Loading...
Logo TinLit
Read Story - High Quality Jomblo
MENU
About Us  

Jika ada orang yang tulus mencintaimu, itu hanya aku orangnya.
Jika ada orang lain yang bilang, berarti mereka tidak tulus.

-Laudito Nugroho-

-----

SORE itu, pukul 14:26. Jalanan di sepanjang Yogyakarta basah. Sisa air mata langit yang turun menggenang di jalanan. Meski begitu, tentu tak mengurangi segala aktivitas warga di sana. Terbukti dari banyaknya sapa ramah-tamah di luar sana, beberapa orang yang memakai payung sambil berjalan, kendaraan yang berlalu lalang.

Melihat hal itu membuat bibir gadis itu terukir. Walau bisa jadi itu hanya alasan yang dia buat. Mata itu nyatanya masih saja curi-curi pandang pada yang duduk di depan sana. Sang kopi yang asik bercengkerama namun matanya menatap Ayunda.

"Obralan banyak, lima belas ribuan yang pendek." Suara Dilla yang cempreng tak mengganggu Ayunda. Dia asik memandangi jalanan saja.

"Sok tau, lo yang jual?"

"Yang nyetor." Tawa membahana. Di depan sana, Pak Laut justru mengambil swa foto dengan murid-murid Akuntansi 1 yang kebetulan berada duduk di depan sana. Bahkan banyak yang duduk di belakang maju untuk ikut mampang di ponsel Pak Laut.

"Bentar ya, gue mau ke sana. Ayo, Dar."

"Nggak! Nggak! Mager. Lo aja."

"Halah nggak asik." Dara menjulurkan lidahnya.

Tak menunggu lama, bus sudah berjajar rapi di area parkiran Malioboro. Mesin dimatikan, semua murid dan guru yang tadinya ada di sana segera turun, menyebar ke seluruh penjuru Malioboro untuk membeli oleh-oleh atau cinderamata untuk keluarga.

Waktu yang diberi cukup longgar, guru-guru memberi kesempatan untuk siswa di sana selama 3 jam. Namun, Ayunda hanya cukup menghabiskan waktu 2 jam untuk berbelanja. Sisanya, ia gunakan untuk jalan-jalan dan mencari inspirasi di sini.

"Houwo.
Jangan, jangan kau menolak cintaku.
Jangan, jangan kau ragukan hatiku.
Putuskanlah saja pacarmu.
Lalu bilang I Love You, padaku.."

"Goblok, Mas. Niat ngamen ojo langsung nang reff. Nggak bisa menikmati." Suara seseorang yang membawa gitar menyikut lengan pria yang tadi bernyanyi di depan Ayunda. Sekarang, Ayunda sedang duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Mengingat hari ini adalah hari kamis, tentu orang-orang banyak yang masih bekerja dan sekolah. Jadi, Malioboro bisa dibilang tidak ramai.

"Sadar diri aku. Raisa nyanyi." Pria itu mengulurkan bingkis permen. Sedangkan Ayunda langsung memasukkan uang sepuluh ribuan ke dalam sana.

"Makasih, Mba.."

Ayunda hanya tersenyum. Ia kembali menjatuhkan pandangan pada ponselnya. Mengetik lagi beberapa kalimat di sana hingga membentuk membentuk beberapa paragraf.

"Untuk Pak Laut yang aku sukai diam-diam," Senyum Ayunda mengembang. Merasa puas dengan apa yang dia tulis. Jadi, gadis itu langsung mempublikasikan karya barunya. 

Arloji yang melingkar di ponsel gadis itu membuat Ayunda tersenyum. Waktu masih banyak. Ayunda kembali melanjutkan perjalanan menikmati suasa Malioboro. Hingga ketika mata itu bertemu dengan suatu tempat yang menarik perhatiannya, gadis itu memutuskan untuk mengunjungi.

"Mari, Mba.. Mau pesan yang mana?" Sapa penjual itu dengan ramah.

Ayunda tersenyum lebar, “Vanila mix strawberry satu."

"Selamat menikmati.." Tidak butuh waktu lama, ice cream pesanan gadis itu sudah ada di tangan. Ayunda segera membayar dan keluar dari tempat itu sambil menikmati.

Terik matahari samar-samar menyala lagi. Memberi peluk kehangatan pada kota yang masih basah itu. Ayunda melahap benda kesukaannya tersebut dengan penuh hikmat, disambut rasa dingin yang meluber di seluruh ruang mulutnya.

Terlalu asyik menikmati ice cream, membuat Ayunda tidak fokus memandangi jalan. Dia sibuk fokus pada ice creamnya saja. Sampai pada saat Ayunda menghentikan langkah, ia merasakan seseorang menabrak tubuhnya dengan keras.

Ice cream itu jatuh, tetapi meninggalkan noda pada merah jambu baju yang Ayunda kenakan. Ayunda menoleh, matanya sedikit menyipit ke arah cowok dengan seragam putih abu-abu itu yang jauh lebih tinggi darinya.

Samudra, begitu yang tertulis di name-tag seragam sekolah cowok itu. Identitas yang membuat siapapun tahu bahwa laki-laki itu pasti anak SMA.

"Mas, kalau jalan lihat-lihat dong!"

"Lo yang berhenti di tengah jalan. Berani nyalahin gue?" Terlihat jelas bagaimana mata Satya cowok bernama Samudra itu. Awalnya, nyali Ayunda hampir menciut. Tapi api amarahnya kembali berkobar mengingat bajunya yang kotor.

"Nah, udah tau ada orang berhenti kenapa di tabrak?" Tak mau kalah dengan cowok SMA itu, Ayunda ikut bersuara. Mendebat cowok menyebalkan yang baru saja ditemuinya. Biasanya, orang kalau salah itu minta maaf, lha ini, merasa bersalah aja enggak.

"Nah, udah tau ini di tengah jalan masih aja main berhenti ditengah jalan." Ucap Samudra dengan nada yang lebih menjengkelkan, tapi berhasil membuat Ayunda mati kutu. Ayunda tak punya lagi pembelaan diri yang tepat untuk sekarang.

Melihat reaksi Ayunda yang diam, Samudra memilih pergi. Ia kembali ke parkiran dan bersiap menyalakan motornya. Tapi Ayunda buru-buru mendekat, “Eh tunggu dulu! Gue belum selesai," Ayunda meraih lengan Samudra.

Samudra berhenti, matanya menatap gadis itu dengan malas. Satu kata untuk Ayunda, brisik. Hal yang paling dibencinya, “Apa lagi?"

"Gimana dong baju gue?"

"Bukan urusan gue dong."

Ayunda cemberut. Cowok di depannya super menyebalkan, “Tapikan lo yang nabrak gue. Artinya, lo salah. Seenggaknya minta maaf kek! Nggak pantes banget cowok kayak lo sekolah di Kota yang penuh kesopanan ini." Dengus Ayunda sinis, napas gadis itu bahkan memburu hanya karna menahan kesalnya dengan mati-matian.

Sementara itu, Samudra justru mengeluarkan tiga lembar uang lima puluh ribuan dari dalam dompetnya. Dia meraih telapak tangan Ayunda dan meletakkan uang itu di sana, “Lo tanya baju lo gimana, kan? Tuh, buat beli lagi yang baru!" 

Kemudian, Samudra menaiki motornya yang terparkir di sana dan segera pergi. Meninggalkan Ayunda yang masih membulatkan mata dengan rasa kesal yang luar biasa. 

Ayunda meremas-remas uang dalam genggamannya lalu melempar asal, “Cowok rese!! Gue pengen lo minta maaf, lo pikir harga diri gue bisa diganti sama uang lo?"

Ayunda sibuk mengumpat dengan rasa kesalnya pada Samudra. Hingga dia tidak menyadari seseorang berdiri tepat di sampingnya. Laki-laki itu menaruh uang yang Ayunda lempar tadi dalam genggaman Ayunda kembali.

"Sayang kalau dibuang. Mending buat beli baju." 

Kalau kalian belum pernah melihat orang gila, kalian boleh menatap air wajah frustasi Ayunda sekarang. Nggak lucu, di saat dia sedang kesal, pria yang dicintai gadis itu justru datang dan tersenyum hangat sambil menenangkannya.

"Nggak segampang itu, Pak. Dia rese banget. Jelas-jelas dia salah. Tapi minta maaf aja enggak. Nggak punya tata krama gitu. Dia sekolah pasti banyak bolosnya!"

Laut tertawa mendengar penuturan Ayunda. Sedetik setelahnya, pria itu melepas jaket yang ia kenakan, menyampirkan pada kedua bahu Ayunda.

"Nggak mau? Kalau gitu, pakai ini aja. Simpan aja uangnya, lumayan buat beli kuota. Soalnya, nggak mungkin jugakan ketemu sama dia lagi?"

Ayunda masih saja cemberut. Dulu, di pertemuan pertama Laut salah namun bertanggung jawab. Sekarang, orang lain salah dan Laut juga yang bertanggung jawab. 

"Tapi ini bukan gara-gara Pak Laut. Pak Laut nggak perlu kayak gini." 

Ayunda melepaskan jaket Laut. Dia teringat jaket pertama Laut yang tidak dia kembalikan. Mau dikembalikan, udah terlanjur cinta sama pemiliknya. Buat kenang-kenangan aja. Jadi, Ayunda takut jika nanti jaket ini nggak kembali ke Laut dan almari Ayunda kebanyakan jaket Laut.

Namun, sebelum dilepaskan oleh Ayunda, Laut mencegahnya. Membiarkan jaket itu membungkus tubuh mungil Ayunda, “Tapi baju kamu kotor, apa mau saya cuciin?"

"Eh?"

Laut tertawa, dia juga ingat pertemuan pertama mereka dulu. Jika dipikir-pikir, Laut terlalu galak, “Saya mau nyuciin baju kamu, kan bonusnya surga dunia."

"Ah itu," Ayunda tertawa, dua pipinya merona. Dia merasakan seluruh darahnya memanas hingga sampai pada dua telinganya. Refleks, Ayunda mengeratkan jaket Laut di tubuhnya.

Mereka berdua beriringan di sepanjang perjalanan menuju parkiran. Lalu, terjadi dialog seperti ini.

Laut : Kayaknya hidup kamu sial banget ya? Kalau ketemu orang, pasti harus ketabrak dulu.
Ayunda : Iya? Jahat ah Pak Laut.
Laut : Bener, kan? Berapa kali saya nabrak kamu coba? Terus tadi juga ditabrak Samudra. Eh namanya kembar ya?
Ayunda : Iya kembar. Hobinya juga kembar sih, nabrak orang. Rese.
Laut : Rese ya?
Ayunda : Iya.
Laut : Yaudah, kalau gitu saya pergi aja.
Ayunda : Pak Laut.. Jangan pergi.

How do you feel about this chapter?

0 3 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (17)
  • Watermelon16543

    Greget parah 😘

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Ayuni912P

    @PauloCleopatra2339 Karena Author kweren! :D

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @Cantikalucu ya tapi kenyataan Pak Laut nggak sebaik Laudito Nugroho

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @DolphinLuluk Biarin abis Pak Laut jahat. Katanya Guru tapi gak patut digugu dan ditiru

    Comment on chapter END
  • PauloCleopatra2339

    Karakter Ayunda kenapa bisa unyu? Pak Laut juga emesss

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Cantikalucu

    Suka banget pasangan ini. Kalau nyata pasti gemesin ya???

    Comment on chapter SEMBILAN BELAS : Tulip Kuning
  • DolphinLuluk

    Emang ya si Ayunda, sopan santunnya kalau sama Laut suka ngawur. Itu gurumu Ayyyyy :D Gemazz

    Comment on chapter BAGIAN DUA : High Quality Jomblo
  • Ayuni912P

    @FANAMORGANA makasih lho haha

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Ayuni912P

    @Kia_kun katanya cinta itu harus diperjuangkan. Itu cara Rani memperjuangkan cintanya.

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Kia_kun

    Rani s egois....

    Ckckck....

    Ngak sadar sama apa yang udah dilakuin eh malah nambah rugi orang lain

    Comment on chapter TIGA PULUH DUA : Berpisah Itu Mudah
Similar Tags
Temanku Kocak
332      218     1     
Short Story
Aku mempunyai teman yang sangat menyukai tik-tok namanya Awwalia, hampir setiap hari dia mengajak temannya untuk bermain aplikasi itu. Suatu ketika ada temanku yang bernama Eka di kerjain sama Awwalia dengan membuat video tik tok yang membuat teman sekelas menjadi tertawa. Eka pun marah dan kita semua melupakan hal tersebut agar tidak menyinggung perasaan Eka. Hehehehe
Black World
1663      786     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Love and Pain
605      372     0     
Short Story
Ketika hanya sebuah perasaan percaya diri yang terlalu berlebih, Kirana hampir saja membuat dirinya tersakiti. Namun nasib baik masih berpihak padanya ketika dirinya masih dapat menahan dirinya untuk tidak berharap lebih.
Today, After Sunshine
1785      761     2     
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami Baiknya kusimpan saja sendiri Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!
Seteduh Taman Surga
1412      590     3     
Romance
Tentang kisah cinta antara seorang santriwati yang barbar dan gemar membuat masalah, dengan putra Kyai pengasuh pesantren.
14 Days
968      674     1     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
RANIA
2423      872     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
Aleya
2340      739     4     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
Broken Wings
1276      765     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
Trust
1953      818     7     
Romance
Kunci dari sebuah hubungan adalah kepercayaan.