Sinb pov
Aku tidak tahu, hari ini sebenarnya hari apa? Kenapa aku sangat sial dihari ini? Ada banyak kejadian yang terus saja menyakiti ku. Bahkan aku sampai lupa bagaimana caranya untuk berhenti menangis? Itu sama sekali bukan gaya ku untuk menjadi gadis cengeng.
Mereka datang menemuiku satu persatu seperti membombardiku dengan belatih tajam. Aku benar-benar merasa tersayat dengan luka yang tak dapat ku prediksi. Terkadang, aku merasa hidup ku berjalan seperti sebuah drama melankolis yang menyedihkan! Tapi ketika aku mengingat semua perkataan Umji? Aku merasa sangat malu sebagai manusia yang terus mengeluh. Nyatanya masih banyak orang yang mengalami hal lebih buruk dari ku di dunia ini.
Aku tidak peduli, bagaimana cara mereka memandang ku? Karena ini adalah hidup ku, bagaimana itu rasanya? Aku sendiri yang merasakannya. Aku hanya ingin lepas dari semua kerumitan ini karena sampai disinilah batas ku.
"Kajja..." Umji berjalan kepadaku dan menuntunku keluar dari kamar inap ini untuk segera kembali ke panti asuhan.
"Tunggu disini...Aku akan mencari taksi dulu." Aku mengangguk dan membiarkannya pergi.
"Apa yang kau lakukan disini?" Mwo? Mau apa lagi dia?
"Apa yang kau inginkan dariku?" Aku tidak bisa tenang melihatnya dihadapan ku.
"Apa kau akan pulang?" Dia menjawab pertanyaan ku dengan pertanyaan baru.
"Itu bukan urusan mu!" Ya Tuhan! Tak bisakah manusia satu ini enyah dari hidup ku?
"Akan ku antar." Ia menggapai tangan ku.
"Shireo! Tinggal kan aku sendiri!" Aku melepas genggaman tangannya.
"Ayo!"
"KIM MINGYU!" Teriak ku keras dan ia terdiam memandangiku dengan ekspresi yang tak mampu ku baca. Apa yang ia inginkan sebenarnya?
"Jebal...Kali ini saja, turuti apa mau ku eoh?" Mwo? Jebal? Tidak biasanya ia mengatakan ini? Haruskah aku mengikuti keinginannya? Ania! Hwang Sinb, jangan pernah lengah dengan namja brengsek sepertinya!
"Apa kau begitu ingin menyiksaku? Kenapa kau selalu mencari gara-gara diharapan ku?" Dan apa yang ia lakukan sekarang? Berdiri dengan kediamannya dan aku tidak tahan dengan tatapan matanya itu.
Ia menghela nafas. "Aku...Ikuti saja, kali ini aku berjanji tidak akan menyakitimu." Ini pertama kalinya aku melihatnya serius tapi tidak dengan nada suaranya yang tinggi.
"Ayo..." Apakah sekarang aku luluh oleh kata-kata manisnya? Ini gila! Aku hampir mati karena tidak tahan dengan ulahnya tapi ini berubah 180 derajat ketika ia mulai berkata lebih pelan dan serius.
Bahkan dengan konyolnya, aku mengikuti langkah kakinya untuk memasuki mobilnya. Ia membukakan pintu untuk ku masuk dan kemudian ia pun masuk. Di depan sudah ada seorang supir beserta seorang pengawal dan aku dapat melihat sekilas sebuah sedan juga berada di belakang kami. Ia tidak akan melakukan sesuatu kan?
"Kau tidak berusaha melakukan sesuatu kan?" Tanya ku dan ia segera menatap ku.
"Apa itu yang selalu ada di fikiranmu?" Pertanyaan aneh!
Ia menghela nafas ketika aku tak menjawabnya. "Katakan kepadaku, apa yang harus ku lakukan? Agar membuatmu merasa nyaman dengan ku?" Hah? Aku tidak salah dengar kan? Kenapa tiba-tiba? Aku tidak bisa percaya, kata-kata seperti ini muncul dari mulutnya.
"Apa kau mendengar ku? Bagaimana caranya agar kau bisa nyaman berada di dekat ku?" Ia mengulangi perkataannya lagi. Dasar! Tidak bisakah namja ini sedikit bersabar?
"Wae?" Tanya ku. Ia mendengus pelan.
"Kenapa kau selalu saja membuat ku kesal sampai akhir." Ungkapnya sambil menatapku serius.
"Seharusnya itu yang ku katakan kepadamu! Kau membuat ku marah sampai akhir dengan alasan yang tak ku mengerti. Kalau kau tidak tau apa yang harus kau lakukan? Kau hanya perlu untuk minta maaf untuk semuanya!" Kataku dengan sedikit meninggikan suaraku. Apa aku sedang memancing seorang serigala untuk menggila sekarang? Hwang Sinb, kau begitu bodoh!
"Aku akan meminta maaf kepadamu tapi kau jawab dulu pertanyaan ku." Heol! Kenapa ada manusia serumit dirinya di dunia ini.
"Katakan!" Kataku tak sabaran.
"Apa yang terjadi dengan keluargamu? Apa kalian memang merencanakan semuanya?" Oh, jadi ini yang membuatnya masih terus mengejarku. Sesungguhnya aku sangat enggan untuk bercerita kepadanya tentang urusan keluarga ku karena ini masalah ku jadi aku tidak ingin siapapun tahu, tapi jika ini membuatnya berhenti menggangguku? Ku rasa, aku harus menceritakannya.
"Ania! Aku sudah lama tidak tinggal bersama Appa atau Eomma. Bahkan tentang perjodohan ku dengan Wonwoo, aku baru tahu darimu. Jadi, aku tidak tau apapun rencana Appaku bahkan perjodohan antara Oppaku dengan gadis yang bernama Bona itu." Kataku.
"Lalu?" Aku mengkirutkan kening ku. Apa yang ia harapkan lagi?
"Lalu? Ku pikir itu sudah cukup untuk kau mengerti. Tidak harus semua hal yang terjadi kepadaku harus ku ceritakan kepadamu kan?" Aku melihatnya mengkirutkan keningnya.
"Tentu saja kau harus mengatakannya." Ah, Hwang Sinb kau lupa? Betapa keras kepalanya namja ini!
"Shireo! Kau juga tidak akan mau jika harus mengatakan semua yang kau alami bukan?" Aku melihat ekspresi terkejutnya.
"Hoh, aku tidak ingin siapapun tau!" Ungkapnya dengan suara pelan kemudian ia menghela nafas lagi namun tak mengatakan apapun. Hari ini aku dapat melihat sisi lain dari seorang Kim Mingyu yang tidak ku ketahui. Ekspresi kebingungan yang langka, apa yang sebenarnya ada di dalam otaknya itu?
Sinb pov
Umji berlari terus untuk mengejar mobil yang membawa sahabatnya tersebut.
"Sinb!"
"Sinb!"
Umji terus berteriak sampai ia merasa kelelahan. Ia berhenti ketika merasa tak dapat menyusul mobil tersebut.
"Apa yang terjadi?" Dua orang pria menghampirinya yang tak lain adalah DK dan Wonwoo.
"Se-se-orang tlah membawa Sinb pergi!" Ucap Umji dengan nafas tersengal-sengalnya.
"MWO?" Kata DK dan Wonwoo bersamaan.
"Kau tau siapa dia?" Tanya DK. Umji nampak berfikir sesaat.
"Namja itu yang membuat Sinb sampai melukai dirinya sendiri. Mingyu...ku rasa mereka memanggilnya seperti itu." Lanjut Umji.
"Kim Mingyu!" Kata Wonwoo dengan wajah penuh amarah. DK menepuk bahu Wonwoo menyadarkannya untuk mengontrol emosinya.
"Tenanglah, kita tidak tau apa yang terjadi bukan?" DK masih berusaha untuk menenangkan Wonwoo.
"Hyung, apa kau tau? Mingyu menyuruhku untuk menjauhinya tapi kenapa ia tidak berhenti untuk mengganggu Sinb? Apa lagi yang direncanakannya sekarang? Aku tidak mau apapun terjadi kepadanya, aku sangat merasa bersalah dengan kecurigaan ku kepadanya." DK sudah menjelaskan tentang rencana perjodohan dan beberapa cerita tentang keluarga Sinb sampai Wonwoo bisa menyimpulkan sendiri bahwa semuanya itu tidak benar bahwa Sinb telah sengaja mendekatinya dan merencanakan semuanya.
"Mungkin ia membawanya ke Panti Asuhan. Kita harus segera mengejarnya." Usul DK dengan segera mereka menuju mobil bersama Umji yang mengikuti mereka.
---***---
Sinb masih berada di dalam mobil Mingyu dengan kecanggungan yang sangat kentara. Setelah Sinb sedikit membeberkan apa yang terjadi, tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Mingyu terlihat sibuk dengan dirinya dan dunianya sementara Sinb terus bersikap waspada. Ia selalu merasa tidak nyaman berada di dekat Mingyu yang memiliki tempramen yang selalu berubah-ubah. Dari banyak karakter manusia di dunia ini, hanya Mingyu yang sangat sulit untuk Sinb mengerti.
"Tuan muda, kita sudah sampai." Suara supir Kang membuyarkan lamunan Mingyu dan Sinb berusaha untuk menghilangkan ketegangannya.
"Jangan turun, tunggu disini. Aku akan membukakan pintunya!" Pinta Mingyu yang membuat Sinb memandangnya tak percaya. Sinb diam dan menunggu Mingyu membukakan pintu mobil dan hal tak terduga yang Mingyu lakukan selalu membuat Sinb tercengang.
Dengan gerakan cepat, Mingyu menggendong Sinb membuat gadis itu membatu untuk sesaat sampai ia tersadar kembali.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sinb dengan panik, ia berusaha untuk turun dari gendongan Mingyu.
"Jangan banyak bicara. Ikuti saja perkataan ku!" Sinb terlihat masih saja berontak.
"Ani, turunkah aku sekarang!" Tolaknya.
"Jangan banyak bergerak, atau aku akan melakukan sesuatu kepadamu!" Mingyu berhenti berjalan dan memandangi Sinb dengan serius membuat gadis itu tak berkutik. Pada akhirnya Sinb menyerah dan membiarkan Mingyu terus menggendongnya menuju kamarnya.
Mingyu membaringkan tubuh Sinb dengan pelan tanpa berkata-kata apapun sementara Sinb terus memandangi Mingyu, perasaannya tak menentu antara tegang, waspada dan kebingungan. Setelah berhasil membaringkan tubuh Sinb, Mingyu duduk disamping Sinb dan pandangan mereka bertemu.
"Mianhae..." Kejutan kesekian kali dari seorang Kim Mingyu. Sinb memandangnya dengan ekspresi yang sama terkejut sementara Mingyu? Namja itu memandangi Sinb dengan ekspresi seriusnya.
"Apa kau tak mau memaafkan ku?" Tanya Mingyu dan Sinb segera mendudukan tubuhnya. Ia menghela nafas panjang.
"Seandainya aku tidak bisa memaafkanmu? Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Sinb dan Mingyu tersenyum.
"Tentu saja, aku akan terus mengejarmu sampai kau memaafkan ku." Sinb sedikit tersenyum, ia lupa bahwa namja dihadapannya ini adalah seorang namja keras kepala yang tak pernah mengenal kata menyerah dan sangat suka melakukan hal-hal gila!
"Kenapa kau tersenyum?" Tanya Mingyu yang sedikit lebih santai ketika melihat Sinb tersenyum.
"Ku pikir, aku harus memaafkan mu. Aku tidak ingin kau terus mengejarku seperti psikopat." Sindir Sinb yang membuat Mingyu tertawa.
"Ah, apakah aku terlihat seperti itu?" Sinb mengangguk.
"Setelah kau memaafkan ku, apakah kau akan membiarkan ku berada di dekat mu kapan pun?" Sinb terdiam, merasa bingung dengan pertanyaan Mingyu.
"Yak, apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" Sinb benar-benar merasa bingung dengan sikap Mingyu yang tak pernah bisa ia baca.
"Apa kau sudah terlanjur membenciku? Sejujurnya aku juga tidak tau, kenapa aku selalu ingin mengganggumu. Aku tidak menyukainya, saat kau tersenyum kepada Wonwoo." Sinb terdiam sesaat berusaha untuk mencerna perkataan Mingyu.
"Wae? Apa ini sebuah jebakan atau apa? Mingyu, aku tidak tau apa yang berusaha kau kejar tapi aku tidak ingin masuk dalam permainan mu bersama Wonwoo." Ungkap Sinb dengan jujur, sesungguhnya selama ini ia merasa Mingyu merencanakan hal tersebut.
"Kenapa kau tidak mau?" Tanya Mingyu, mungkin kah tebakan Sinb benar.
"Karena itu masalah kalian, jadi jika kau menganggap dirimu dewasa? Kau harus menyelesaikannya!" Mingyu tersenyum.
"Kau tau? Kau adalah gadis yang sok dewasa yang pernah ku temui." Sinb mengkerucutkan bibirnya.
"Sok dewasa katamu? Tentu saja aku sudah sangat dewasa!" Elak Sinb.
"Benarkah?" Mingyu menarik tubuh Sinb lebih dekat.
"Yak! Wae?" Teriak Sinb panik. Mingyu tersenyum.
"Jika kau seorang dewasa? Apa kau pernah berciuman sebelumnya?" Rona merah itu muncul saja dari kedua pipi Sinb.
"Jadi yang waktu itu adalah pertama kalinya." Mingyu tertawa mengingat pertemuan pertamanya dengan Sinb dan langsung menciumnya.
"Yak! Berhenti menggodaku!" Pekik Sinb sambil memukuli dada Mingyu kesal dan juga malu.
"APA YANG KAU LAKUKAN KEPADANYA!" Wonwoo segera meraih kerah baju Mingyu dan memukul wajahnya.
BUAK
"KAPAN KAU AKAN BERHENTI MENGGANGGUNYA!" Teriak Wonwoo yang penuh dengan amarah.
"Hentikan Wonwoo!" Sinb berdiri untuk melerai mereka dan DK sudah berusaha memegangi Wonwoo.
"Wae? Kau tak terima? Ayo hadapi aku sekarang!" Mingyu akan maju tapi Sinb melarangnya.
"Wae? Apa kau tak ingin calon tunangan mu ini terluka?" Sinis Mingyu membuat Sinb serba salah.
"Ani, ini Panti Asuhan. Jaga sikap kalian!" Terang Sinb.
"Ku peringatkan! Jangan mengganggunya! Dia akan segera bertunangan dengan ku!" Sinb cukup terkejut dengan ucapan serius Wonwoo.
"Hahaha...Apa kau yakin? Apa kau benar-benar menyukainya? Atau kau ingin mempermainkannya seperti Bona? Kau harus memikirkan ini, aku tidak akan menuruti perkataanmu! Itu hanya perjodohan konyol, sebelum Sinb mengatakan bahwa ia menyukaimu! Aku akan tetap mengganggunya." Mingyu meraih tangan Sinb dan memciumnya membuat Sinb, Wonwoo dan DK terkejut.
"Brengsek kau!" Teriak Wonwoo hendak menyerang Mingyu tapi DK berusaha untuk menghalanginya.
"Mingyu! Pergilah dari sini!" Pinta DK mulai bicara.
"Ani! Kenapa hanya aku? Apa kau berpihak pada Wonwoo sekarang hyung?" Tanya Mingyu dengan marah.
"Ani, aku hanya tak ingin baik kau atau Wonwoo melukainya. Sinb sudah ku anggap seperti saudari ku sendiri, jadi keluarlah dari sini. Jangan keras kepala atau aku akan memanggil Scoup untuk melumpuhkan kalian berdua!" Tegas DK yang terlihat serius. Bukan mereka tidak tau bagaimana seorang Scoup? Jika mau, ia bisa mematahkan tulang mereka dalam beberapa menit. Maka dari itu, Mingyu dan Wonwoo dengan sangat terpaksa pergi dari kamar Sinb.
Kini hanya tinggal DK dan Sinb.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya DK membuat Sinb menghela nafas.
"Aku tidak tau hyung. Ini membingungkan!" Keluh Sinb.
"Siapa yang membingungkan? Kau atau mereka? Sikap mereka sudah sangat jelas kepadamu, kau hanya perlu memilih. Sudah cukup kau membentengi dirimu dengn dinding kokoh, saatnya kau membuat pintu masuk." Nasehat DK yang memang begitu mempedulikan Sinb.
"Aku takut hyung...Takut mereka hanya mempermainkan ku dan membuang ku jika aku sudah tak menarik lagi." Ya, Sinb merasa takut ditinggalkan untuk kesekian kalinya lagi.
"Aku cukup mengenal mereka dan aku tau kapan mereka bermain-main atau pun serius. Bukankah kau tau, hidup memang seperti ini tapi kalau kau selalu ragu maka kau akan tetap berjalan ditempat yang sama dan merasakan kesakitan itu sendirian." Sinb terdiam dengan pikiran kalutnya.
"Masih banyak waktu, bukan kah kau pernah merasakannya, menyukai seseorang? Tidak sulit bukan, untuk menentukan pilihan? Kemasi barangmu dan pulang bersama kami."
"Tapi hyung..."
"Aku akan menunggumu di luar." DK memotong perkataan Sinb membuat gadis itu tak bisa berkata apa-apa lagi.
Sinb duduk ditempat tidur dan Umji masuk dengan wajah paniknya.
"Apa semua baik-baik saja?" Tanyanya dan Sinb hanya diam.
"Sinb-ah..." Panggilnya lagi.
"Aku tidak tau, sepertinya aku harus kembali ke Seol." Lirih Sinb.
"Kau yakin?" Tanya Umji yang tak percaya. Segera Sinb mengangguk.
Setelah beberapa menit berlalu Sinb keluar dengan Umji yang membawa barang-barangnya. Di luar sudah ada DK, Mingyu dan Wonwoo yang menunggunya, Scoup, Yuju dan Sowon baru saja datang.
"Ayo, ikut dengan mobil ku." Mingyu segera meraih tas Sinb tapi Wonwoo menghalanginya.
"Biarkan dia memilih." Kata Wonwoo memandang Mingyu tajam membuat Sinb semakin bingung.
"Yak! Ada apa dengan kalian? Sinb hanya akan ikut dengan ku! Dia akan pulang kerumah Yuju, jadi kalian tidak harus sekeras kepala ini." Omel Scoup yang terlihat kesal dengan Wonwoo dan Mingyu. Scoup segera meraih tas Sinb dan menariknya untuk segera masuk kedalam mobilnya.
"Kenapa mereka seaneh itu?" Tanya Yuju dan Sinb hanya diam tak mampu menjawabnya.
Mereka pun memasuki mobil Scoup dengan Yuju duduk bersama Scoup didepan sementara Sinb dibelakang.
"Bodoh! Bagaimana mereka bisa melakukan hal bodoh untuk kedua kalinya?" Umpat Scoup.
"Apa maksudmu?" Tanya Yuju yang tak mengerti.
"Kalau mereka terus bertingkah seperti ini, perang besar akan segera terjadi. Sinb, kau harus segera menyelesaikan ini!" Seketika Sinb mengerutkan keningnya.
"Wae?" Tanyanya tak mengerti.
"Kau harus memilih salah satu diantara mereka atau tidak sama sekali." Terang Scoup membuat Sinb memegangi kepalanya yang berdenyut.
---***---
Pagi ini hujan memenuhi kota Seol. Sinb menatap kosong rintik hujan yang semakin lebat. Hari ini, ia masih akan tetap dirumah dan DK yang akan mengurus segala administrasi yang perlu Sinb lakukan untuk masuk lagi di Jeon Ho High School. Terkadang Sinb merasa bersyukur memiliki seorang teman sekaligus kakak seperti DK dan Scoup, meskipun tak ingin mengatakan ini tapi Sinb ingin berterima kasih kepada Joshua karena telah memperkenalkan dirinya dengan kedua namja itu.
"Aku berangkat!" Yuju berpamitan membuat Sinb sedikit tersentak dari lamunannya.
"Kau akan pergi bersama paman?" Tanya Sinb dan Yuju menggeleng cepat.
"Aku akan berangkat dengan Mamjachingu ku." Kata Yuju dengan aegyonya membuat Sinb seketika menatapnya horor.
"Yak! Siapa yang mengajarimu seperti itu? Dia kan? Jangan lakukan itu didepannya atau namja mana pun! Kalau tidak? Aku akan menarikmu pulang!" Ucap Sinb dengan histeris.
"Wae? Apa kau mengakui bahwa aku begitu imut?" Canda Yuju membuat Sinb menggelengkan kepalanya.
"Ani! Kau seperti gadis yang ingin di cium. Aigo..." Sinb mengelus dadanya.
"Aku tidak peduli! Selama Scoup oppa menyukainya, aku akan melakukannya sepanjang waktu." Sinb menatap Yuju seolah mengatakan 'apa kau gila?'
"CHOI YUJU!"
"Ada apa? Kenapa ribut sekali?" Tn. Choi datang bersama seseorang. Mata Sinb membulat ketika mengenali sosok dibelakang Tn. Choi.
"Kau sudah tau siapa dia kan? Tuan Muda Wonwoo, ia ingin menemuimu." Katanya dengan ekspresi senang, Tn. Choi sepertinya tidak tau, apa yang terjadi diantara mereka berdua. Sinb menghela nafas dan ekspresi wajahnya berubah suram.
"Kalau begitu aku akan meninggalkan kalian berdua. Ayo Appa..." Yuju segera menarik lengan Appanya untuk memberikan mereka berdua privasi. Ia tahu bahwa pembicaraan ini tidak akan mudah.
Sinb mengalihkan pandangannya pada jendela, ia mengacuhkan Wonwoo yang terus menatapnya. Hening dan Wonwoo nampak berfikir dan bingung.
"Mianhae..." Katanya dengan susah payah. Sinb memejamkan matanya sesaat kemudian menatap Wonwoo dengan lelah.
"Wae? Kenapa kau tiba-tiba minta maaf? Bukankah kemarin kau masih bertanya tentang dugaanmu itu?" Tanya Sinb dengan sinis.
"Aku tahu, aku salah! Mencurigaimu adalah kesalahan terbesar ku." Lirih Wonwoo, wajahnya terlihat begitu sedih. Sinb masih tetap diam dengan memejamkan matanya.
"Katakan sesuatu, kenapa kau diam?" Wonwoo bertambah sedih ketika Sinb tak menunjukkan reaksinya.
"Apa yang harus ku katakan? Aku masih kecewa kepadamu. Ku pikir kita adalah teman tapi kau masih saja menganggapku seperti orang asing." Ungkap Sinb sambil terus menghela nafas, berusaha menetralkan emosinya.
"Aku tidak menganggap mu orang asing." Sangkal Wonwoo.
"Kalau kau tidak menganggap ku sebagai orang asing, kau akan mempercayaiku." Wonwoo diam sesaat sebelum akhirnya ia berbicara lagi.
"Maafkan aku, aku hanya merasa terpukul. Karena aku mulai menyukaimu dan tiba-tiba saja aku harus mendengarkannya rencana keluargamu dari Mingyu." Sinb tersenyum getir.
"Kau sangat terlihat lebih mempercayai Mingyu dibandingkan diriku. Wonwoo...Sebenarnya apa arti diriku bagimu?" Tanya Sinb secara tiba-tiba membuat Wonwoo membatu. keheningan dan kecanggungan tiba-tiba hadir memenuhi ruang diantara mereka berdua.
"Kau tak perlu menjawabnya. Aku sudah melihatnya cukup jelas dari wajah mu dan aku juga sudah memaafkanmu, kau boleh pergi sekarang!" Wonwoo tak bergeming membuat Sinb kini memandangnya dengan ekspresi datar itu.
"Dan tentang perjodohan itu, kau tidak usah khawatir. Aku akan mengurus semuanya." Kata Sinb dengan senyum keterpaksaannya dan Wonwoo pun berlahan pergi.
Kini hanya tinggal Sinb sendiri sembari memandangi hujan yang semakin lebat tanpa ia sadari air matanya menetes membasahi pipi chubby miliknya.
Sinb pov
Kenapa hati ku begitu sakit?Hanya mengingat nama mu saja, hatiku sudah merasa sakit. Wonwoo, aku tidak mengerti kenapa aku harus sekecewa ini denganmu? Tidak seperti ketika Mingyu melalukan hal lebih buruk dari dirimu. Aku bisa memaafkan semua yang dilakukan oleh Mingyu tapi kau? Hanya dengan melihat tatapanmu yang penuh keraguan terhadap diriku saja, sudah cukup membuatku sakit.
Mulai dari sekarang, aku akan membenci hujan karena hujan akan mengingatkan ku pada dirimu. Mengingatkan diriku dengan hari ini dan kejelasan arti diriku dimatamu. Maafkan aku, mungkin ini akan menjadi akhir dari pertemanan kita. Aku tidak bisa lagi terus berada di dekatmu dan bertingkah seperti tidak terjadi apapun! Entah semenjak kapan? Aku sudah tidak dapat mengendalikan semua emosiku terhadap mu.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi hari esok? Karena kehidupan memang tidak mudah untuk di tebak. Melihat hubungan kita yang seperti ini, aku tidak berani untuk menemuimu. Aku benar-benar tidak mengerti dengan perasaanku saat ini? Aku benar-benar merindukan saat-saat kau menghiburku dengan segala leluconmu. Aku merindukannya sungguh! Tapi aku cukup sadar, kita sudah tidak bisa melakukannya lagi.
Pada akhirnya hanya tinggal diri sendiri tanpa siapapun yang tau apa yang ku rasakan.
Sinb pov end
---***---
Sudah dua hari lamanya Sinb menghabiskan waktunya dirumah pamannya. Hari ini, ia sudah bertekat untuk menemui Appanya dan memberanikan diri untuk menolak perjodohan tersebut. Ia melakukan ini agar besok ketika ia sudah mulai bersekolah lagi, tidak akan merasa canggung saat bertemu dengan Wonwoo. Sinb dan Appanya berjanji bertemu di sebuah restaurant milik keluarga Wonwoo, sebenarnya Tn. Hwang ingin Sinb datang ke kediamannya tapi Sinb menolaknya. Ia tidak ingin bertemu dengan wanita itu, wanita yang membuat Appanya tidak pernah mencintai eommanya dan wanita itu membuat ia merasa hina karena menyukai kakak kandungnya sendiri Joshua.
Sinb berjalan pelan menuju sebuah meja kosong yang sudah di tunjuk oleh salah satu pelayan. Rupanya Tn. Hwang sudah memesankan sebuah meja untuknya tapi Tn. Hwang belum terlihat. Sinb duduk dan memesan orange jus dan menunggu dengan tenang sampai seseorang wanita datang menghampirinya. Sinb sedikit terkejut ketika mengenali sosok tersebut.
"Bibi..." Sinb segera bangkit dari tempat duduknya untuk memberikan hormat.
"Ah, kau tidak perlu seperti itu. Duduklah..." Wanita paruh bayah itu menyuruh Sinb segera duduk kembali dan ekspresi Sinb terlihat tegang.
"Apa yang membuat bibi kemari?" Tanya Sinb dengan ragu.
"Tn. Hwang mengundang ku datang kemari dan mungkin sebentar lagi Wonwoo juga akan segera datang." Mata Sinb seketika membulat sempurna. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan selang beberapa saat Wonwoo sudah berjalan mendekat.
"Eomma..." Panggil Wonwoo tanpa tau siapa yang sedang berada dihadapan eommanya yang duduk membelakanginya, membuat Wonwoo tidak mengenali sosok tersebut.
"Duduklah di sebelah Sinb." Sama halnya dengan Sinb, Wonwoo terlihat terkejut tapi ia tetap duduk di sebelah Sinb.
"Kalian benar-benar tidak tau apa yang akan kami bicarakan?" Tanya Ny. Jeon dengan wajah berseri-seri, sungguh ia terlihat begitu cantik di usianya yang sudah tak mudah lagi. Sinb hanya menanggapinya dengan senyum keterpaksaan sementara Wonwoo terus memandangi Sinb.
"Apa kalian sudah lama menunggu?" Suara barito khas pria sudah berada di tengah-tengah mereka, ia adalah Tn. Hwang berserta istrinya yang membuat wajah Sinb bertambah suram.
"Tidak, kami baru saja datang. Mungkin putrimu agak lama menunggu, maafkan kami Sinb-ah." Ny. Jeon terlihat sekali begitu menyukai Sinb dan Sinb yang sebenarnya tidak ingin melukai perasaan Ny. Jeon hanya tersenyum.
Sinb tidak pernah menduga bahwa Appanya akan mengajak serta keluarga Wonwoo. Sinb rasa, Appanya sengaja melakukan ini! Agar ia tidak bisa menolak keinginannya. Picik! Sinb hanya mampu mengumpat dalam hati.
"Ku rasa dia yang lebih bersemangat." Sahut Ny. Hwang, eomma tiri Sinb yang seketika membuat Sinb bertambah kesal saja tapi Sinb sekuat tenaga berusaha untuk menahannya.
Saat semua orang sudah duduk dan siap untuk menyantap beberapa makanan dan minuman yang mereka pesan. Sinb menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan keinginannya.
"Appa..." Panggil Sinb dengan suara datarnya. Membuat perhatian semua orang kini beralih kepadanya.
"Makanlah makananmu, nanti kita akan bicara." Perintah Tn. Hwang, Sinb menghela nafas kesal. Sial! Nampaknya Tn. Hwang tidak akan membiarkan Sinb berbicara sedikit pun. Saat Ny. Jeon menatapnya dengan senyum, Sinb mengurungkan niatnya dan melahap makanannya kembali. Ia sama sekali tak berani menatap Wonwoo meskipun Wonwoo terus-terusan menatapnya.
"Aku akan pergi ke toilet." Kata Sinb yang segera meninggalkan meja makan.
"Yeobo, aku juga..." Ny. Hwang menyusul Sinb.
Kini Sinb berada didalam toilet, ia membuka wastafel dan membasahi tangannya dengan air. Ia butuh menenangkan diri dari rasa kesalnya.
"Kau tidak akan bisa membatalkannya." Ny. Hwang sudah berada di samping Sinb. Ia sangat kesal sekarang dan wanita ini datang memperburuk keadaan.
"Aku tidak meminta pendapatmu!" Ketus Sinb.
"Aku hanya memberimu saran. Bukankah kau cukup mengenal Appamu? Bahkan bibi juga tidak bisa menyelamatkan Joshua dalam perjodohan ini." Sinb menghela nafas lelah, ia tau bahwa yang di katakan wanita ini benar adanya. Tapi, Sinb sudah terlanjut membenci wanita ini jadi apapun yang keluar dari mulutnya seperti sebuah bom bagi Sinb.
"Aku tidak butuh saranmu! Kalau saja kau bisa mencegahnya untuk tak pergi dari sisimu saat itu, mungkin dia tidak akan melukai eomma." Kata Sinb dengan nada tingginya.
"Kenapa kau berbicara seperti itu? Jika Appamu tidak menikahi eommamu, kau tidak akan ada sekarang." Mata Sinb berkaca-kaca menatap wanita itu dengan geram.
"Lebih baik aku tidak dilahirkan! Kalau hanya kalian jadikan alat untuk ke egoisan kalian!" Teriak Sinb yang segera pergi meninggalkan wanita itu.
Diluar ketika Sinb berjalan tergesa-gesa sambil terus mengusap air matanya tanpa sadar ia menabrak tubuh seseorang yang tak lain adalan Wonwoo.
"Wae?" Tanya Wonwoo yang dapat melihat sisa air mata di pipi Sinb. Wonwoo ingin mengusapnya namun Sinb menghalanginya.
"Jangan mengasihaniku!" Ucap Sinb dengan datar yang kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan Wonwoo sendiri.
Wonwoo pov
Kenapa ia menangis? Apa yang terjadi? Oh, apa karena wanita ini? Wanita yang merupakan eomma tirinya?
Aku tidak mengerti, apa aku melakukan kesalahan?
Perkenalan yang terlalu singkat, sampai mencapai titik kenyamanan saat aku bersamanya. Bahkan aku yang tak pandai untuk menghibur seseorang, dengan alami aku bisa menghiburnya. Saat bersama Bona aku tidak bisa merasa memiliki seorang teman tapi Sinb berbeda.
Alasan ku tak bisa mengatakan apapun saat ia bertanya tentang arti dirinya bagiku? Karena aku memang bingung, aku merasa ini tidak masuk akal. Rasa terpukul yang secara tiba-tiba karena dugaan tak berdasar Mingyu dan aku--aku masih merasa cemburu saat melihat Bona bersama namja itu karena itu aku tak bisa mengerti diriku.
Sinb bagiku? Seorang teman, hanya itu. Tapi saat itu ia menghilang, aku mulai merasa merindunya namun perasaan benciku semakin bertambah mengingat kebohongannya sampai hari itu Eunha menelepon ku, memberi tahu keberadaannya. Aku sangat khawatir, ingin segera menemuinya tapi fikiran ku melarangnya!
Saat aku tak sadar pergi menemuinya, disana aku mengajukan pertanyaan yang sama dan ia mengusirku. Aku kecewa tapi perasaan bersalah itu membebaniku saat DK hyung menceritakan semuanya. Aku telah salah!
Ketika Mingyu membawanya pergi? Aku takut, khawatir karena aku cukup tahu bagaimana Mingyu. Tapi terakhir kali aku melihat mereka begitu akrab, apa yang sebenarnya ku lewatkan?
Bahkan sampai detik ini, masih banyak pertanyaan yang timbul dalam otak ku. Aku ingin berteman dengannya tapi aku tidak tau apa yang ia mau? Dan apakah aku bisa memberikan apa yang ia mau? Kalau seandainya ia mengatakan ingin membatalkan perjodohan ini? Apakah kami masih bisa berteman? Mungkin saja tidak! Karena selama di meja makan ia tidak pernah menatap ku sama sekali. Entah kenapa? Aku merasa kami sudah sangat jauh dan aku sangat membenci ini!
Apa yang harus ku lakukan sekarang?
Wonwoo pov end
Wonwoo segera menyusul Sinb yang kini telah duduk di tempat duduknya kembali, ia memakan makanannya berlahan namun terlihat jelas bahwa ia tidak setenang itu. Sinb hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan keinginannya. Wonwoo cukup mengerti dengan gelagat Sinb dan mampu menduga apa yang akan gadis itu lakukan sekarang.
"Sebenarnya..." Sinb belum selesai berbicara, Wonwoo memotongnya.
"Aku ingin perjodohan kami dipercepat!" Seketika perhatian teralih pada Wonwoo dan Sinb menatapnya tak percaya.
"Ani, kami tidak..." Sinb berusaha untuk menyangkalnya.
"Tidak ingin berlama-lama. Ku rasa eomma cukup mengerti, gadis seperti Sinb begitu banyak yang mengincar di sekolah." Wonwoo memotong perkataan Sinb lagi membuat semua orang tertawa.
"Hahahaha..." Tn. Hwang tertawa
"Aku tidak percaya kau begitu menyukainya." Goda Ny. Jeon.
"Ku rasa sudah tidak ada masalah lagi." Lanjut Tn. Hwang.
"Tapi Appa..." Sinb masih belum menyerah.
"Kalau kau malu, lebih baik kau diam!" Saran Wonwoo dengan memegang tangan Sinb berusaha untuk menundukkan gadis itu. Sinb terlihat ingin memakan Wonwoo hidup-hidup tapi ekspresinya berubah ketika Ny. Jeon memperhatikannya.
"Baiklah, bagaimana kalau pertunangan kalian diadakan minggu depan?"
"MWO???" Kata Sinb dan Wonwoo bersamaan memandang Ny. Jeon tak percaya.
"Wae? Bukankah kau ingin dipercepat? Kenapa kau terlihat terkejut seperti itu?" Kata Ny. Jeon dengan senyum gelinya.
"Ani, bukan seperti eomma..." Wonwoo terlihat kesulitan menjawab pertanyaan eommanya.
"Mungkin seharusnya kita tidak perlu bertunangan!" Sinb mencuri start dan Wonwoo kecolongan.
"Apa maksudmu nak?" Tanya Ny. Jeon dan Wonwoo nampak berfikir keras.
"Eomma, dia hanya bercanda. Kau ini bagaimana? Tidak mungkin kita akan menikah di usia mudah!" Wonwoo merangkul bahu Sinb dan menutup bibirnya dengan tangannya.
"Lebih baik kalian pergi, biar aku yang mengurusnya." Ucap Wonwoo dengan tertawa. Ketiga orang tua itu hanya mampu tersenyum geli melihat tingkah laku dua remaja tersebut.
"Yak! Apa kau sinting? Mempercepat pertunangan katamu?" Teriak Sinb ketika Wonwoo sudah melepaskan tangannya dari mulut Sinb.
"Tenanglah, ini hanya sementara. Kita hanya mengikuti permainan mereka sesaat, nanti aku akan fikirkan bagaimana caranya mengakhiri semua ini." Bujuk Wonwoo dan Sinb menggeleng tak percaya.
"Kau tidak tau bagaimana pria tua itu!" Sinb terlihat sangat kesal karena Wonwoo menggagalkan rencananya tapi tanpa ia tahu Wonwoo tersenyum karena melihat Sinb sudah tidak secanggung seperti tadi kepadanya. Sinb terlihat kembali seperti dirinya yang dulu.
"Aku memang tidak tau, tapi aku tidak sebodoh itu." Seketika Sinb memandang Wonwoo menghela nafas kesal.
"Aku tidak mau tau! Kau harus segera menemukan cara itu, kalau tidak? Aku akan membanting mu berkali-kali sampai tulangmu patah!" Ancam Sinb yang segera meninggalkan Wonwoo sendiri.
Ketika hanya tinggal Wonwoo, namja itu menghela nafas lelah.
"Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bodoh kau Wonwoo! Biarkan saja semuanya, setidaknya aku masih bisa melihatnya kapan pun aku mau." Guman Wonwoo sambil tersenyum.