Sinb pov
Aku ingin menghentikan waktu dan kembali pada masa ketika aku tak mengetahui tentang kebenaran ini. Mengalami perasaan bahagia tanpa beban sepanjang waktu tapi itu hanyalah pikiran seorang pengecut yang ingin lari dari kenyataan seperti ku ini.
Bangun Hwang Sinb. Bukalah matamu dan lihatlah seperti apa dunia saat ini? Sampai kapan kau akan terus merengek dan bersembunyi di rumah sakit ini? Fisik mu tidak benar-benar sakit tetapi mental mu lah yang sedang kesakitan. Kau tidak akan sembuh jika terus bertingkah seperti ini.
"Aku ingin pulang sekarang bibi." Ya! Seharusnya aku mengatakan ini semenjak kemarin. Aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan.
"Kau yakin? Kau lebih baik sekarang?" Bahkan aku begitu merasa bersalah melihat wajah bibi yang terlihat kelelahan karena menemani ku.
"Ne bibi...Aku baik-baik saja." Aku memaksakan diriku untuk tersenyum seolah itu memang baik-baik saja.
"Baiklah, bibi akan menelepon paman mu." Ku rasa itu tidak perlu.
"Ani, kita pulang naik taksi saja dan aku juga akan sekolah hari ini bibi." Aku melihat wajah keterkejutan dari Bibi.
"Kau yakin?" Pertanyaan itulah yang akhirnya muncul dari bibi ku.
"Ne, aku sudah sangat sehat." Ucapku penuh semangat dan bibiku tidak langsung percaya. Ia mengeceknya dengan menempelkan tangannya pada dahiku.
"Masih panas." Kukuhnya.
"Tidak bibi, ini sudah lebih baik." Aku dengan segala kekeras kepalaan ku dan aku melihat bibi menghela nafas.
"Baiklah...Tapi kau tidak boleh berangkat sendiri. Bibi akan menemanimu pergi ke sekolah." Oh no! Aku harus memikirkan sebuah cara agar tidak pergi dengan bibi.
"Anio, aku akan pergi dengan Scoup hyung bi." Ku rasa ide ini tidak begitu buruk.
"Yuju menelepon bibi beberapa menit yang lalu dan mengatakan bahwa ia akan berangkat bersama Scoup." Mwo? Wae? Kenapa mereka pergi bersama-sama? Ada apa diantara mereka? Tidak mungkin Yuju ingin berlatih Judo padanya? Ah, itu tidak mungkin! Lalu aku berangkat dengan siapa? DK hyung? Tidak...tidak...Lalu siapa? Wonwoo? Ya! Aku bisa menjadikannya sebagai alasan!
"Aku akan berangkat dengan Wonwoo." Apa ini akan membuat bibi menyerah?
"Baiklah...Bibi akan mengemasi barang-barang dan kau segera mandilah. Bibi akan menungguimu sampai Wonwoo menjemputmu." MWO? Ottokae??? Apa yang harus ku lakukan!
"Ne...Aku akan mandi." Aku benar-benar kehilangan ide. Aku sudah terlalu bosan untuk istirahat jadi aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah.
Didalam kamar mandi aku hanya mondar-mandir dengan memegang handphone ku. Menghunginya atau tidak? Kata itu terus saja muncul seperti random dalam otak ku.
"Ah, molla! Hwang Sinb, apa yang harus kau lakukan!" Aku benar-benar tidak mengerti dengan diriku saat ini. Kenapa aku harus terus-terusan terlibat dengan mereka.
Akhirnya aku menyelesaikan mandiku dan memakai seragam lengkap sementara bibi masih berkemas. Aku harus menunjukkan sikap seperti biasanya agar ia tidak curiga kepadaku.
"Kau sudah mau berangkat?" Aku mengangguk.
"Aku menyuruh Wonwoo untuk menungguku diluar bibi untuk menghemat waktu." Aku berusaha menemukan alasan yang logis, aku berharap ini akan berhasil.
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik." Akhirnya! Berhasil.
"Ne, bibi." Aku pun membungkukan badan ku.
Aku berangkat dengan berjalan menyusuri rumah sakit dan jalanan. Akhirnya setidaknya aku bisa menghirup udara segar diluar rumah sakit.
---***---
Sinb naik bus sendiri menuju Jeon Ho high School. Masih terlalu pagi sebenarnya tetapi itu bagus menurutnya. Ia bisa lebih lama menikmati kesendirian tanpa harus merasa risih dengan kebisingan dan ulah para perusuh itu.
"Ku pikir kau sudah mati." Sinb di kejutkan dengan sosok jangkung yang memakai seragam basket dengan bola ditangannya. Kemudian gadis itu menghela nafas kesal.
"Karena aku sangat keras kepala jadi aku tidak akan semudah itu untuk mati!" Sinb tidak tersinggung atau merasa sedih dengan perkataan namja dihadapannya ini. Dia cukup tahu seperti apa karakter namja dihadapannya ini.
"Baguslah, itu membuktikan bahwa kau tidak hanya membual dan aku bisa lebih lama bermain-main denganmu." Seringaian jahat muncul diwajah namja dengan paras tampan tersebut. Sinb menanggapinya dengan menyungkingkan senyumnya.
"Geure, lakukan apapun maumu. Bukankah kau dilahirkan hanya untuk bermain-main? Maka seperti itulah kau selamanya pria tak berguna!." Cibir Sinb yang seketika membuat namja dihadapannya menarik tangan Sinb dan membuat jarak diantara mereka semakin dekat.
"Pola yang selalu dapat ku tebak." Sinb tersenyum tanpa rasa takut. "Yang membuat ku heran adalah kenapa kau begitu manis pada yeoja lain tetapi dengan ku kenapa seperti ini?" Sinb mencoba bertanya kepadanya.
"Karena kau mengingatkan ku pada seseorang dan itu sungguh menjijikan!" Seketika senyum Sinb hilang berganti dengan tatapan tajamnya.
"Benarkah? Ah, ku pikir tidak ada yang mirip dengan ku? Bilang pada gadis itu jangan mencoba untuk menyamai diriku karena itu tidak mudah. Suruh dia untuk menjadi dirinya sendiri, seperti apapun itu dan sesulit apapun itu bukankah lebih mudah untuk menjadi diri sendiri." Sinb tak berhenti untuk melawan semua ucapan namja dihadapannya ini.
"Hwang Sinb!" Bentaknya!
"Wae? Apa kau tidak menyukai pendapat ku Kim Mingyu?" Tanya Sinb.
"Kau tak berhak mengatakan itu!" Ucap Mingyu tak mau kalah.
"Jadi? Apa kau juga berhak menilai ku? Kurasa otakmu perlu untuk di ganti agar bekerja lebih baik."
"KAU!" Mingyu hendak menampar Sinb tapi gadis itu mampu menepisnya.
"Meskipun kau mampu membuat dunia berkerja dengan caramu. Itu tidak akan membuatku untuk mengikuti permainanmu! Kau mengerti itu? Jadi berhentilah KUNYUK SIALAN!"
BRUG
Sinb membanting tubuh Mingyu untuk kedua kalinya bukannya segera bangkit tapi Mingyu malah tertawa.
"Kau marah? Haha..." Kata Mingyu.
"Kunyuk sialan! Kalau kau tak sanggup kenapa kau tak mati sana! Untuk apa kau mengacaukan hidup orang lain? Buka matamu bodoh! Masih banyak seseorang yang lebih menyedihkan darimu jadi berhentilah bertingkah seperti ini BRENGSEK!" Sinb tak berhenti menyumpahi Mingyu.
"Hah...Itulah yang tidak pernah ku suka darimu! Kau bertingkah seolah mengerti tentang diriku. Kau hanya berusaha untuk mencuri perhatian orang lain bukan?" Mingyu yang tak mau menyerah dan ia masih terlentang dilantai. Sinb yang begitu kesal berjongkok.
"Dasar bodoh! Sinting! Idiot!" Sinb menekan-nekan jari telunjuknya pada dahi Mingyu. Entah apa yang ada dalam otak gadis itu. Sinb terlihat begitu kesal, marah dan gemas. Bagaimana bisa ada seseorang seperti Mingyu mengesalkan dan membuat gemas dalam waktu bersamaan.
"Berhenti melakukan itu! Atau aku akan..."
"Apa? Jangan mengancamku karena itu tidak akan berhasil atau kau menginginkan bantingan itu lagi?" Ancam Sinb sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Setidaknya aku bisa melakukan ini..." Mingyu menarik tangan Sinb dan membuat gadis itu terjatuh di atas tubuhnya dan dengan cepat Mingyu mendekapnya membuat Sinb tak bisa bergerak. Akhirnya mereka tidur dilantai dengan Mingyu yang masih terus mendekap Sinb.
"YAK! KIM MINGYU!" Teriak Sinb dengan segala kekesalannya.
"Wae? Kau menyukainya kan? Banyak yeoja disekolahan ini menginginkan ini dariku." Mingyu dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.
"YAK! APA KAU INGIN MATI SEKARANG! LEPASKAN KU BILANG!" Sinb tak berhenti berteriak.
"Yak! Apa yang kalian lakukan! Mingyu lepaskan dia!" Seorang yeoja berjalan mendekati mereka. Ia adalah Eunha tunangan Mingyu.
"Kau? Sudah ku katakan untuk tak menggodanya. Apa kau tidak mengerti dia adalah milik ku!" Teriak Eunha setelah mengetahui bahwa itu Sinb. Sementara Mingyu hanya tersenyum melihat pemandangan menarik ini.
"Aku juga tidak membutuhkannya." Ucap Sinb dengan santai dan ia akan berdiri namun Mingyu menarik tangannya lagi.
"YAK!" Teriak Sinb dan Eunha bersamaan.
"Wah, kalian kompak sekali. Kalian memang pantas menjadi saudara."
"ANIA!" Bahkan mereka menjawabnya bersamaan membuat Mingyu tertawa geli.
"Wkwkwk..."
"Apa yang kalian lakukan disini? Apa kalian tidak malu menjadi tontonan banyak siswa?" Ucap DK yang tidak biasa menjadi serius. Ia berjalan mendekat bersama Sowon.
"Ah hyung, kami hanya bersenang-senang." Jawab Mingyu santai.
"Kau tidak harus masuk hari ini. Dokter masih menyuruhmu istirahat." DK membantu Sinb berdiri dan mulai mengomelinya.
"Aku baik-baik saja. Kenapa kau berlebihan?" Keluh Sinb dan Sowon hanya tersenyum memperhatikan mereka berdua.
"Dan kalian berdua, selesaikan masalah kalian!" DK menunjuk pada Mingyu dan Eunha.
"Masalahnya ada pada gadis itu. Dia terus berusaha menggoda Mingyu!" Ungkap Eunha.
"Kau yakin? Aku lebih mengenalnya dari pada dirimu! Dan kau, ini terakhir kalinya kau mengganggunya. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mengganggunya!" Bahkan semenjak tadi DK tak tersenyum sama sekali.
"Kajja!" Untuk menetralisir ketegangan ini Sowon pun segera meraih tangan Sinb dan menariknya segera pergi di ikuti dengan DK yang menyusul.
Kini tinggal Mingyu dan Eunha yang masih menatap Mingyu dengan kesal.
"Wae?" Tanya Mingyu yang merasa risih dengan tatapan Eunha dan cukup mengejutkan gadis itu mulai mengeluarkan krystal beningnya yang seketika membuat Mingyu bangkit.
"Jangan menangis dihadapan ku! Itu tidak akan mengubah apapun!" Ucap Mingyu sambil melangkah pergi meninggalkan Eunha.
"Dulu kau tak sedingin itu." Guman Eunha sembari menahan isak tangisnya.
---***---
Sinb, DK dan Sowon berjalan bersama menuju ruang musik sampai akhirnya Sinb tiba-tiba berhenti membuat sepasang kekasih itu juga ikut berhenti.
"Wae?" Tanya sepasang ke kasih itu bersamaan membuat senyum terukir di wajah Sinb yang semenjak tadi terbalut dengan ekspresi datarnya.
"Kalian sungguh sangat kompak. Aku akan pergi ke kelas saja dan gomawo hyung...eonni..." Ucap Sinb sambil membungkukkan kepalanya kemudian berbalik meninggalkan mereka berdua membuat DK mendesah.
"Wae? Apa kau masih mengkhawatirkannya?" Tanya Sowon cukup bisa menebak apa yang kekasihnya ini fikirkan.
"Aku tidak yakin kalau ia baik-baik saja. Ah! aku bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk mereka berdua. Belum lagi gangguan dua kunyuk itu." Keluh DK dan Sowon tiba-tiba memeluknya.
"Kau sudah melakukan apa yang bisa kau lakukan untuk mereka." Sowon berusaha menenangkan kekasihnya ini.
"Kalau saja takdir tidak berjalan seperti ini. Mungkin mereka masih tetap bisa bersama sampai detik ini, sungguh tidak ada hal yang lebih ku sukai kecuali melihat kita semua bahagia dan berjalan bersama melewati masa-masa remaja ini." Terkadang DK bisa menjadi begitu dewasa jika ia sedang ingin menjadi serius.
"Aku tidak sanggup melihat Joshua terus merusak hidupnya dan menyalahkan dirinya, disisi lain Sinb berubah sangat dingin. Meski sekeras apapun aku ingin menolak kenyataan ini tetapi aku harus tetap berharap mereka mendapatkan pasangan yang mampu mengubah kehidupan mereka selayaknya manusia normal." Lanjut DK.
"Ya, aku juga berharap seperti itu. Percayalah, mereka adalah anak-anak yang baik, ku rasa Tuhan tidak akan terus memberikan cobaan untuk mereka. Pasti mereka akan mendapatkan kebahagiaan itu, seperti kita." Sowon yang selalu berhati malaikat yang setiap saat mampu membuat orang di sekelilingnya merasa tenang dan damai.
"Gomawo...Aku merasa tenang mendengarkan ucapanmu." DK mencium kening Sowon dan kemudian mereka berjalan bersama.
Sinb pov
Seperti langkah ku saat ini, hidup yang ku jalani juga tak memiliki tujuan yang jelas.
Saat menyadari waktu yang terus berjalan dan seseorang terpaksa menjadi dewasa? Itu akan cukup membuat pandangan tentang kekurangan pada setiap manusia semakin jelas, namun mental ku tak pernah sanggup untuk menangani ini--menangani perasaan kecewa ini.
Apa kau juga merasakan hal yang sama sepertiku? Ah, aku tidak dapat membayangkan bagaimana perasaanmu saat itu-- saat kebenaran itu terungkap. Kenapa? Kenapa kau tak mengatakannya saat itu? Kenapa kau membuatku seperti gadis bodoh nan tolol yang tak mengerti apapun? Wae?
Apa kau sedang berusaha membuatku tak terluka? Sejak kapan kau berubah menjadi namja bodoh seperti itu? Tau kah kau? Sekarang semua terasa berat karena mengetahui semua kebenaran saat usia ku yang sekarang sangatlah tidak mudah! Aku dapat melihat kerapuhan itu semakin mendekat!
Jika saat itu kau mengatakannya? Mungkin setidaknya aku bisa melalui semua itu dengan sedikit ketangguhan. Karena apa? Aku masih memiliki banyak tenaga dan mental yang cukup untuk menanganinya, namun ketika waktu semakin berlalu, aku merasa ketangguhan itu semakin jauh dari diriku
"Apa yang kau lakukan disini?" Suara itu? Aku menoleh dan mendapati Wonwoo memakai seragam yang sama dengan Mingyu. Apa mereka satu tim basket? Aku tidak yakin, tetapi aku juga tidak bisa membayangkan kalau mereka akan menjadi satu tim. Ah Mingyu yang menjengkelkan dan Wonwoo yang tidak sabaran, benar-benar dua kombinasi yang daebak!
"Tentu saja untuk sekolah." Jawab ku dan apa yang ku dapat? Ia mendesah. Ini keadaan yang cukup aneh, kami tidak saling mengolok seperti ketika awal kami bertemu namun berbicara seperti layaknya seorang teman yang lama tak bertemu tapi aku masih merasa canggung.
"Wae? Kenapa kau mendesah?" Apa yang sebenarnya ia fikirkan?
"Kau sudah makan?" Pertanyaan yang sangat tidak terduga muncul dari mulutnya. Fikiran ku masih terbayang-bayang dengan sosok kasarnya yang suka menyumpahi banyak orang. Seperti apa ia sebenarnya dulu?
"Kenapa? Kau ingin mentraktir ku?" Oh God! Apa yang ku lakukan? Kenapa aku harus bertanya seperti itu kepadanya? Hwang Sinb dimana harga dirimu!
"Apa kau mau?" Aish! Ini memalukan bahkan sekarang ia menatap ku sambil tersenyum.
Ah...Hwang Sinb! Kau seperti gadis teridiot sekarang!
"Sudah ku duga...Kajja!" Yak! Kenapa ia menarik tanganku ? Katakan kenapa?
"Aish! Aku bisa jalan sendiri tanpa kau pegangi!" Protes ku sambil berjalan mendahuluinya.
"Siapa yang ingin menuntunmu? Aku hanya tidak suka kau terlalu lamban dalam menerima ajakan ku. Aku melihat dimatamu bahwa kau menginginkannya tetapi harga dirimu terlalu tinggi bukan?" SIAL! Dia berhasil menebaknya dengan benar.
"Geure...Kau memang benar! Lantas sekarang kau mau apa? Mengolokku? Kau ingin ku banting seperti Mingyu?" Seketika senyumnya lenyap. Apa ia marah? Aku kan hanya bercanda? Kenapa ia sungguh sensitif!
"Mingyu? Kapan kau bertemu dengannya." Bahkan ia menghentikan langkahku dan tangannya memegang kedua bahuku. Oh jadi ia tidak marah? Hanya terlalu penasaran dengan pertemuan ku dan Mingyu. Aku penasaran apa yang terjadi dengan mereka dimasa lalu? Kenapa mereka seolah saling tertarik ingin tahu dengan urusan satu sama lain? Tapi disisi lain mereka saling bermusuhan! Sungguh mereka membuat kepala ku rasanya ingin meledak.
"Tadi pagi...Kau tidak tahu, ia memang terlahir menyebalkan seperti itu atau memang ia membenciku? Ia sangat hobby membuatku kesal dengan ulahnya." Keluh ku dan aku melihatnya mendesah.
"Ia melakukan itu karena aku." Benarkah? Kenapa?
"Wae? Apa hubungannya diriku dengan mu?" Aku sungguh sangat penasaran.
"Aku memperingatkannya untuk tidak mengganggumu." Jawabnya yang masih membuatku tak mengerti.
"Mingyu tidak suka siapapun memerintahnya, apa lagi itu aku." Sekilas aku melihat ekspresi sedih dari Wonwoo. Sesungguhnya aku sangat tidak ingin masuk terlalu jauh dalam kehidupan siapapun! Karena aku masih terlalu tidak nyaman dengan kerumitan sebuah hubungan yang selalu menyisahkan sebuah luka, akan berbeda halnya jika itu DK dan Scoup hyung...Kami tumbuh bersama dan tahu satu sama lain, jadi cukup menyadari segala kekurangan yang kami miliki.
"Ah, jadi dia memang terlahir menyebalkan seperti itu? Tenang saja, kau tak perlu mengkhawatirkan apapun! Aku bisa mengatasi kunyuk sialan seperti dia, bahkan aku bisa menghadapi dua preman sekaligus. Bagiku sangat mudah untuk menghadapinya." Kataku sambil tersenyum kearahnya dan aku baru menyadari satu hal. Hwang Sinb! Kenapa kau banyak berbicara seperti ini??? Apa kau berusaha untuk membuat Wonwoo tak mengkhawatirkanmu? Atas dasar apa kau berfikiran seperti itu??? Lihatlah tingkah bodohmu ini! Namja itu bahkan menatamu tak percaya!
KETOLOLAN TINGKAT DEWA!!!
BAGAIMANA KAU AKAN MENYELAMATKAN MUKAMU SEKARANG!!!
"WAE??? Kenapa kau menatap ku seperti itu?" AISH! MENGESALKAN!!!
"Ani, ku pikir kau lebih baik sekarang." Ucapnya sambil tertawa.
"Yak! Kau pikir aku sangat buruk?" Protes ku.
"Ani, hanya saja kau sedikit kasar dan dingin." Aigo! Dia selalu berterus terang mengatakannya!
"Lalu kau sendiri? Kau juga namja kasar. Apa kau lupakan? Kau pernah membentak dan menarik ku dengan kasar!" Aku berusaha memperingatkannya dan ia hanya tersenyum simpul.
"Anggap saja itu sebuah takdir. Kalau saat itu tidak terjadi, mungkin kita tidak akan berbicara dengan santai seperti ini bukan?" Perkataannya ada benarnya juga. Aku juga tidak pernah berfikir akan bisa berbicara dengan santai. Beberapa hari yang lalu saja aku sangat tidak suka melihatnya, apa lagi berbicara dengannya? Sebisa mungkin aku berusaha untuk menghindari mereka berdua.
"Ah, kau berkata seperti kita sudah bertemu beberapa tahun saja. Padahal kita baru bertemu beberapa minggu yang lalu." Cibirku dan aku melihatnya tersenyum lagi.
Kami berjalan sambil berbicara banyak hal. Sesungguhnya aku sedikit tidak menyukai pandangan dari kebanyakan siswa. Apakah salah jika aku berjalan bersama Wonwoo?
"Wae?" Tanyanya cukup membuatku terkejut.
"Sepertinya mereka tidak suka melihat kita jalan bersama." Ungkap ku.
"Sejak kapan kau peduli dengan pendapat orang lain?" Aish! Apa dia mengajak ku bertengkar lagi?
"Kau pikir aku ini apa? Gunung es? Tentu saja aku peduli. Kalau tidak? Mana mungkin aku membantingmu!"
"Pelankan suaramu! Lihatlah, bahkan kau sendiri yang membuat mereka memperhatikanmu." Ah, benar juga! Lihatlah mereka benar-benar menatapku dengan berbagai ekspresi.
Pada akhirnya kami memutuskan untuk berjalan terus tanpa mengatakan apapun. Sungguh sangat tidak mudah untuk menjadi seseorang tanpa sorotan berarti disini? Apa lagi jika harus berurusan dengan Wonwoo atau pun Mingyu, belum lagi DK dan Scoup hyung juga terkenal disini. AH! Ku rasa memasuki sekolahan ini memang bukan pilihan yang tepat! Aku tidak mengerti kenapa aku bisa seceroboh ini?
Sinb pov end
"Apa dia baik-baik saja?" Joshua bertanya kepada seseorang dihadapannya yang tak lain adalah DK. Joshua terlihat lebih kurus dengan lingkaran hitam di sekeliling matanya. Ia duduk disebuah kursi cafe dengan DK yang menatapnya prihatin.
"Hm...Bagaimana dengan dirimu? Setidaknya hiduplah seperti manusia normal dengan makan 3 kali sehari dan tidur secara teratur." DK mulai mengomeli sahabatnya ini yang seketika membuat Joshua tersenyum.
"Aku selalu membenci omelanmu tapi entah kenapa hari ini aku menyukainya." Ungkap Joshua sambil tersenyum yang seketika membuat DK terlihat sedih.
"Kembalilah bersama kami Joshua-ya...Terlalu sulit untuk tinggal di negara besar seorang diri bukan?" Ekspresi Joshua berubah seketika.
"Dan aku selalu tidak suka dengan sikapmu yang seperti ini." DK cukup mengerti apa yang Joshua rasakan.
"Semua ini bukan salahmu. Kau dan Sinb hanya korban dari kelalaian mereka, para orang dewasa itu." Joshua hanya mampu mendesah mendengarkan ucapan DK.
"Aku juga tidak mampu untuk melihatnya. Karena kau cukup tau seberapa besar aku menyukainya? Aku selalu berusaha mengontrol diriku untuk tak berlari memeluknya tiap kali ia berada dihadapan ku." Joshua mengungkapkan semua yang ia rasakan.
"Ya, aku tahu itu. Kami juga menuruti semua perkataanmu untuk meninggalkannya sendiri selama ini, karena Sinb juga ingin menutup dirinya. Entah apa yang membuatnya bersekolah ditempat ku dan setelah ku selidiki, itu adalah campur tangan Abojimu." Joshua terdiam menatap DK seolah bertanya.
"Apa maksudmu?" Tanya Joshua tak mengerti.
"Aboji Yuju bekerja di Jeon Ho Group yang merekomendasikan keluarganya untuk sekolah di sekolahan yang di miliki perusahaan tersebut dan baru-baru ini aku mendengar firma hukum Hwang Taebak bertanggung jawab penuh untuk segala legalitas yang ada di perubahaan Jeon Ho Group." Ucap DK.
"Jadi maksudmu apa? Untuk apa Aboji menginginkan Sinb sekolah ditempatmu? Aku tahu bahwa ia ingin sekali aku dan Sinb menjadi generasi penerus Firma hukum milik kami, namun aku sudah mengatakannya untuk tak mengganggu Sinb lagi dan membiarkanku untuk mengurusnya." Terang Joshua.
"Jadi? Itu alasanmu pergi ke Amerika? Kau menukar kebebasanmu agar Sinb tidak di libatkan dalam segala urusan firma hukum keluarga mu?"
"Wah, aku ketahuan! Kau memang pantas menjadi seorang detektif." Sindir Joshua yang membuat DK tertawa.
"Benarkah? Aku sangat ingin menjadi seorang Polisi tapi kau sangat tahu bahwa pria tua itu tidak akan membiarkan ku! Mungkin aku bisa menjadi detektif swasta saja dan membuka kantor di daerah gangnam haha...Kembali lagi ke topik awal. Jadi? Bukan kah selama ini kau sangat ingin menjadi sebuah produser sebuah acara musik? Aku sangat ingat, saat kau tersenyum saat membuat video klip untuk band ku. Apa benar, kau akan melepaskan semua impian mu itu Joshua-ya? Masih ada banyak kesempatakan untukmu kembali bersama kami dan yang terpenting kau harus tetap berjuang untuk hidupmu sendiri. Jika Sinb tahu tentang ini, ia tidak akan mampu untuk memaafkan mu dan dirinya sendiri." Ucap DK panjang lebar membuat Joshua menghela nafas lagi.
"DK-ah...Aku akan kembali itu pasti, namun tidak sekarang! Aku harus tahu kenapa Aboji masih saja mengincar Sinb." Joshua berbicara dengan mengirutkan keningnya seolah memang tidak tahu apa yang terjadi.
"Sebenarnya, ada yang belum ku katakan kepadamu..." DK terdiam, memberikan jeda pada perkataannya membuat Joshua kini menatapnya, menunggu sahabatnya itu mengatakan sesuatu.
"Ku rasa Abojimu sudah mengatur perjodohan untuk Sinb."
"MWO? Kau sedang tidak bercanda kan?" Tanya Joshua menatap DK tak percaya.
"Aku juga berharap seperti itu. Namun kau cukup tahu bagaimana kedekatan pria tua itu dengan Abojimu. Aku mendengarkan langsung percakapan mereka." Joshua menggeleng dengan ekspresi shocknya.
"Ini sama sekali tidak masuk akal, apa yang Aboji pikirkan sebenarnya? Belum cukup ia menjodohkan ku dengan Kim Bora sekarang bahkan Sinb?" Ekspresi Joshua seketika terlihat marah.
"Hwang Taebak bukan lagi sebuah firma hukum biasa. Itu setingkat dengan perusahaan jasa hukum yang didalamnya terdapat puluhan penasehat hukum dan ratusan pengacara dengan level A. Banyak perusahaan besar yang mempercayakan legalitas mereka pada Hwang Taebak. Alasan abojimu menjodohkanmu dengan Kim Bora adalah karena orang tua gadis itu merupakan petinggi negara dengan itu Abojimu akan memiliki koneksi cukup kuat di pemerintahan sementara Jeon Ho Group masuk deretan 10 besar perusahaan terbesar di Asia, Abojimu membutuhkan sendok emas untuk menjadi pegangannya." Kali ini DK seolah berperan sebagai wartawan surat kabar lokal, siapa yang akan menyangka bahwa pria gila ini terkadang bisa memiliki pemikiran seperti ini? Joshua hanya menunjukkan senyum sinisnya.
"Haruskah prediksimu sejauh itu?" Tanya Joshua yang seketika membuat DK menghentikan aktifitasnya yang meminum secangkir exspresso dan memandang Joshua.
"Kau terlalu polos atau bagaimana? Sejak lahir aku sudah tinggal bersama pria tua itu dan darinya lah aku belajar banyak bagaimana orang sepertinya dan Abojimu merencanakan sesuatu untuk mencetak banyak uang. Aku selalu berharap bahwa aku bisa mengubah takdir kalau itu mungkin? Hidup ini terlalu singkat jadi sepatutnya kita pergunakan untuk sesuatu yang kita sukai bukan?" Kata DK dengan sikap sok coolnya yang seketika membuat Joshua menjitak dahinya karena kesal dan gemas bersamaan.
"Yak! Berhenti menjitakku. Kita tidak sedang bermain baduk sekarang!" Seketika Joshua tertawa. Ya, dulu ia, DK, Scoup dan Sinb memiliki hobi yang sangat aneh seperti para ajussi yaitu bermain baduk. Permainan kuno namun cukup membuat mereka menguras otak. Tidak ada yang istimewa dalam permainan itu namun mereka bisa bersama sedikit lebih lama karena mereka adalah anak-anak kesepian yang membutuhkan seseorang disisi mereka.
"Jadi? Siapa putra dari Jeon Ho yang akan di jodohkan dengan Sinb?" Joshua membuat suasana kembali tegang dengan pertanyaannya. DK menghela nafas, sepertinya sahabatnya ini tidak akan menyerah begitu saja.
"Kau masih ingat namja yang bersama kami dirumah sakit?" Joshua mengangguk.
"Dia? Mereka sedekat itu? Ia pernah mengatakan bahwa Sinb adalah kekasihnya." Joshua masih saja memperlihatkan ekspresi shocknya.
"Entahlah aku tidak bisa memberikan jawaban apapun kepadamu saat ini. Aku tidak tahu kapan mereka mulai dekat, tapi mereka tidak tahu bahwa mereka telah di jodohkan." Baik Joshua maupun DK saling menghela nafas.
---***---
Sinb dan Wonwoo duduk berhadapan di salah satu meja cafe. Wonwoo sedang berkonsentrasi dengan jus dan handphonenya, sementara Sinb beberapa kali melirik disekelilingnya merasa aneh dengan pandangan banyak siswa. Beberapa waktu lalu cafe ini cukup sepi tapi semenjak ia dan Wonwoo duduk disana, seketika cafe ini sangat ramai dipenuhi oleh siswi yang sepertinya ingin tahu apa yang Sinb dan Wonwoo lakukan.
"Katanya kau sangat lapar? Kenapa kau tidak memakannya?" Tanya Wonwoo seketika membuat Sinb berhenti melirik di sekitarnya kemudian mendesah.
"Aku tidak bisa menerima gangguan ini. Sepertinya makan dengan mu adalah keputusan ceroboh." Ungkap Sinb dengan ekspresi datarnya.
"Hahaha..." Seketika membuat Wonwoo tertawa geli.
"Wae?" Sinb tak mengerti kenapa Wonwoo harus menertawainya.
"Apakah ini karena kau sering bersamanya?" Pertanyaan ambigu dari Wonwoo yang masih saja menertawakan Sinb yang membuat gadis itu cukup kesal.
"Wae? Bersama dengan siapa?" Sinb memandang sebal Wonwoo.
"DK Hyung! Apa kau tidak sadar? Kata-katamu sama berlebihannya dengannya." Bibir Sinb tambah mengerucut ketika mendengarkan kata-kata terakhir dari Wonwoo.
"Yak! Aku berbeda dengannya. Kenapa kau selalu mengaitkan aku dengannya." Keluh Sinb yang tak terima disama-samakan dengan DK.
"Bukankah dia Hyungmu? Ku rasa wajar kalau kalian mirip." Wonwoo mulai menggoda Sinb dan gadis itu masih saja menatap Wonwoo datar.
"Diamlah atau aku akan memasukkan sandwich ini ke mulutmu!" Ancam Sinb yang membuat Wonwoo tertawa geli.
"Aish, gadis kasar ini! Kalau saja kau lebih lembut mungkin kau akan terlihat lebih..."
"Lebih apa? Manis? Apa kau bermimpi? Sudah terlalu banyak gadis manis yang berujung dengan kelemahan yang nyata! Perlu kau tau, aku tidak ingin menjadi seperti itu!" Sinb dengan keras kepalanya.
"Hm...Ku rasa kau akan lebih lama tak memilih kekasih." Komentar Wonwoo.
"Kau pikir aku peduli tentang itu? Aku hanya ingin menikmati hidup ku sekarang." Ucap Sinb sambil melahap sisa sandwichnya dan Wonwoo memandangnya dengan senyum berbeda.
"Wah daebak! Pertunjukkan macam apa ini?" Seseorang tiba-tiba duduk diantara mereka berdua membuat Sinb dan Wonwoo menatapnya dengan pandangan tidak sukanya.
"Jadi kalian berkencan? Hahaha...Ini cukup lucu dan menjengkelkan!" Ekspresinya berubah menjadi dingin.
"Kim Mingyuk!" Bentak Wonwoo.
"Yak! Brengsek! Apa kau begitu membenciku? Beritahu aku alasannya eoh? Agar aku bisa membalasmu tanpa rasa bersalah." Sinb terlihat begitu sangat jengkel dengan Mingyu yang selalu mengganggunya.
"Hwang Sinb!" Kali ini Wonwoo berusaha untuk menghentikan Sinb untuk tak membuat keributan.
"Wae? Kenapa kau sangat ingin tahu? Itu alasan yang sangat sederhana. Aku tidak menyukaimu hanya itu." Mingyu terus saja membuat Sinb merasa kesal.
"Kunyuk sialan! Kenapa kau tidak pergi saja ke neraka! Dunia ini sangatlah tidak cocok untuk namja sampah sepertimu!" Sinb tak berhenti menyumpahi Mingyu yang kini telah berdiri dan hendak pergi namun Mingyu menghalanginya.
"Kau mau kemana? Aku belum selesai berbicara denganmu!" Terik Mingyu
"Mingyu! Lepaskan dia!" Kali ini Wonwoo juga berteriak dan berusaha menghalangi Mingyu.
"Apa kau berusaha menjadi sok pahlawan didepannya? Aish, itu menjijikkan dan membuatku mual." Cibir Mingyu.
Mingyu berusaha menarik Sinb lebih dekat dengannya dan sepertinya Sinb tahu apa yang akan dilakukan pria ini. Dengan cepat Sinb memelintir tangan Mingyu dan membanting tubunya ke lantai cukup keras.
BRUG
"Sudah ku katakan berhenti mempermainkan ku! Kau dan juga kau...Selesaikan masalah kalian! Jangan libatkan aku lagi. Aku cukup muak dengan omong kosong ini!" Ucap Sinb sembari meninggalkan Mingyu yang tergeletak dilantai untuk kedua kalinya dan Wonwoo yang memandang kepergian Sinb dengan helaan nafas.
"Kau mulai menyukainya kan?" Tanya Mingyu dengan tawa sinisnya.
"Aku tidak akan membiarkan itu...Kau tau?" Ancam Mingyu yang kini telah berdiri dan meninggalkan Wonwoo yang terdiam dengan pikirannya yang kacau. Entah kenapa? Bahkan Wonwoo tidak membantah perkataan Mingyu, apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?