Like magic. Semua berubah begitu saja. Tidak hanya Zaidan dan Hazel yang kembali ke tahun 2020, tapi orang-orang dan kehidupan dimasa itu telah berubah total. Semua sudah berganti segaris dengan takdir yang mereka pilih. Tak ada tubuh lemah Zaidan yang berbaring diranjang rumah sakit, tak ada gencatan senjata antara Zaidan dan Aroof, juga perubahan beberapa kehidupan lain ditahun 2022.
Lalu bagaimana dengan kematian?
Yang mati akan tetap mati. Yang lahir akan tetap lahir. Tak ada yang berubah selain cara mereka menjemput kematian. Tak ada yang tahu apa yang terjadi dimasa depan. Semua permasalahan yang terjadi ditahun 2022 sudah diselesaikan Zaidan dan Hazel ditahun mereka hidup sekarang, 2020. Mulai dari belajar mencintai diri sendiri, jujur pada diri sendiri, dan tidak mengenakan berlapis topeng hanya untuk menyembunyikan jati diri.
Dipertengahan tahun 2020, Aroof berhasil diringkus saat sedang menjadi penyalur heroin. Dia mendapatkan hukuman mati karena kasus berlipat mulai dari pembantaian keluarga Clarck di Kanada, pembunuhan terhadap saudaranya, Adam, dan kasus penyeludupan narkoba. Semua itu berhasil diungkap oleh Zaidna sebagai jurnalis profesional. Keadilan harus ditegakan, tak perduli kalau Aroof memang ayah biologisnya sendiri.
Namun, sebelum Aroof mendapatkan hukumannya, Zaidan mempertemukan ayah kandungnya itu dengan sang kakek, Gusti Surya Mahendra. Setidaknya Mahendra ikut berperan atas depresi yang dialami Aroof waktu kecil dulu. Kakek tua itu menangis dan meminta maaf pada Aroof karena telah mengabaikan sang putra setelah perceraiannya dengan sang istri. Zaidan juga sempat berbicara dan menyanggupi permintaan Aroof untuk memanggilnya dengan sebutan ‘Ayah’ untuk yang terakhir pertama dan terakhir kalinya sebelum hukuman mati Aroof.
Takdir kehidupan tidak ada yang tahu. Setelah kehidupan Zaidan dan Hazel kembali normal, takdir menunjukan kuasanya. Zaidan mendapatkan surat permintaan maaf dari ibunya, Lidya, setelah kematiannya karena bunuh diri. Kematian akan tetap ada tanpa bisa dicegah atau direncanakan oleh manusia. Zaidan mengikhlaskan semuanya termasuk kematian yang terjadi pada keluarganya, Adam, Abriana, dan Lidya. Dia enggan untuk berlari ke masa lalu dan menggagalkan kematian mereka.
Yang berpulang tak akan pernah bisa kembali. Mereka sudah menyelesaikan jalan hidupnya. Meski cara yang diambil Lidya salah, tapi tak ada satu orangpun yang tahu keadaan hati seorang pasien gangguan jiwa. Tak semua harapan Zaidan harus terwujud. Tak semua rencana hidup Zaidan harus berjalan mulus. Zaidan hanya manusia biasa, dia tak bisa memaksa dunia untuk mengabulkan segala pintanya. Termasuk takdir yang akan mereka hadapi ditahun 2022 nanti. Yang pasti semua akan mendapatkan jatahnya, kematiannya, dan takdir hidupnya. Yang pergi akan tetap pergi. Yang datang akan tetap datang.
Wah, bagus nih. Serasa baca novel thiller Amerika. Kalo difilmkan ini keren, baru setengah jalan padahal, gak sabar kelanjutan ceritanya.