Wonwoo duduk diatas sebuah bangku dan menatap deretan gedung menjulang tinggi yang kini berada dihadapannya. Pikirannya seolah berkelana ke dimensi lain, dimensi yang mengingatkannya pada masa-masa dimana ia masih berteman akrab dengan Mingyu dan sosok gadis yang tersenyum bersamanya. Hatinya terenyuh, mengingat kenangan itu.
"Kim Bona...Apa kau bahagia sekarang? Apa kau tidak melihat kami seperti ini?" Gumam Wonwoo dengan senyum sinisnya, tak lama handphonenya bergetar.
Drett~Drett
Wonwoo menghela nafas sebelum ia benar-benar mengangkat telpon itu.
"Wae?" Tanya Wonwoo dengan malas.
"Ne eomma." Ucapnya kemudian ia menutup handphonenya dan segera bangkit dari bangku, kemudian berjalan menuruni tangga karena barusan ia berada diatap.
---***---
Sinb pov
Aku tidak percaya ini! Bagaimana bisa Scoup hyung bersama Yuju???
"Katakan sesuatu! Aku tidak suka melihatmu diam seperti itu, kau sangat menakutkan!" Apa dia sedang mengeluh tentang sikap ku sekarang? Yang benar saja! Aku pikir dia ingin mati ditangan ku saat ini!
"Yak! Apa kau sudah gila? Aku tidak akan membiarkan mu mempermainkannya!" Inikah yang kau inginkan? Keterusterangan ku?
Dan apa yang dilakukan namja ini? Ia dengan segala kepercayaan dirinya, menggeser tempat duduk disebelah ku dan mulai membual tentang kisah cintanya.
"Aku menyukainya semenjak ia kelas 10 dan aku tidak menyangka bahwa dia adalah saudaramu. Yak! Seharusnya kau merasa senang karena aku menyukainya haha." Apa dia sedang membanggakan dirinya? Ah namja bodoh ini!
"Wae? Kenapa kau menatap ku sinis seperti itu? Tenanglah, Yuju akan aman dengan ku." Ah, menyebalkan sekali!
"Aku justru tidak tenang jika kau bersamanya dan berhentilah bertingkah seperti ini hyung, kau menyebalkan!" Aku menepis tangannya.
"Hahaha...Kau harus menerima takdirmu. Aku akan menjadi saudaramu nanti jadi kau harus lebih baik lagi kepada ku." Apa dia sedang berhayal?
"Ka! Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu." Kenapa semua orang begitu menyebalkan hari ini? Pertama duo trouble maker itu dan sekarang Scoup hyung.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Wah, dia tidak mau menyerah?
"Hyung..."Panggil ku pelan.
"Wae?" Haruskah ku katakan segala kegundahan ku kepadanya?
"Aku ingin pindah sekolah."
Pletak
"Yak! Hyung!" Aish, kenapa dia selalu muncul dengan menyebalkan seperti ini. Si pria gila ini!
"Yak! Apa kau gila? Kau ingin pindah sekolah? Andwae! Kau harus tetap disini!" Ada apa dengannya? Kenapa dia bertingkah seperti ajumma-ajumma!
"Hahaha...Katakan dengan jujur, apa ini karena mereka?" Wah, tidak biasanya Scoup hyung pintar seperti ini?
"Anio, aku hanya ingin hidup tenang. Aku sudah memikirkan ini semalaman." Aku melihat DK dan Scoup hyung menatapku dengan serius. Haha, sudah lama aku tidak pernah mengerjai mereka.
"Memikirkan apa?" DK hyung yang tak sabaran.
"Haruskah aku tinggal bersama adik nenek di pulau Jeju?" Tanyaku dan apa yang kulihat? Mereka terlihat shock dan membisu. Ah, mereka berdua selalu berlebihan.
"Apa kau tidak suka satu sekolah dengan kami?" Pertanyaan yang selalu dapat ku duga dari scoup hyung.
"Bukan itu!" Kata ku sambil menghela nafas.
"Lalu?" Bahkan kali ini DK hyung juga bertanya.
Aku tidak tau apa yang harus ku katakan kepada mereka. Aku hanya merasa lelah dan tak memilik tenaga untuk terus menjalani hidup ini. Pengecut bukan? Ya, begitulah diriku, aku belum menemukan sesuatu yang mampu membantuku untuk bangkit dari keterpurukan ini. Aku merasa ini sudah terlalu dalam dan tenaga ku sudah habis untuk menjadi keras kepala seperti biasanya.
"Aku lelah dan tak memiliki tenaga untuk menjadi sekeras dulu." Mereka berdua diam dan menatap ku dengan ekspresi seolah mencoba mengerti kemudian aku melihat DK hyung menghela nafas.
"Ania! Kau disini saja, ada kami yang bisa mengurusmu. Kau tak perlu pergi terlalu jauh dan berhentilah bersikap seolah kau sendiri disini." Aish! DK hyung yang selalu lebih mengerti diriku dibandingkan siapapun. Ku rasa selama ini Joshua oppa dan Scoup hyung selalu kerepotan menanganinya karena ia tidak bisa dibohongi dengan cara apapun!
"Kenapa kalian bersikap seperti ini? Jam istirahat sudah berakhir dan aku akan kembali ke kelas." Ucapku yang tidak mau mendengar apapun bentuk protes dari mereka, melelahkan!
Aku berjalan melewati lorong sekolah yang nampak begitu sepi dan aku menemukan seseorang yang berjalan berlawan arah. Ia seorang gadis yang begitu cantik dan anggun, senyumannya benar-benar memikat. Jika aku seorang namja, mungkin aku akan menyukainya haha...
"Kim Bona!" Mendengar panggilan itu, gadis cantik itu menoleh. Kim Bona? Jadi namanya Kim Bona? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu tapi dimana? Aku melihat Eunha berjalan dengan cepat melewatiku. Aneh, biasanya ia akan berusaha menggangguku jika ia bertemu dengan ku tapi sekarang dia mengabaikan ku?
"Wae?" Aku melihat gadis bernama Kim Bona itu bertanya dengan ekspresi kesal?
"Untuk apa kau kembali? Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kembali." Apa itu sebuah ancaman? Kenapa Eunha nampak membencinya sementara gadis yang bernama Bona itu hanya tersenyum.
"Kau sudah membuat kekacauan disini! Apa sekarang kau akan membuat semuanya bertambah kacau?" Kali ini aku melihat Eunha berteriak dengan emosinya yang besar. Aku tidak pernah menyangka bahwa yeoja bertubuh kecil seperti Eunha punya kekuatan untuk berteriak dan berbicara dengan emosi tanpa henti, sejujurnya itu sangat melelahkan!
"Benarkah? Aku tidak menyangka kau sangat peduli tentang diriku tapi aku tau kau tidak benar-benar peduli tentang diriku bukan? Sebenarnya, apa yang membuatmu cemas eoh? Bukankah kau akan bertunangan dengan Mingyu? Wow! Itu menakjubkan! Kau berhasil menaklukannya bukan? Atau kau masih menggunakan cara murahan mu itu?" Wah, ku rasa mereka sama-sama pandai berbicara. Lihatlah kata-katanya benar-benar sesuatu!
"KIM BONA!!!" Kali ini teriakan Eunha lebih keras membuat mereka menjadi perhatian beberapa siswa dan apa yang ku lihat seseorang datang meramaikan percecokan ini.
"Mingyu..." Bahkan mereka kompak sekali memanggil namanya. Aku tidak dapat menggambarkan seperti apa ekspresi Mingyu saat ini? Ia terlihat marah? Tapi ia juga terlihat tak sabaran? Apa yang terjadi sebenarnya? Hwang Sinb, seharusnya kau tak berada disini! Kau tidak ingin terlibat masalah lagi bukan? Maka pergilah sekarang! Baiklah, aku harus pergi dari sini. Aku pun membalikkan badan ku dan melangkah berlawanan arah, kenapa disekolah ini penuh dengan problematik yang sangat tidak penting!
"Kau tidak boleh pergi!" Dan sepertinya dramanya akan segera dimulai. Hwang Sinb kau harus segera pergi, harus!
"HWANG SINB!!!" Mwo? Wae? Kenapa dia memanggil nama ku. Mungkin aku berhalusinasi.
"HWANG SINB, APA KAU TULI???" Kunyuk sialan itu!
"WAEYO??" Balas ku sambil menoleh kepadanya dan mendapati Mingyu berjalan mendekatiku. Sekarang, apa lagi rencananya?
"Ikut dengan ku!" Ia menarik tangan ku dengan cepat!
"Yak! Shireo!" Aku berusaha melepaskan genggaman tangannya dari tangan ku tapi itu terlalu sulit. Haruskah aku membantingnya? Ania! Aku sudah membantingnya kemarin dan sekarang? Aish, sebenarnya namja ini manusia atau bukan? Kenapa ia selalu membuat masalah dengan ku? Aku benar-benar ingin membunuhnya!
Ok! Kali ini aku akan mengikuti permainannya!
Seperti yang ku duga, Mingyu membawaku kehadapan dua yeoja yang kini memandang kami dengan tatapan berbeda. Eunha dengan kemarahannya dan yeoja bernama Kim Bona itu? Terlihat bingung memandang kami.
"Kau lihat yeoja ini?" Mata Mingyu tertuju pada yeoja yang bernama Kim Bona.
"Dia adalah seseorang yang Wonwoo sukai." MWO????
"Yak! Kim Mingyu..." Kenapa dia harus membual?
"Diam! atau aku akan bertindak kasar kepadamu!" Kunyuk sialan ini! Beraninya dia menantangku?? Tapi kenapa ekspresi yeoja itu berubah? Ia terus menatap ku dengan ekspresi sedihnya mungkin?
"Wae? Kenapa kau mengatakan ini kepadaku?" Kali ini ia bertanya.
"Tentu saja agar kau tau dan berhenti mempermalukan dirimu!" Apa gadis ini yang membuat Wonwoo dan Mingyu saling bermusuhan? Wae? Ah, apapun itu aku tidak peduli! Mereka terus bermain-main dengan ku dan ini membuatku marah!
"Hentikan! Aku muak dengan semua ini." Hidup ku sudah sangat luar biasa kacaunya dan sekarang kalian akan menambahnya? Jangan bercanda!
"Aku tidak menyuruhmu untuk berbicara." Bahkan kini Mingyu menggenggam tangan ku lebih keras. Sial! Ia benar-benar menginginkan ini rupanya?
BRUG
"Arrggghhh...KAU!" Berhasil! Aku berhasil menjatuhkan tubuhnya.
"Wae? Apa kau menyukainya? Mau lagi?"
"Yak! Berani sekali kau melakukan itu kepada Mingyu." Yeoja pembual ini! Aku menatap Eunha yang pongah itu.
"Apa kau juga menginginkannya?" Tanyaku dan Eunha, mulut gadis itu seketika membisu.
Aku melirik dan menyadari Mingyu akan menyerang ku, dengan cepat aku meraih tangannya dan menahan tubuhnya untuk tak segera bangkit.
"Kau, apa kau cukup senang mempermainkan ku? Kau pikir siapa dirimu? Kau boleh saja mempermainkan semua orang disini tapi tidak dengan ku! Harus berapa kali ku bilang untuk tak melibatkan ku dalam segala permainan konyol mu itu!" Aku menekan-nekan kepalanya dan ia terlihat begitu sangat marah. Apa hanya kau yang boleh marah?
"Kau tak berhak mengatakan itu, apa lagi ditempat ini." Bahkan dengan posisi seperti ini, ia masih saja menyombongkan dirinya.
"Aku tidak peduli kau bisa melakukan apapun! Tapi lebih baik kau gunakan uangmu itu untuk memperbaiki otakmu, agar sedikit bekerja dengan benar dan mulai mengerti dengan bahasa manusia." Aku tak peduli lagi dengan tatapan beberapa siswa yang kini masih terfokus kepada kami.
"Kau akan menyesal melakukan ini kepadanya!" Yeoja itu tak mau berhenti sepertinya.
BRUG
"Ahhh..." Sial! Disaat aku lengah Mingyu malah berhasil membuat ku jatuh dan bahkan dia sekarang berada diatas tubuh ku. Kalau saja Eunha tak mengatakan hal itu mungkin saja, aku masih bisa memakinya.
"Kau tidak akan bisa melawan ku!" Bisik Mingyu menyebalkan.
"Yak! KIM MINGYU!" Oh tidak! Suara ini, aku benci dengan situasi ini, sungguh!
BUAK
"Lepaskan dia!" Akhirnya ini terjadi lagi. Wonwoo berhasil memberikan pukulan pada wajah Mingyu.
"Gwanchana?" Eunha menghampiri Mingyu yang masih meringis kesakitan dan aku melirik Wonwoo yang seketika diam, ia memandangi wanita itu dengan ekspresi tercengangnya.
Akhirnya, mereka bertemu disini semua orang yang memiliki problem dan aku? seharusnya tidak berada disini, ikut terseret dalam urusan anak-anak ini. Haruskah aku pergi? Tentu saja, aku sudah muak dengan drama ini. Ada yang lebih penting untuk ku urus dari pada kisah cinta yang begitu rumit ini yaitu hidup ku yang begitu rumit dan memusingkan.
Aku pun bangkit dan beranjak pergi.
"Kau hanya boleh pergi bersama ku!" Ah, kenapa dengannya? Bukankah ia sangat tau bahwa aku tidak menyukai hal ini. Jika ia mulai mengerti diriku seharusnya dia tidak membuatku mengurangi nilainya dalam pandangan ku!
"Hm...Kenapa kalian begitu kekanakan? Selesaikan sekarang semuanya dan jangan libatkan aku atau siapapun lagi. Kalau kalian masih saja menggangguku? Aku akan benar-benar mengutuk kalian dan menghajar kalian! Aku serius, aku tidak main-main! Bahkan jika aku harus dikeluarkan dari sekolah ini aku rela. Asal aku berhasil setidaknya membuat kalian semua lumpuh!"
Ancam ku, suasana hatiku tak menentu saat ini, melihat mereka menyebalkan seperti ini? Aku tak sabar ingin membenturkan kepala mereka pada tembok!
Sinb pov end
Akhirnya Sinb meninggalkan mereka dengan Mingyu yang masih saja memperhatikannya dengan amarah yang terpendam dan Eunha yang juga menatap Sinb dengan kebenciannya. Wonwoo memandangnya sambil tersenyum membuat gadis di hadapannya terus memperhatikannya.
"Wonwoo-ah..." Panggil Bona yang tak kunjung mendapatkan respon dari Wonwoo yang masih memandang kepergian Sinb dan seolah nampak berfikir.
"Wonwoo apa kau tuli? Dia memanggilmu!" Bahkan Mingyu berusaha mengingat Wonwoo. Seketika Wonwoo memandang Mingyu malas.
"Kenapa kau terus mengganggunya? Apapun hubungan diantara kami itu bukan urusan mu!" Ucap Wonwoo segera pergi meninggalkan mereka berdua.
"Wonwoo-ah..." Panggil Bona dengan lirih. Wonwoo menghela nafas, namun tidak berbalik.
"Wae?" Tanya Wonwoo dengan nada malas yang seketika membuat Bona terlihat takut dan membungkam mulutnya kembali.
"Yak! Sampai kapan kau akan berlaku kasar kepadanya?" Kali ini Mingyu berdiri dan tangan kirinya berusaha meraih kerah baju Wonwoo sementara tangan kanannya bersiap meninjunya. Bukannya menepisnya tapi Wonwoo hanya tersenyum sinis.
"Bona-ssi, apa kau tidak melihatnya? Namja ini begitu menyukaimu!" Ucap Wonwoo seolah mengejek.
BUAK
"Brengsek kau!" Mingyu berhasil memberikan satu tonjokan pada Wonwoo dan membuatnya jatuh tersungkur.
"Hahaha...Yak! Kenapa kau marah? Aku membantumu agar dia tau kalau kau menyukainya." Wonwoo terus menertawai Mingyu tanpa sadar Bona hanya mampu menangis.
---***---
Sinb berjalan melewati halaman sekolah dengan kesal, moodnya benar-benar buruk sekarang. Sinb terus berjalan dengan menunduk karena semua siswa mengawasinya dengan tatapan sinisnya.
Sinb menduga, ini pasti karena ulahnya beberapa waktu lalu saat ia berhasil membanting tubuh Mingyu dan berhasil mempermalukannya.
Bug
Sesuatu menabraknya membuatnya seketika mendongak dan ekspresinya berubah menjadi dingin.
"Apa yang kau lakukan disini?" Sinb bertanya pada sosok dihadapannya ini.
"Aku sedang menunggu seseorang." Jawabnya dengan tak enak hati yang seketika membuat Sinb tersenyum getir.
"Dan itu bukan aku kan?" Tanya Sinb, namja itu hanya diam yang seketika membuat Sinb tertawa.
"Seorang yeoja? Kau menunggu seorang yeoja selain aku? Hong Joshua, kau menyebalkan sekali!" Ucap Sinb yang terlihat marah. Joshua hanya mampu diam dan ekspresinya seolah mengatakan bahwa dugaan Sinb itu benar.
"Hwang Sinb!" Panggilan itu adalah dari Wonwoo yang kini sedang berjalan mendekatinya dengan beberapa memar di wajahnya.
"Oh, bukan kah ini pria yang pernah mengganggumu?" Tanya Wonwoo kepada Sinb yang sebenarnya ia sungguh tau hubungan diantara mereka berdua setelah malam itu, malam dimana Sinb saat di rawat dirumah sakit.
"Hoh, namanya adalah HWANG JOSHUA. Dia adalah anak dari Ketua Hwang Taebak pemilik firma hukum ternama dan kau tau?" Sinb memberi jeda pada perkataannya semabari mengalihkan pandangannya pada Wonwoo. Wonwoo terlihat menunggu kelanjutan dari perkataan Sinb.
"Dia menunggu seorang yeoja di sini. Kurasa itu kekasihnya." Seketika Wonwoo menatap Joshua dengan senyum sinisnya.
"Haruskan aku tersenyum sekarang? Untuk alasan tak ku mengerti, aku merasa senang ia tak bersamamu lagi." Ucap Wonwoo dengan terus terang dan merangkul pundak Sinb, cukup membuat Sinb terkejut tanpa mereka tau.
"Wae?" Tanya Sinb dengan manisnya, bahkan tak lupa senyum terpaksanya tak ketinggalan karena sekarang ia sedang berusaha mengikuti permainan Wonwoo.
"Karena kau hanya patas untuk ku. Pria yang tak akan pernah meninggalkan mu atau membiarkan mu menangis." Kata Wonwoo dengan pandangan menantangnya pada Joshua. Sinb hanya mampu tersenyum kecil mendengarkan bualan Wonwoo.
"Joshua-ssi..." Suara seorang yeoja membuat mereka harus menoleh dan siapa yeoja itu? Kim Bona yang kini berjalan dengan ragu mendekati ketiga orang tersebut.
"Kau sudah lama menunggu?" Tanya Bona sambil memandang takut-takut Wonwoo. Sementara Sinb dan Wonwoo merasa tanda tanya besar? Hubungan seperti apa yang mereka berdua miliki? Mungkin itu yang kini mengisi fikiran mereka.
"Apa kau sudah menyelesaikan masalah mu? Kau sudah menemui mereka?" Tanya Joshua dengan semangat membuat Sinb tidak senang karena ia masih sangat menyukai kakaknya ini, namun ia berusaha terus menyembunyikannya. Sinb tidak pernah melihat Joshua memperhatikan seseorang kecuali dirinya dan hari ini, Sinb melihat Joshua begitu memperhatikan Kim Bona yang seketika membuat Sinb marah dan terluka.
"Apa yang kalian maksud diriku? Masalah? Masalah apa menurutmu?" Tanya Wonwoo dengan enteng. Ia sangat tahu yang di maksud oleh Bona adalah masalah antara dirinya, Mingyu dan juga Bona. Bona terdiam dan menunduk, ia terlihat takut dan sedih.
"Apa maksudmu?" Tanya Joshua yang tak mengerti sekaligus mulai tak menyukai Wonwoo. Sinb hanya diam mengamati.
"Yeoja ini memiliki masalah dengan ku. Kau harus hati-hati dengannya, ia sangat lihai dalam berbohong." Wonwoo memberikan saran kepada Joshua sambil melirik Bona, ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu.
"Kau? Bagaimana kau bisa berbicara seperti itu?" Joshua tidak terima dengan tuduhan Wonwoo terhadap Bona dan hendak mengerakkan tangannya untuk memukul Wonwoo namun ia menghentikannya ketika melihat Sinb masih berada dalam rangkulan Wonwoo dan juga Bona menghalanginya.
"Wonwoo-ya, mianhae...Aku benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan itu kepadamu atau pun Mingyu. Saat itu hanya aku tidak berfikir jernih. Aku datang kesini hanya ingin mengatakan ini dan aku tidak akan mengganggumu lagi karena aku akan..." Bona terdiam membuat Wonwoo dan Sinb penasaran.
"Wae?" Tanya Wonwoo dan Bona terlihat kesusahan untuk berbicara.
"Karena kami akan bertunangan dan melanjutkan sekolah kami di luar negeri." Joshua membantu Bona menjawab pertanyaan Wonwoo yang seketika membuat Wonwoo dan Sinb membisu.
"Oh, jadi kalian bertunangan? Cukkae, ku harap kalian tetap bahagia!" Sindir Sinb dan Wonwoo melirik Sinb kemudian tersenyum tipis.
"Wah, kalian pasangan yang serasi. Chagia, tenang saja kita akan menyusul mereka." Ucap Wonwoo kepada Sinb yang segera direspon dengan senyum.
"Kajja..." Wonwoo masih merangkul Sinb dan mendorong tubuh gadis itu untuk mengikuti langkahnya. Setelah melewati Joshua dan Bona senyum Wonwoo dan Sinb menghilang.
Mereka berjalan menuju parkiran dan sepanjang perjalanan itu, Sinb dan Wonwoo hanya diam tak banyak berbicara sampai mereka sampai didepan motor Wonwoo. Lamunan Sinb terhenti ketika Wonwoo menyodorkan sebuah helm.
"Pakai ini, aku tidak mau polisi nanti menjadi sasaranmu!" Sinb mengkerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Wonwoo.
"Wae?" Tanya Sinb dengan ekspresi ketidak mengertiannya.
"Yak! Apa kau tidak sadar? Emosimu itu melebihi Ajumma-ajumma dan akan lebih berbahaya lagi bagi Polisi itu jika kau sudah menunjukkan bantingan Judomu." Wonwoo berusaha melucu.
"Aish!" Protes Sinb sambil memakai helm milik Wonwoo dengan kesal. Wonwoo hanya mampu menertawai tingkah Sinb yang selalu seperti itu.
Akhirnya mereka pun pergi tanpa arah dan tujuan. Diatas kendaraan pun mereka tak banyak berbicara, sibuk dengan fikirannya masing-masing sampai ketika Wonwoo menghentikan kendaraannya ditepian jembatan yang di bawahnya terdapat pemandangan sungai Han.
"Apa yang ingin kau lakukan disini?" Tanya Sinb tak mengerti.
"Tidak ada, kurasa angin disini lebih sejuk dan panas ditubuhmu segera menghilang." Wonwoo mulai melucu lagi.
"Hah?" Sinb menatap Wonwoo datar, kemudian menghela nafas dan berjalan mendekati jembatan, menyandarkan badannya pada pembatas jembatan.
"Apa gadis itu yang membuatmu seperti kucing dan tikus dengan Mingyu?" Pertanyaan tak terduga muncul dari bibir mungil Sinb. Wonwoo pun seketika berjalan menghampiri Sinb dan berdiri disampingnya.
"Begitulah..." Jawabnya yang seketika membuat Sinb tersenyum.
"Dia cantik." Sinb berusaha memberikan penilaiannya kepada Bona.
"Hoh, kau pun kalah." Ejek Wonwoo sambil tertawa.
"Aku tidak pernah berfikir kalau aku seseorang yang cantik." Elak Sinb dengan ekspresi datarnya.
"Setidaknya meskipun kau gadis penuh dengan emosi tapi kau cukup memiliki tanggung jawab pada dirimu sendiri." Ucapan Wonwoo membuat Sinb menatapnya seolah ingin tau apa yang sedang di fikirkan oleh pria ini.
"Kenapa kau berfikir seperti itu? Semua orang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri. Bahkan semua orang dewasa cukup tau tentang hal sepele ini, itu akan berbeda jika ia masih kecil." Sinb mengutarakan pandangannya yang seketika membuat Wonwoo memandangnya dengan tersenyum.
"Bona tidak seperti itu. Ia tidak mengerti apapun karena semua orang terlalu memanjakannya bahkan aku dan Mingyu juga. Saat hari ini kami bertemu lagi, aku merasa banyak yang berubah dari dirinya. Ia tidak seegois dulu lagi dan ekspresi ketakutannya? Membuatku tak bisa melakukan apapun untuk membalas semua hal yang pernah ia lakukan selama ini." Ucap Wonwoo yang kini menatap kosong Sungai Han.
"Kau masih sangat memperdulikannya." Tebak Sinb sambil tersenyum.
"Kau juga masih sangat menyukainya." Tebak Wonwoo.
"Sejujurnya aku benci mengakui ini tapi aku sangat ingin membanting tubuhnya tadi. Untung saja kau datang, seharusnya ia berterima kasih kepadamu." Ungkap Sinb sambil tersenyum dan akhirnya mereka pun tertawa bersama.
---***---
Mingyu berebahkan tubuhnya di tempat tidur king size miliknya, nafasnya memburu dan ekspresi marahnya masih terus melekat pada wajah tampannya. Kilasan memori ketika ia menyaksikan Bona bertemu dengan dirinya dan bahkan ketika ia mengikuti Bona yang pergi ke parkiran, yang tanpa sengaja bertemu dengan Sinb, Wonwoo dan pria misterius. Tanpa mereka tau, Mingyu mendengarkan seluruh percakapan mereka. Mingyu benar-benar penasaran dengan pria yang bersama Bona itu dan apa hubungan pria itu dengan Sinb sebenarnya?
Mingyu pov
Kim Bona! Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Siapa yang ingin kau temui? Aku atau Wonwoo? Dan pria itu, siapa dia? Kenapa kau bersamanya! Kenapa kau harus bertunangan bersamanya?
"SIAL! Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku!" Aku tidak bisa tenang sebelum melakukan sesuatu. Segera! Aku meraih handphone dan menelepon Sekertaris Song untuk memberiku beberapa informasi tentang pria itu.
"Yeoboseob, Sek. Song kau sudah mendapatkannya?" Aku bertanya kepadanya.
"Tuan muda, dia adalah Hwang Joshua yang merupakan putra tiri dari Hwang Taebak pemilik firma hukum Hwang Taebak dan merupakan kakak tiri dari Hwang Sinb, teman anda. Tapi setelah saya usut lebih dalam sebenarnya Hwang Joshua adalah anak Haram dari Hwang Taebak dengan kekasihnya nyonya Hong Jin Ah pemilik perusahaan kosmetik Jin Beauty."
"MWO? Apa kau yakin?" Ckck, aku tidak mengerti kalau kehidupan mereka seperti lelucon!
"Iya Tuan Muda, Sepertinya Hwang Taebak akan memperbesar firma hukumnya sehingga ia berusaha menggandeng Senator Kim dan juga Jeon Ho group sebagai mitra bisnisnya. Karena itu mereka berusaha memperkuatnya dengan perjodohan antara putra-putri mereka."
"Maksudmu antara Joshua dan Bona?" Aku berusaha untuk memperjelas semuanya.
"Ne, dan ada satu lagi antara putrinya yaitu Sinb dan tuan muda Jeon Wonwoo."
"MWO? Ckck...Omong kosong macam apa ini? Keluarga mereka benar-benar penjilat, menjijikkan!" Ada apa ini? Apa bahkan gadis pongah itu tau tentang rencana menjijikan ini? Aku ingin tau reaksinya!
"Apa gadis itu tau tentang rencana ini?"
"Siapa maksud anda tua muda?"
"Hwang Sinb!"
"Sepertinya tidak, karena rencana perjodohan mereka belum dibocorkan ke publik. Saya mendapatkan informasi ini dari orang kepercayaan keluarga mereka."
"Ne, aku tahu. Kau sudah berkerja cukup baik Sek. Song, gomawo." Setidaknya aku tau rencana busuk keluarga mereka.
Bona, aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu. Aku akan melindungimu, seperti dulu. Tunggulah dan lihatlah, apa yang bisa ku perbuat untuk mu!
Mingyu pov end
---***---
Sore menjelma meninggalkan jejak kemerahan di angkasa, semilir angin dingin semakin menusuk kulit menandakan bahwa cuaca malam di Seoul akan sangat dingin. Motor Wonwoo berhenti tepat di depan rumah mungil Yuju, kemudian Sinb segera turun dari motor Wonwoo dan mengembalikan helmnya.
"Ku harap kau tidak akan bertindak bodoh!" Wonwoo mengawali percakapan dan Sinb memandanginya malas.
"Apa kau cenayang? Kenapa kau selalu berusaha menebak diriku?" Protes Sinb.
"Aniya, ku rasa kita mirip." Ucapnya sambil tersenyum yang seketika membuat Sinb memandangnya tak percaya.
"Apa kau bercanda?" Tanya Sinb menatap risih Wonwoo.
"Kalau begitu buktikan kepada ku, besok kau harus tetap bersikap seperti ini dan aku dapat melihatmu pergi ke sekolah." Sinb terkejut dengan dugaan Wonwoo.
"Yak! Kenapa kau..."
"Berfikir seperti ini? Sudah ku katakan bukan, karena kita mirip!" Wonwoo memotong perkataan Sinb yang seketika membuat Sinb menghela nafas kesal.
"Apa yang kalian lakukan disini? Omo! Apa kalian sedang berkencan?" Celetuk Scoup yang kini berjalan bersama Yuju mendekati mereka berdua.
"APA KAU INGIN MATI?" Teriak Sinb yang seketika membuat semua orang tertawa.
"Wah, apa yang kau lakukan kepadanya?" Tanya Scoup kepada Wonwoo.
"Yang ku lakukan? Hanya menjinakkan amarahnya." Kata Wonwoo santai dan Sinb memandanginya dengan mata melototnya.
"Ka! Kalian berdua pergi sana! Sebelum aku memanggil Wang Woo." Usir Sinb yang menyisahkan tanda tanya kedua pria itu. Yuju terus menahan tawanya.
"Chagia, Wang Woo itu siapa?"
"Yak!" Keluh Sinb dan Wonwoo bersamaan. Mereka sangat risih melihat sikap berlebihan dari Scoup.
"Anjing kami yang sangat tampan." Jawab Yuju sambil masih terus tertawa.
"Hah?" Scoup dan Wonwoo saling berpandangan.
"Kau tidak bermaksud untuk menjadikan kami mangsanya kan?" Pertanyaan konyol muncul dari mulut Scoup.
"Tentu saja kalau kau tidak segera pergi dari sini!" Ancam Sinb.
"Aish, kau sangat tidak sopan! Wonwoo kajja!" Ajak Scoup tiba-tiba.
"Wae? Kenapa kau harus naik motor ku? Mana mobilmu?" Tanya Wonwoo yang merasa enggan Scoup naik motornya.
"Si Bang-Bang sudah waktunya di service jadi ku biarkan bengkel untuk memanjakannya." Scoup menjuluki mobil sport kesayangan 'Bang-Bang'.
"Oh, kalau begitu kau naik taksi saja hyung." Goda Wonwoo.
"Kalau dalam hitungan ketiga kalian tidak segera pergi dari sini? Akan ku serahkan kalian kepada si tampan Wangwoo. Dia sangat sensitif dengan seorang namja selain paman." Gadis ini tidak pernah berhenti mengancam kedua namja berisik itu.
"Aish!" Umpat Wonwoo dan dengan segera ia menyalakan motornya bersama Scoup yang sedikit cepat juga naik diatas motor Wonwoo.
"Yak, hyung!" Protes Wonwoo.
"Ayolah, satu kali ini saja." Mereka tak berhenti berdebat membuat Sinb bertambah sebal dan Yuju hanya menertawai mereka.
Ketika motor Wonwoo sampai di ujung jalan. Sinb mengajak Yuju untuk segera masuk rumah mereka.
"Apa kencanmu menyenangkan sampai kau melupakan ku?" Sinb merengek pada Yuju.
"Aniya, aku tidak melupakan mu." Elak Yuju dengan cepat yang terlihat merasa tak enak kepada Sinb.
"Haha...Aku hanya bercanda. Kajja!" Sinb merangkul tangan Yuju dan mereka berjalan menuju rumah mereka yang mungil sampai sebuah mobil berhenti dihadapan mereka.
Chiiittt
Suara pedal logam yang memecahkan keheningan senja. Sinb dan Yuju nampak terkejut dan membantu. Seseorang jangkung muncul dari dalam mobil. Berjalan mendekati mereka dan Sinb, Yuju cukup dibuat penasaran dengan maksud kedatangan namja yang sepertinya mereka kenali ini.
Dengan cepat namja itu menarik tangan Sinb yang masih membatu memandanginya.
"Ikut dengan ku!" Dengan kasar namja itu menarik Sinb yang segera menyadarkan lamunannya.
"Kim Mingyu, lepaskan! Apa yang kau lakukan!" Sinb meronta, meminta Mingyu untuk melepaskannya. Namun, siapa yang tidak tau seorang Kim Mingyu? Dia tidak akan mendengarkan ucapan siapapun!
Sinb hendak melakukan penyerangan seperti biasanya namun Mingyu yang sudah mengantisipasi ini segera meraih tubuh Sinb dan menaruhnya pada bahunya sama seperti beberapa waktu lalu.
"Mingyu, lepaskan dia!" Pinta Yuju yang tersadar dari lamunannya dan berusaha mengejarnya.
"Aku hanya meminjamnya sebentar. Anak buah ku akan datang kemari dan menjaga mu agar kau tidak bertingkah berlebihan!" Ucap Mingyu dengan sinis yang kemudian memasukkan Sinb ke kursi bagian depan mobil.
"Ottokae?" Yuju kebingungan.
"Jangan keluar atau aku akan melakukan sesuatu padanya!" Ancam Mingyu pada Sinb yang membuatnya tidak bisa berkutik karena sebuah mobil sudah datang, beberapa orang yang berperilaku seperti pengawal telah keluar membuat Sinb bertambah khawatir. Sepertinya kali ini Mingyu tak main-main!
Mobil Mingyu segera meninggalkan halaman rumah Yuju, sementara Yuju dijaga ketat oleh para pengawal Mingyu.
---***---
Beberapa menit berlalu, Mingyu masih berkonsentrasi dengan setir mobilnya dan pandangannya yang terfokus pada jalanan sementara Sinb masih terus memandangi namja asing yang selalu mengganggunya disetiap kesempatan.
"Apa maumu?" Pada akhirnya Sinb tidak tahan dengan keheningan diatas rasa tegang yang Mingyu ciptakan.
"Nanti kau akan tau." Masih menatap lurus jalanan, Mingyu seolah enggan untuk bertukar pandang dengan Sinb.
"Kenapa kau selalu menggangguku?" Keluh Sinb.
"Haha...Apa kau mengeluh sekarang? Kau tak pantas mengeluh, itu sangat menjijikan!" Lagi, Mingyu melontarkan kalimat kebencian kepada Sinb membuat gadis itu marah.
"Wae? Sebenci itukah kau padaku? Apa salah ku sampai kau membenciku seperti itu?" Sesuatu yang selama ini ingin Sinb tanyakan kepada Mingyu, akhirnya ia sampaikan sekarang.
"Ya, aku membencimu! Kau dan keluargamu adalah penjilat yang busuk!" Seketika Sinb tercengang dengan ucapan kasar Mingyu. Tidak pernah dalam hidupnya, sekali pun dia di hina seperti ini.
"Apa yang kau katakan? Keluarga yang mana? Apa yang kau maksud keluarga Yuju?" Tanya Sinb mencoba memperjelas semuanya.
"Jangan beracting seperti gadis bodoh! Kalian merencanakan semuanyakan?" Mingyu mendesak Sinb untuk mengakuinya dengan suara kerasnya.
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan sebenarnya dan aku juga tidak ingin tau, jadi turunkan aku sekarang!" Sinb berusaha meraih setir Mingyu dan terjadilah perebutan setir yang membuat mobil mereka oleng dan akan menabrak sebuah truk kalau saja Mingyu tak segera membanting setir mobilnya.
"Yak! Gadis gila!"
Chiit
Brukkk
Brakkk
Pyarrrr
Kaca depan mobil yang membentur pohon pecah, dan melukai bagian kepala Sinb membuatnya mengeluarkan banyak darah dan Mingyu masih menunduk dengan bersandar pada setir.
"Ah..."Sinb merintih dan mengusapi darah yang mengalir di pelipisnya membuat Mingyu tersadar dari rasa shocknya.
"Kau! Kalau saja kau tak berontak ini tidak akan terjadi!" Mingyu berusaha menyentuh kepala Sinb namun segera Sinb tepis.
"Baiklah, sekarang katakan padaku? Apa itu benar? Kau dan keluargamu merencanakannya? Kau hanya perlu menjawabnya iya atau tidak dan aku akan segera melepaskanmu!" Bahkan disaat seperti ini Mingyu masih menunjukkan sikap keras kepalanya. Semenjak tadi Sinb berusaha menahan amarahnya dan rasa sakit dikepalanya.
"Aku tau kau namja brengsek! Tapi bisakah hari ini kau tunjukkan sedikit rasa kemanusiaanmu? Aku harus menghentikan pendarahan ini." Sinb memakai sapu tangannya untuk menghentikan darah terus keluar dari pelipisnya.
"Ani!" Mingyu masih bersikeras bahkan sekarang kini tangannya mencengkram bahu Sinb lebih keras.
"Katakan sekarang! Apa kau rencanakan dengan keluargamu? Bukankah kakakmu akan dijodohkan dengan Bona dan kau dengan Wonwoo." Sinb terdiam seketika, mencoba mencerna perkataan Mingyu.
"Oh, jadi mereka yang kau maksud? Dia bukan keluarga ku. Aku dan Wonwoo? Itu sangat mustahil." Jawab Sinb seadanya karena kepalanya sudah sangat pening sekarang.
"Kau berbohong kan? Katakan, apa yang keluargamu rencanakan? Aku tidak terima kalau mereka berusaha menyakiti Bona!" Bentak Mingyu dan Sinb terlihat lemah.
"Mereka bukan keluargaku!" Keras Sinb.
"Kau pasti merencanakan semuanya? Pindah sekolah dan mendekati Wonwoo. Benar-benar keluarga busuk!" Sekali lagi Mingyu mengeluarkan umpatannya.
"Lalu apa yang kau inginkan sekarang? Memukulku? Atau membunuhku? Lakukan apapun yang kau mau! Agar hatimu puas!" Mingyu seketika bungkam, memandang mata Sinb yang berkaca-kaca. Gadis itu terlihat begitu pasrah.
"Apa yang kau katakan? Jangan mengalihkan topik!" Mingyu masih memandang Sinb dengan tajam.
"Wae? Apa yang kau tunggu? Ini kesempatanmu! Bukannya kau membenci yeoja busuk seperti ku? Yeoja yang menjijikan dan sampah!" Dengan kekuatan yang tersisa Sinb meraih kedua tangan Mingyu dan mengarahkannya pada lehernya.
"Kau hanya perlu melewati selangkah ini untuk dapat membunuhku, ayo lakukan!"
"KIM MINGYU!!!" Teriakan seseorang menambah ketegangan dianatara mereka.
"Apa yang kau lakukan sialan!" Seseorang menarik Mingyu untuk segera keluar dari mobilnya dan satu orang lagi menghampiri Sinb dengan wajah cemasnya.
"Sinb-ah, Gwanchana?"
"Hyung, kepala ku pusing sekali." Lirih Sinb.
"Baiklah..." Segera pria itu menggendong tubuh Sinb dan segera membawanya menaiki sebuah mobil yang sangat mirip dengan mobil pengawal Mingyu tadi.
Kini hanya tinggal Mingyu dan sosok pria yang memandang marah Mingyu.
BUAK
"Apa kau akan bertingkah sejauh ini?" Satu tonjokan mendarat dibibir Mingyu, membuatnya meringis karena membekas sebuah memar disana.
"Seharusnya kau berterima kasih kepadaku." Kim Mingyu dengan segala keegoisannya.
"Untuk apa? Untuk tingkah gila yang kau berbuat?" Cibir namja itu.
"Wonwoo-ya, apa kau tidak tau seberapa busuknya gadis itu?" Dan namja itu adalah Wonwoo.
"Lebih busuk mana dari pada sikap polos Bona?"
"Yak! Jaga bicaramu! Jangan samakan Bona dengannya!" Teriak Mingyu marah.
"Kau masih sangat menyukainya meskipun kau tau bahwa ia akan bertunangan dengan namja lain?" Wonwoo berhasil menebak bahwa kegilaan Mingyu ini adalah karena Bona.
"Begitukah menurutmu? Kau perlu tau bahwa namja itu adalah saudaranya! Dan lebih konyol lagi kau akan dijodohkan dengan gadis busuk itu!" Ucap Mingyu dengan sinis sementara Wonwoo menatap Mingyu tak mengerti.
"Kau tak tahu? Wow! Mereka berhasil menipumu dengan drama menjijikan mereka!" Sangka Mingyu.
"Aku memang tidak mengetahui perjodohan antara aku dan dirinya tapi aku yakin bahwa Sinb bukanlah gadis seperti itu." Kukuh Wonwoo membuat Mingyu tertawa.
"Rupanya kau sudah masuk dalam perangkapnya!" Seketika Wonwoo terdiam.
"Mereka sudah mengatur ini, sadarlah Jeon Wonwoo!" Ekspresi Wonwoo seketika menjadi ragu karena Mingyu tidak akan mengatakan ini kalau ia tak memiliki bukti. Wonwoo lebih mengenal Mingyu dari siapapun!
"Sekertaris ku akan mengirimkan buktinya segera kepadamu." Mingyu memperlihatkan handphonenya kepada Wonwoo dan namja itu segera menelepon seseorang.
---***---
Scoup membawa Sinb ke klinik terdekat dan kini Sinb berbaring lemas dengan kepala yang sudah terperban.
Scoup mondar-mandir dengan handphone yang masih tertempel digelinganya.
"Jangan menghubungi siapapun! Ku mohon hyung!" Pinta Sinb yang membuat Scoup memandangnya.
"Aku tau, aku hanya berusaha menghubungi Wonwoo, tapi kenapa dia tak mengangkatnya? Apa mereka akan terus berkelahi seperti itu?" Scoup mencemaskan kedua namja itu.
"Coba kau telpon Mingyu." Bahkan Sinb juga ikut mencemaskan mereka.
Tanpa banyak kata Scoup pun berusaha menghubungi Mingyu.
"Yeoboseob, kau dimana sekarang?" Tanya Scoup tak sabaran.
"Dirumah? Dan Wonwoo?" Tanyanya lagi.
"Oh...ya aku tau." Seketika Scoup menutup teleponnya dengan ekspresi yang sulit untuk Sinb artikan.
"Wonwoo dimana?" Kali ini Sinb bertanya dan Scoup menggeleng bingung.
"Oh...Biarkanlah hyung. Ku rasa dia tidak akan kemari." Duga Sinb yang membuat Scoup semakin bingung.
"Aku ingin segera pulang hyung." Ucap Sinb.
"Apa kau yakin? Kepalamu masih sakit kan?" Sinb menggeleng.
"Baiklah, kajja!" Scoup berusaha membantu Sinb duduk.
"Tapi aku ingin pulang ke Jeju!" Scoup terdiam menatap Sinb bingung.
"Wae? Kau sudah tidak punya siapa-siapa disana." Tanya Scoup tak mengerti.
"Aku masih punya heolmoni, dia adalah adik dari heolmoni, tiba-tiba saja aku merindukannya. Bukankah aku sudah mengatakan tadi siang kepadamu? Ku rasa saat ini aku memang harus pulang." Ucap Sinb sambil tersenyum tipis, tidak pernah ada yang tau apa yang sebenarnya gadis ini rasakan saat ini.