Loading...
Logo TinLit
Read Story - Itenerary
MENU
About Us  

Sherin tercengang melihat motor Vario hitam beserta dua buah helm  yang sudah nangkring mesra di parkiran hostel. Sementara, Angga langsung memposisikan diri naik ke atas motor sebagai sang pengemudi, dan menepuk jok bagian belakang sembari menatap Sherin. "Ayo, naik," katanya.

"Ini motor siapa?" tanya Sherin.

"Gue nyewa."

"Kapan?" Sherin mengerutkan keningnya. 

Angga tersenyum. "Baru aja. Begitu sampai hostel, gue langsung hubungi temen gue yang kebetulan tau tempat penyewaan motor. Ya udah, deh, nggak lama, motornya sudah langsung diantar."

Sherin diam sejenak. Sesungguhnya, gadis ini terharu akan segala sesuatu yang Angga lakukan. Begitu cekatan dan cepat, namun memiliki tujuan. 

"Kenapa, Sher? Nggak berkenan naik motor? Atau mau gue sewain mobil?" tanya Angga, mulai khawatir.

Sherin menggeleng cepat. "Jangan, jangan! Gue suka kok naik motor."

"Terus, kenapa ngelamun?"

"Lagi mikir aja... Lo baik banget. Bahkan gue nggak kepikiran kita mau jalan-jalan naik apa.. Eh, ternyata lo udah nyewa motor aja.. Thanks, Ngga!" 

Angga menghembuskan nafas lega. "Santai aja, Sher. Nggak mungkin, lah, gue ngebiarin perjalanan kita dihantui kebingungan tentang akomodasi."

Detik selanjutnya, Sherin segera mematuhi perintah Angga tuk duduk di jok belakang. 

"Siap?" tanya Angga.

"Let's go!" jawab Sherin, penuh semangat.

Dan Angga tersenyum penuh kemenangan. Ini memang bukan kali pertama ia duduk berdua dengan Sherin di satu motor yang sama. Namun yang Angga banggakan, akhirnya ia bisa berdua di motor bersama Sherin, untuk berkelana. 

"Ngga," panggil Sherin.

"Kenapa, Sher?"

Sherin tersenyum, dan senyuman itu bisa Angga lihat dari pantulan spion. "Kok gue seneng, ya?"

"Seneng kenapa?"

"Ya... Seneng aja... Karena lo. Lo selalu berhasil bikin gue bahagia, dengan segala cara." Sherin menepuk bahu Angga. "Sekalipun dengan cara yang sederhana."

Karena itu tujuan gue, Sher, batin Angga. 

"Ibaratnya... Naik motor berdua sama lo, gue udah bahagia. Dan itu bikin gue sadar, kalau bahagia, nggak butuh materi."

Angga setuju. "Kenyamanan jauh lebih penting. Bahagia itu, ya, nyaman."

Angin sepoi-sepoi membelai rambut Sherin yang bahkan sudah tertutupi oleh helm. Bahkan kadang Angga salah fokus; ia ingin menjadi helm pribadi milik Sherin, agar bisa membelai dan mencium aroma rambut Sherin yang selalu menenangkannya. 

"Jadi, kita mau kemana, nih?" tanya Angga.

"Katanya destinasi pertama mau ke toko es krim? Kebetulan, gue pengen es krim."

Apapun yang Sherin inginkan, pasti Angga akan berusaha tuk sanggupi. Menunggu Sherin yang hingga kini masih dengan Marcell saja, Angga sanggup; apalagi jika hanya sekedar pergi ke toko es krim? Sudah pasti, Angga bersedia, bahkan sangat bersedia.

*

Mereka tiba di toko es krim legendaris di Malang, yaitu toko Oen. Usai memarkirkan kendaraan, Sherin dan Angga segera memasuki tempat tersebut.

Begitu memasuki bangunan, suasana jadul khas kolonial mulai menyeruak. Spanduk putih dengan tulisan merah berbahasa Belanda menyambut setiap pengunjung yang baru datang, “Selamat datang di Malang, Toko Oen yang sejak tahun 1930 telah memberikan kenyamanan bagi para tamu.” Empat kursi rotan pendek berwarna biru langit dan putih gading diatur mengelilingi meja-meja berbentuk bulat. Foto-foto kota Malang tempo dulu yang tampak menghiasi dinding ruangan semakin membawa pengunjungnya ke suasana masa lalu. Tidak heran jika banyak juga pengunjung wisatawan asing yang mampir ke sini. 

Sebagai sebuah restoran jadul, Toko Oen bisa dibilang menyajikan kuliner khas Belanda yang lengkap. Di sebuah counter berbentuk persegi panjang di depan pintu masuk terdapat berbagai jenis roti dan kue kering khas Belanda seperti speculaas, havermout, dan kaastengel. Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kue-kue basah khas Indonesia turut ditawarkan di etalase yang sama dengan roti-roti.  

Sherin dan Angga duduk berhadapan di sudut dekat jendela. 

"Gue suka tempat ini," kata Sherin. "Nanti kita foto-foto di sini, ya."

Angga mengacungkan jempol. "Oke."

"Arsitekturnya bagus. Suasana kuno-nya, kena banget! Penataan ruangannya juga pas!" Sherin berdecak kagum. 

  Interior restoran Oen ini memang bergaya klasik. Dengan kursi rotan, meja dan taplak klasik, piano tua di sudut ruangan membuat kita dibawa ke masa lalu. Apalagi ditambah foto-foto yang dipajang di seluruh ruangan, mulai dari foto kota Malang pada masa lampau hingga foto Presiden Soekarno.  

Dalam hati, Angga bangga, akhirnya, ia tak salah pilih tempat destinasi pertama. 

"Toko Oen, tuh, legendaris banget," kata Angga buka suara.

"Oh, ya? Seberapa banyak lo tau tentang toko ini?" 

Angga memutar otaknya, mulai bercerita. "Gue udah ke tempat ini beberapa kali.  Yang gue tau, toko Oen pertama kali dibuka pada tahun 1922 oleh seorang pengusaha Tionghoa keturunan Belanda, namanya Nyonya Liem Goe Nio. Tapi, cabang yang pertama justru dibuka di kota Jogja, baru merambah ke kota-kota lain, seperti Jakarta, Semarang, dan di Malang. "

"Eh, serius? Kok keren?" Sherin mulai antusias.

Angga melanjutkan ceritanya lagi. "Sayangnya seiring dengan perjalanan waktu, cabang Toko Oen di Jakarta dan Jogja pun tutup.  Sisanya, kedai Oen di Malang dijual ke pemilik baru nya dan cabang Semarang dipertahankan oleh keturunan Oma Oen. "

Mereka kembali bercerita, dan kali ini mereka bercerita sembari melihat menu makanan. 

"Banyak juga, ya, menunya?" gumam Sherin. "Gue kira, cuma es krim aja."

"Banyak yang lainnya, kok." Angga menunjuk salah satu nama makanan dalam menu tersebut. "Katanya, sih, nasi goreng sama nasi semur lidahnya enak. Tapi gue juga belum pernah coba."

"Coba, yuk?" ajak Sherin. 

"Bentar, jangan terburu-buru. Ayo lihat menu lainnya."

 Tidak hanya es krim, daftar menu Toko Oen menampilkan berbagai menu makanan seperti makanan pembuka, sup, masakan oriental, burger dan sandwich, salad, steak, dan tentu saja tak ketinggalan menu khas Indonesia.   

"Gue mau es krim Oen's Special ," kata Sherin. "Makanannya... Nggak usah, deh."

"Kenapa?"

"Kan nanti kita mau kulineran di alun-alun batu.. Takut kekenyangan."

Angga berpikir, benar juga kata-kata Sherin. "Gue mau Corn Ice Cream."

Sembari menunggu pesanan, keduanya berbincang lagi. Mereka membicarakan sebuah  bangunan gereja besar dan megah yang berada tepat di seberang Toko Oen.

"Namanya Gereja Hati Kudus Yesus yang dikenal juga dengan nama Gereja Kayu Tangan. Gereja yang dibangun pada tahun 1905 ini bahkan lebih tua dibandingkan dengan Gereja Katedral  Ijen. Arsiteknya mendesain gereja ini dalam gaya neogotik yang sedang digandrung di Eropa pada abad 19." Angga menjelaskan lagi.

"Oh gitu.. Nanti foto disitu yuk, Ngga?" ajak Sherin.

"Boleh.."

Pesanan mereka datang.  Es krim yang Sherin pesan adalah Oen’s Special yang disajikan dalam mangkuk kaca bening berkaki satu. Isinya ada tiga scoop es krim berbeda rasa dengan tambahan hiasan wafer batang, wafer rol, dengan whipped cream dan potongan buah ceri di atasnya. Es krim kuno memiliki tekstur yang khas dan sedikit kasar, tidak lembutseperti es krim yang banyak dijual saat ini. Selain itu, rasanya pun tidak terlalu manis sehingga pas di lidah. Sementara es krim pesanan Angga juga tak kalah nikmat. Dua scoop es krim jagung dengan krim jagung yang nikmat, benar-benar menggoyang lidah dan membangkitkan selera. Luar biasa.

Sherin tersenyum senang. "Gue seneng, Ngga."

"Karena es krimnya enak?" tebak Angga.

"Salah satunya itu. Tapi masih ada yang lain."

"Apa?" Angga mengerutkan keningnya. 

"Baru destinasi pertama aja, lo udah bikin gue bahagia... Nggak sabar untuk menanti destinasi-destinasi selanjutnya sama lo. Gue yakin, perjalanan ini semakin bahagia dan istimewa," kata Sherin antusias.

Angga memaksakan senyumnya. Bukan, bukan berarti ia tak bahagia; justru kali ini Angga sangat bahagia. Tapi lagi-lagi ia sadar. Untuk apa rasa bahagia ini dijaga bila hanya tuk sementara? 

"Setelah ini, kita kemana? Jadi ke alun-alun Batu, kan?" tanya Sherin, tidak sabar.

Angga mengangguk mantap. Menyembunyikan segala rasa gundah yang ia pendam dan sempat timbul sesaat. Karena Angga sadar, sebaik-baiknya ia berbuat, mustahil untuk menggantikan posisi Marcell di hati seorang Sherin.

**bersambung**

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (28)
  • kenya_mars

    Penasaran sama lanjutannya

    Comment on chapter Chit Chat
  • romadhonidiks

    Cerita remaja yg tidak biasa. Menurut gw ini sih goodjob!

    Comment on chapter Manisnya Kedai Es Krim Oen
  • laelinurma

    Suka ceritanya. Tapi kok sebel ya sama tokoh Maya. Kasihan sama tokoh Angga. :(( Nice story!

    Comment on chapter Awal Kisah Dua Insan
  • Kang_Isa

    Gaya bahasanya simple, tapi enak dibaca. Salam kenal, ya.

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • martha

    sejauh ini menarik. such a good story!

    Comment on chapter Perjalanan Dimulai
  • juandailham

    Buat aku yang anak alam, cerita ini bagus!

    Comment on chapter Persiapan Kilat
  • margarethavina

    Aku suka. Semangat! :D

    Comment on chapter Perjalanan Dimulai
  • SusanSwansh

    Mengingatkan saya pada 5Cm Dony D.

    Comment on chapter Rencana Mereka
Similar Tags
With you ~ lost in singapura
425      295     2     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
Simbiosis Mutualisme seri 1
11613      2515     2     
Humor
Setelah lulus kuliah Deni masih menganggur. Deni lebih sering membantu sang Ibu di rumah, walaupun Deni itu cowok tulen. Sang Ibu sangat sayang sama Deni, bahkan lebih sayang dari Vita, adik perempuan Deni. Karena bagi Bu Sri, Deni memang berbeda, sejak lahir Deni sudah menderita kelainan Jantung. Saat masih bayi, Deni mengalami jantung bocor. Setelah dua wawancara gagal dan mendengar keingin...
F.E.A.R
9502      1714     5     
Romance
Kisah gadis Jepang yang terobsesi pada suatu pria. Perjalanannya tidak mulus karena ketakutan di masa lalu, juga tingginya dinding es yang ia ciptakan. Ketakutan pada suara membuatnya minim rasa percaya pada sahabat dan semua orang. Bisakah ia menaklukan kerasnya dinding es atau datang pada pria yang selalu menunggunya.
The Journey is Love
773      514     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Bulan dan Bintang
6068      1620     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
I Always Be Your Side Forever
6583      1753     3     
Romance
Lulu Yulia adalah seorang artis yang sedang naik daun,tanpa sengaja bertemu dengan seorang cowok keturunan Korea-Indonesia bernama Park Woojin yang bekerja di kafe,mereka saling jatuh cinta,tanpa memperdulikan status dan pekerjaan yang berbeda,sampai suatu hari Park Woojin mengalami kecelakaan dan koma. Bagaimana kisah cinta mereka berdua selanjutnya.
Kumpulan Quotes Random Ruth
2123      1118     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...
Mata Senja
690      465     0     
Romance
"Hanya Dengan Melihat Senja Bersamamu, Membuat Pemandangan Yang Terlihat Biasa Menjadi Berbeda" Fajar dialah namaku, setelah lulus smp Fajar diperintahkan orangtua kebandung untuk pendidikan nya, hingga suatu hari Fajar menemukan pemandangan yang luarbiasa hingga dia takjub dan terpaku melihatnya yaitu senja. Setiap hari Fajar naik ke bukit yang biasa ia melihat senja hingga dia merasa...
Cinta Aja Nggak Cukup!
5054      1655     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
The Black Envelope
2883      1031     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.