boy pun ikut mengangguk. "Sama. Gue pun begitu. Tapi mulai hari ini, gue janji, akan lebih rajin ibadah. Toh, sholat ketika naik gunung, nggak repot, kan?"

"Subhanallah... Boy.. Lo kesambet apa nih?" tanya Juang, dengan nada tengilnya.

Boy hanya menjawab dengan sebuah senyuman. Gadis di dekatnya, adalah jawabannya. Caca, membuka mata Boy, bahwa memanjatkan doa adalah cara terbaik dalam sebuah penghidupan. Karena disitulah, semua manusia menemukan ketenangan.

"Lanjut lagi, yuk?" ajak Boy.

Dan dalam perjalanan usai detik ini, hati mereka jauh lebih tenang. Maya dan Caca pun sudah tak sungkan tuk saling memegang tangan satu sama lain, tiap kali langkah mereka hampir goyah.

"May?" panggil Caca.

"Apa, Ca?" balas Maya, sedikit terengah.

Caca tersenyum. "Kita sahabat, kan?"

Maya mengangguk. "Iya."

Dan Caca mengembangkan senyumnya, sangat lebar. Dingin yang menusuk tulang, tak terasa lagi, karena hati Caca sudah menghangat karena percakapannya dengan Maya baru saja.

Biar saja angin di perjalanan Ranupani hingga Ranu Kumbolo menjadi saksi, tentang empat kepala manusia yang berusaha bertahan, hanya dengan bermodalkan kuatnya persahabatan. Karena mereka percaya, keberadaan sahabat untuk sahabatnya, adalah penghangat paling baik disaat-saat seperti ini. Mereka telah membuktikan, meski saat ini udara sangat dingin, mereka merasa hangat.

*bersambung**

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (28)
  • suckerpain_

    Lucu juga baca ini. Aku suka kok. Tapi, aku saranin untuk kata seperti lipbalm dan fix, sepertinya harus di italic. Over all ceritanya bagus. ๐Ÿ™โคโค

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • Ervinadyp

    @rara_el_hasan makasihhh kaaak.. ๐Ÿ˜˜ iyanih pgn naik gunung beneran jdnyaa.. ga cmn liat di tv atau di novel2 aja:(

    Comment on chapter Persiapan Kilat
  • Ervinadyp

    @kairadish makasiiihh yaaaa dekkk๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜

    Comment on chapter Persiapan Kilat
  • kairadish

    Keasikan baca wkwkwk.
    Cerita persahabatannya kental, aku sukaa, good job kakk๐Ÿ’•

    Comment on chapter Persiapan Kilat
  • rara_el_hasan

    baru baca part awalnya ...suka sama kata Boy " Gue janji, akan mengajak kalian untuk melihat dunia, dari sudut pandang yg berbeda," semangat kak ... wah aq pgen banget naik gunung jadinya

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • shanntr

    ceritanyaa baguss:)) udh ku like juga
    mampir keceritaku juga yuk;) jgn lupa kasih like kak;;))

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • yurriansan

    Jgn lupq knjgi storyku ya...

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • yurriansan

    Certa yg bagus. Jd inget crta 5 cm, yg kntal pershbtn nmun msh berasa romance nya.

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • IndyNurliza

    Ceritanya bagus.. Sukses yak

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • YUYU

    Bagus ceritanya, terasa manisnya. Plus juli lalu baru bacpacker k malang n batu, jd time travelnya ak dapet. Terima kasih sudah mengajakku visit kemari.

    Comment on chapter Epilog: Narasi Enam Kepala Manusia
Similar Tags
Piromaniak
5771      1680     5     
Romance
Dia merubah apiku dengan cahayanya
Untouchable Boy
683      473     1     
Romance
Kikan Kenandria, penyuka bunga Lily dan Es krim rasa strawberry. Lebih sering dikenal dengan cewek cengeng di sekolahnya. Menurutnya menangis adalah cara Kikan mengungkapkan rasa sedih dan rasa bahagianya, selain itu hal-hal sepele juga bisa menjadi alasan mengapa Kikan menangis. Hal yang paling tidak disukai dari Kikan adalah saat seseorang yang disayanginya harus repot karena sifat cengengnya, ...
Strange and Beautiful
4802      1311     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. โ€œBukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?โ€ pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
November Night
389      279     3     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
PUBER
2204      921     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Po(Fyuh)Ler
941      506     2     
Romance
Janita dan Omar selalu berangan-angan untuk jadi populer. Segala hal telah mereka lakukan untuk bisa mencapainya. Lalu mereka bertemu dengan Anthony, si populer yang biasa saja. Bertiga mereka membuat grup detektif yang justru berujung kemalangan. Populer sudah lagi tidak penting. Yang harus dipertanyakan adalah, apakah persahabatan mereka akan tetap bertahan?
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1905      978     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..
Ketos in Love
1132      646     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
Amherst Fellows
6491      1755     5     
Romance
Bagaimana rasanya punya saudara kembar yang ngehits? Coba tanyakan pada Bara. Saudara kembarnya, Tirta, adalah orang yang punya segunung prestasi nasional dan internasional. Pada suatu hari, mereka berdua mengalami kecelakaan. Bara sadar sementara Tirta terluka parah hingga tak sadarkan diri. Entah apa yang dipikirkan Bara, ia mengaku sebagai Tirta dan menjalani kehidupan layaknya seorang mahasis...
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
1379      673     1     
Action
Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka berlima berusaha bertahan dari kematian yang ada dimana-mana. Copyright 2016 by IKadekSyra Sebenarnya bingung ini cerita sudut pandangnya apa ya? Auk ah karena udah telan...