Setiap orang memiliki kisah cintanya masing-masing. Baiklah, kalimat itu terasa masih terlalu luas. Biar kupersempit. Setiap orang dewasa yang pernah dan masih hidup—jika mereka tidak menjomblo plus melajang sejak pubertas pertama kali hingga ajal menjemput—pasti memiliki kisah cintanya sendiri. Ayahku punya, kisah cintanya yang paling fenomenal dan berakibat fatal pada status lajang paling dicari miliknya dimulai ketika dirinya terpesona dengan karyawati magang di perusahaan ayahnya, langsung saat menginterviewnya. Ibuku juga punya, kisah cintanya dimulai ketika bertemu pria yang menghasilkan kepakan sayap kupu-kupu di perutnya saat magang di sebuah perusahaan. Sangat klise. Intinya mereka memiliki kisah cintanya sendiri.
Devan—my big brother—juga sudah memiliki kisah cintanya sendiri. Kisah cinta Devan berawal dari sebuah tragedi yang kupikir sedikit menggelikan ketika satu waktu dulu aku bertanya kisah pertemuannya dengan kakak iparku. Suatu hari yang cerah, di kantin yang penuh sesak oleh mahasiswa yang sudah kelaparan terjadi adu senggol antar mahasiswa. Nah, kakakku menjadi salah satu korban adu senggol yang mengakibatkan segelas jus melayang ke kemejanya. Seorang gadis yang merasa bersalah telah melayangkan jusnya meminta maaf kepada kakakku dan saat itulah kakakku jatuh suka pada mata jernih si gadis, begitu juga dengan kakak iparku yang jatuh suka dengan sorot tajam kakakku. Lagi, terdengar klise. Biarlah, intinya mereka sudah punya kisah cintanya sendiri.
Deandra—my little brother—juga baru mengawali kisah cintanya tiga bulan yang lalu dengan cewek bernama Cinderella. Adikku satu-satunya itu memang berandalan sejati di satu sisi dan di satu sisi lainnya—yang mungkin hanya terlihat olehku—dia juga saudara yang peduli. Ini kukatakan bukan karea dia menjadi sekutu paling setia dalam banyak hal di rumah, tapi lebih karena dia satu-satunya orang di rumah yang bersikap masa bodoh dengan status lajangku yang bisa dikatakan sudah beberapa kali jatuh tempo. Setiap kisah cinta punya awal, dan kisah cinta Deandra juga punya awal. Jika ibu, ayah dan kakakku punya awal kisah cinta yang klise, punya Deandra lebih klise lagi, bahkan agak-agak memalukan menurutku.
Kisah cinta Deandra berawal di satu food court. Jadi, saat itu ayahku baru saja membekukan kartu kredit Deandra untuk mencegah adikku itu boros-borosan secara membabi buta dan tak terkendali. Hari dia mengantri di food court itu, kurasa dia lupa memeriksa keadaan dompetnya terlebih dahulu, tapi yang pasti bukan karena dia lupa jika kartu kreditnya tidak bisa digesek karena ayahku sudah mewarningnya beberapa hari sebelum itu. Saat nampannya sudah full terisi, dia kelabakan karena uang cashnya tak cukup tujuh ribu lima ratus perak untuk membayar makanannya. Ketika pramusaji di konter mengembalikan kartu kreditnya, saat itulah kisah cinta Deandra dimulai.
‘Pakai uangku saja, Kak…’
Deandra jatuh cinta pada cewek SMA yang membayar kekurangan tujuh ribu lima ratus perak untuk nampannya, begitu pengakuannya saat dia bercerita padaku. Baiklah, aku bisa menerka-nerka alasan mengapa cewek SMA itu mau merelakan jajannya untuk menambal kekurangan harga nampan Deandra, kurasa itu bukanlah karena si cewek adalah anak soleha yang dermawan luar biasa, tapi karena si cewek yang tepat berdiri di balik punggung Deandra itu tak kuasa menolak pesona kejangkungan dan keatletisan dari sosok adikku, tidak jika mereka berada dalam jarak sedekat itu. Jadi ya, tentu saja karena itu.
Setiap orang punya kisah cinta masing-masing. Jika hingga hari ini kau belum punya, jangan berkecil hati, mungkin itu akan dimulai esok saat kau tak sengaja tertidur di bahu seseorang dalam sebuah perjalanan, atau lusa saat kau membunuh waktu luang dengan satu cup milkshake di sebuah taman dimana seseorang juga sedang membunuh waktu luangnya di sana, atau minggu depan di wedding party sahabatmu dimana seseorang juga sedang menjadi tamu undangan. Yang ingin kukatakan adalah, tak peduli kapanpun hal itu terjadi, jika kau memang pantas mendapatkan seseorang, maka Tuhan akan memperjalankan seseorang itu menujumu.
Pertanyaannya, seberapa pantaskah kita?
Nah, pertanyaan sialan itulah yang hingga kini masih belum bisa kujawab, bahkan untuk diriku sendiri. Dan lebih sialan lagi, aku mulai merasa jika diriku tak cukup pantas untuk memiliki seseorang dan menulis kisah cinta yang sungguh-sungguh kisah cinta dengannya, yang setiap detilnya begitu memorable, diingat hingga tua dan ompong, diceritakan kembali pada generasi berikutnya, dikenang hingga mati. Sepertinya, ‘setiap orang punya kisah cintanya masing-masing’ tidak berlaku buatku.
Namun aku tak bisa berhenti mendambakannya. Tak peduli apapun statusku, tak peduli setua apapun usiaku, tak peduli kapanpun hal itu terjadi, jika aku memang pantas mendapatkan seseorang, maka Tuhan akan memperjalankan seseorang itu menujuku. Aku hanya perlu bersabar hingga kisah cintaku dimulai, lalu akan kutulis kisah cinta milikku sendiri, seperti ayah dan ibuku menulisnya, seperti Devan Al Farizi dan kakak iparku menulisnya ataupun seperti Deandra Al Fathir dan cewek SMA yang namanya seklasik dongeng Cinderella juga menulisnya. Bisa saja, mengapa hingga sekarang aku belum bertemu seseorang untuk menjalani kisah cinta dengannya bukan karena aku tak cukup pantas, melainkan belum ada seseorang yang cukup pantas untukku. Bisa saja, saat ini Tuhan sedang melempar dadu untuk memilih seseorang yang lebih dari sekedar pantas untuk diperjalankan-Nya menujuku…