Sinb berjalan memasuki kelas barunya dengan wajah kesalnya dan Yuju mengikutinya. Sinb berhenti ketika mengetahui bahwa ia belum mendapatkan tempat duduk. Yuju yang mengetahui kebingungan Sinb segera menghampirinya
"Disini, kau boleh duduk disini." Ucap Yuju, menunjukkan tempat duduk kosong disampingnya. Kemudian Yuju menampakkan senyumannya sembari berbisik kepada Sinb.
"Kau seharusnya merasa beruntung. Dikelas ini ada banyak anak chaebol kelas 1." Bisik Yuju sambil tertawa berusaha menggoda Sinb yang kini memutar bola matanya dan menatap Yuju sebal. Yuju sangat tahu, kalau sepupunya ini tidak suka dengan sesuatu yang seperti itu.
"Ayolah, kau tidak ingin ku patahkan lehermu sekarang bukan?" Seketika Yuju terbahak.
"Hahaha...Hyung kau sangat keren." Ucap Yuju sambil memukulkan kedua tangannya pada bahu Sinb dengan ekspresi manja yang seketika membuat Sinb menatapnya horror.
"Kau? Jangan meniru pria gila itu." Ucap Sinb
"Baiklah, aku ingin ke Toilet. Apa kau mau ikut?" Sinb menggelengkan kepalanya dengan cepat. Yuju mengangguk mengerti dan meninggalkan Sinb sendiri di dalam kelas.
Kini hanya tinggal Sinb dan beberapa siswa lainnya dengan kesibukan mereka masing-masing. Sinb berusaha menelusuri tempat itu dengan matanya. Tempat ini serupa dengan sekolah lainnya, ada kursi, meja, papan hanya saja mungkin semua benda itu yang terbaik yang pernah ada di Korea menurut Sinb. Gadis itu menghela nafas lagi, berada diruangan yang nampak begitu luas dan nyaman ini tak lantas membuatnya tenang. Sinb malah merasa sesak, hanya dengan membayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk membuat sekolah elit seperti ini. Karena terlalu malas hanya untuk memikirkannya Sinb memilih meletakkan kepalanya pada meja. Memejamkan matanya, berusaha menghiruf udara segar dalam-dalam. Satu hal keunggulan sekolah barunya adalah banyak ditanam pepohonan yang rindang, yang dapat membuat lingkungan disekitar menjadi lebih segar.
BROK....
Suara pintu yang ditutup begitu keras. Sinb mendengarnya, namun rasanya ia sudah tidak memiliki tenaga hanya untuk mendongakkan kepalanya. Bukan sekolah namanya jika tidak dipenuhi dengan kebisingan dan ulah para siswanya, pikir Sinb.
BRAK...
Kali ini suara gebrakan meja yang seketika membuat Sinb penasaran. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati seseorang berdiri didepan meja guru dengan tatapan sang pemburu yang tajam. Sinb hanya menatapnya datar, tidak terlihat takut sama sekali. Sementara beberapa dari siswa yang ada di dalam kelas memilih untuk segera pergi sebelum ancaman datang.
"KAAA!!!!" Sinb menghela nafas sebelum akhirnya berdiri mencoba pergi, namun ketika sampai di depan pintu ada sosok jangkung yang menghalangi jalannya.
"Siapa yang menyuruhmu untuk pergi hah?" Ucap namja itu sama dengan tatapan namja satunya. Sinb diam, menghela nafas untuk kesekian kalinya. Sungguh, gadis itu sangat ingin membanting tubuh kedua namja itu. Namun, sekarang adalah hari pertamanya masuk sekolah bukan? Dan dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mengontrol emosinya dan tidak mengacau di hari pertamanya disini.
Sinb masih terdiam sampai ketika namja yang semenjak tadi berdiri dihadapan meja guru tiba-tiba datang menariknya untuk menjauh dari namja jangkung itu.
"Jangan mengganggunya, kita selesaikan urusan kita." Tatapnya sengit. "Ka...Pergilah sekarang!" Pinta namja itu sembari menunjukkan pintu keluar pada Sinb. Sinb yang sebenarnya begitu kesal hanya mampu menghela nafas dan beranjak pergi.
Srappppp
Chu
Namja jangkung itu tanpa sebab yang jelas menarik Sinb. Seperti sebuah serangan cepat pria namja jangkung itu menciumnya. Sinb membeku dan bersama dengan namja yang sedang berdiri disampingnya.
Sinb pov
Sialan! Kenapa harus disini dan dihari ini mereka harus berkelahi? Ayolah, berhenti bersikap kekanakan. Kalian sudah sangat dewasa, haruskan bertindak konyol seperti ini? Aku benar-benar tidak ingin merusak hari pertamaku dengan hal kekanakan seperti ini. Mengertilah kalian!
"Jangan mengganggunya, kita selesaikan urusan kita." Sebenarnya? Apa yang membuatku harus berada ditengah-tengah perkelahian konyol ini? "Ka...Pergilah sekarang!" Aku juga ingin segera pergi dari sini. Bukannya kalian yang menahanku. Baiklah, aku akan pergi
eeeeeeeehhhhhhhhh apa ini?
Chu~
MWOYA!!!!!!!!
Aku membisu menatapnya tak percaya dan ia hanya menampakkan seringaiannya. SIALAN! Dia berani sekali menciumku? Aku akan membanting tubuhnya kalau sampai dalam hitungan ke3 dia tidak meminta maaf. 1,2....
"APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK!" Sebelum aku bergerak, namja dihadapanku sudah berjalan terlebih dahulu dan mencengkram kerah baju namja kurang ajar yang berani menciumku itu. Sungguh, seumur hidup aku belum pernah diperlakukan seperti ini. Wah, mereka berdua benar-benar membuat darah ku mendidih. Ini benar-benar memalukan, mereka semua menontonnya diluar. Arrrrgggghhhhhhh...sungguh menyebalkan. Rencanaku untuk menjadi siswa biasa saja disini, tidak akan berjalan dengan lancar kalau sampai aku menghabisi mereka berdua, karena itu akan menjadi berita besar. Namun kenyataannya mereka melecehkanku dan itu penghinaan terbesar dalam hidupku. Aku paling tidak bisa mengampuni siapapun yang merendahkan harga diriku.
BRENGSEK! HWANG SINB...Kau harus menghabisi mereka disini sekarang! Kalau tidak? Kau tidak akan mampu menyelamatkan harga dirimu yang selalu kau sanjung-sanjung itu. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri omong kosong menyebalkan ini. Tapi kau sudah berjanji untuk tidak bersikap kekanakan lagi bukan? Ottokae???
"Wae?"
"Berhenti bersikap pengecut bangsat! Selesaikan urusan kita dan biarkan yeoja ini pergi." Aku benar-benar membenci suasana ini dan makin banyak yang berkerumun, SIALAN!
"Kuyuk sialan!" Gumamku.
"MWO?" Bagus, sekarang mereka melihat ku. Aku menatap sengit kearah mereka berdua.
"Kau mengumpati ku?" Tanya namja yang menarikku dengan kasar barusan.
"Kalian berdua." Jawabku dengan mantap. Aku melihatnya menatap ku tak percaya dan satunya pria kurang ajar itu, menatapku seolah tertarik dengan tetap menunjukkan senyuman innocent yang menipu. Huh, menjengkelan! Benar-benar ingin ku banting tubuhnya beberapa kali.
"Apa kau tidak tau siapa diriku?" Siapa dirimu? Perlu kau tahu, herarki macam apapun yang sudah menjadi budaya disini? Tidak akan berlaku bagiku!
"Siapapun dirimu dan juga dia. Kalian sudah mengusikku. Terutama kau!" Tudingku kepada pria dengan muka innocent itu.
"Lalu apa yang akan kau lakukan Sinb-ssi." Kali ini dia berbicara dan dengan lancangnya menyebut namaku dengan mulut yang sudah berani menyentuh bibirku. SIALAN! Ini benar-benar tidak bisa di biarkan. Biarkanlah jika memang ini terlihat kekanakan!
"Aku akan menyelesaikanmu dulu. Agar kau ingat ini seumur hidupmu tentang apa yg terjadi hari ini." Aku menarik tangannya dengan cepat dan membantingnya.
BRUG
Arrrggghhhh
"Kauuuuu...."
Cukup mudah ternyata, dalam satu serangan aku bisa melumpuhkannya.
"Itu hadiah untukmu karena berani menciumku. Kunyuk sialan!" Dan aku membalikkan badanku kini menatap pria itu.
"Sekarang giliranmu." Aku menyeringai.
"Kau tidak akan berani melakukannya!" Dia menantangku? Hahaha, kau belum tau seperti apa Hwang Sinb? Sekarang kau akan tahu! Persetan dengan semua batasan yang telah ku buat. Hanya satu yang tidak ku suka didunia ini. Siapapun yang mengusikku, aku membencinya!
Dengan cepat aku meraih tangannya dan segera membantingkan tubuhnya. Ia berusaha untuk menahan pergerakanku. Hoho, dia cukup kuat juga tapi kau tidak akan bisa mengalahkan kekuatan Hwang Sinb jika ia sedang marah. Habislah kau!
BRUG
Aku dapat melihatnya mengernyit kesakitan.
"Ahh...Ini benar menyebalkan. Hari pertama ku disini dan kalian menghancurkannya." Gumamku dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Aku berjalan melewati pintu dan kerumunan siswa itu mundur dengan cepat. Apa mereka takut kepadaku? Itu konyol!
"Sinb-ah, gwenchana?" Aku melihat wajah penuh kekhawatiran dari Yuju.
"Tidak!" Bagaimana aku baik-baik saja ketika mereka kedua kunyuk sialan itu mempermalukanku!
"Baiklah-baiklah...kita pergi dari sini. Ku pikir kau haus." Ucap Yuju yang masih menyadari kekesalan ku. Dan disepanjang jalan, aku dapat merasakan mereka berkasak-kusuk membicarakanku, kurasa.
Kami telah sampai disebuah kantin sekolah dan dapat kalian bayangkan bukan? Tempat ini sangat-sangat wow. Hampir mirip restaurant mewah dan untuk kesekian kalinya, aku merasa muak. Menjatuhkan diriku pada meja sembari menunggu Yuju memesan minuman.
SIALAN! Aku tidak bisa melupakan kejadian tadi, arrrgggghhhh ini menyebalkan mengingat senyumnya itu.
"Ini orange juice kesukaanmu. Mianhae..." Yuju duduk dihadapanku dengan wajah yang tertunduk.
"Wae? Kenapa kau meminta maaf?" Aku menatapnya tak mengerti.
"Kalau saja aku tak meninggalkanmu tadi mungkin..."
"Itu bukan salahmu, jadi kau tidak perlu meminta maaf. Mereka adalah namja tidak berguna." Aku tidak bisa mengendalikan emosiku ketika mulai membahas mereka berdua.
"Kau jangan mengatakan seperti itu." Yuju menghela nafas sembari menatap ku khawatir.
"Wae? Apa yang kau takutkan?" Aku tau bahwa kemungkinan mereka adalah chaebol dan bukankah semua siswa disini rata-rata seorang chaebol? Namun kembali lagi mereka dibedakan dengan hirarki menyebalkan itu, kelas satu, dua dan seterusnya.
"Mereka ada di puncak Sinb-ah. Puncak rantai makanan disini." Oh, jadi benar? Mereka ada ditingkat satu.
"Lalu kenapa? Apa mereka akan membuatku keluar dari sekolah ini?" Tanyaku dengan malas kepada Yuju. Aku melihatnya terdiam dan raut kecemasan itu semakin menjadi. Sepanjang aku mengenal Yuju dan menghabiskan waktu bersamanya, ini sudah kedua kalinya bagiku melihatnya dengan raut wajah seperti ini, yang pertama adalah saat tahu bahwa Appa dan Eomma bercerai. Mungkinkah ini sesuatu yang besar? Sebegitu berpengaruhkan mereka?
"Bahkan lebih buruk dari itu. Mungkin kalau mereka mau, mereka bisa membuatmu tidak diterima disekolah manapun. Sinb-ah, ku rasa kau harus meminta maaf kepada mereka?" Hah! Aku tidak percaya ini. Bagaimana bisa dia?
"Apa kau gila? Kau tidak melihat bagaimana mereka memperlakukanku dan namja kurang ajar itu berani menciumku Yuju-ya. Haruskah aku mentoleran perbuatan kurang ajar itu?" Aku tidak mengerti kenapa ia begitu ketakutan? seberkuasa apakah mereka?
"Dengarkan aku baik-baik. Kedua namja itu adalah putra keluarga chaebol yang berpengaruh terhadap perekonomian negara kita. Jeon Wonwoo adalah pewaris Jeon Ho group dan kau sudah sangat tahu seperti apa perusahaan raksasa itu bukan? Dan sekolah elit ini juga miliknya. Satu lagi, namja yang sengaja menciummu itu adalah Kim Mingyu, pewaris dari Ming Suk Group yang bergerak di bidang perbankan terbesar di Korea Selatan dan memiliki beberapa cabang di Asia." Aku hanya mampu menghela nafas.
"Apa kau sedang memamerkan kekayaan mereka kepadaku? Juyu-ya kau sangat tau bukan, aku membenci semua itu." Aku tahu dia mencemaskanku tetapi kenapa harus dengan semua ini?
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Mereka adalah dua kekuatan besar disini dan juga mereka suka sekali memberikan tanda merah bagi siapapun yang mereka inginkan." Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang Yuju katakan.
"Tanda merah? Apa maksudmu?" Sungguh membuat penasaran!
"Jadi, jika kau menemukan tanda merah seperti sebuah kertas merah dengan tulisan namamu maka saat itulah kau akan ditandai dan menjadi korban bully seluruh sekolahan ini."
"MWO? Kau tidak bercanda kan?" Ah, apa benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan oleh anak-anak chaebol itu selain hal tidak berguna seperti ini?
"Ne dan aku takut itu akan terjadi kepadamu. Aku benar-benar tidak bisa melihatmu menjadi korban bully oleh mereka Sinb-ah." Kurasa ini tidak akan menjadi baik.
"Tenanglah, itu tidak akan terjadi. Kau tidak perlu mencemaskannya." Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang? Khawatir atau takut? Ini adalah hari pertamaku disekolah ini dan semuanya sudah kacau. SIALAN! Kenapa aku harus terlibat dengan kekonyolan ini.
"Kau yang bernama Hwang Sinb?" Seketika aku dan Yuju mendongak. Mendapati seorang yeoja dengan tubuh ramping dan wajah bak idol menyilangkan tangannya didepan dadanya, menatap kami dengan wajah kesal bercampur penasaran mungkin?
"Wae?" Tanya ku yang tak mengerti dari mana gadis ini mengetahui namaku.
"DK sunbae memanggilmu. Disana diruang music." Entah mengapa, tanpa sadar aku menghela nafas lega. Aku berfikir mungkin itu mereka tapi nyatanya bukan. Aku saling berpandangan dengan Yuju kemudian tersenyum bersama. Ku rasa ia juga merasakan hal yang sama.
Sinb pov end
Sinb dan Yuju berjalan berdampingan menuju ruangan music. Sepanjang jalan Yuju terus melirik kearah Sinb yang tetap memasang wajah datarnya seperti biasa.
"Kenapa jam masuk kelas begitu lama?" Pertanyaan pertama yang keluar dari Sinb yang selama beberapa waktu hanya berjalan tanpa banyak berkata. Yuju yang tertangkap sedang memperhatikannya kelabakan menjawab pertanyaan Sinb.
"Seharusnya memang tadi tapi sekarang jam kosong. Kau baik-baik saja kan?" Pertanyaan yang semenjak tadi ingin Yuju katakan akhirnya ia katakan juga. Sinb menoleh kemudian menyunggingkan senyum sipul.
"Aku tidak baik-baik saja. Kau lihat sendiri kan? Ini hari pertamaku dan namja gila itu? Sudah memerintah ku seenaknya." Seketika Yuju tertawa. Ya, seperti inilah seorang Sinb yang ia kenal. Dia akan menjadi banyak bicara jika ia begitu kesal.
Mereka telah sampai diruang music dan disana sudah ada Sowon. Sosok yeoja cantik bak peri menurut Sinb. Sowon berjalan mengampiri mereka berdua dengan raut wajah berbeda dan Sinb merasakannya.
"Wae eonni?" Tanya Yuju yang juga merasa ada yang berbeda.
"Itu, sebaiknya kau masuk saja ke dalam. Dokyeom menunggumu Sinb-ah." Suara Sowon benar-benar menunjukkan kecemasannya.
"Hanya dia?" Tanya Yuju dan Sowon mengangguk.
"Dia tidak akan menjebakku macam-macam bukan? Aish, aku sudah mengenalnya cukup lama. Apa dia masih sepicik dulu?" Guman Sinb.
"Masuk saja, kau akan tau sendiri." Wajah Sowon tetap saja serius yang seketika membuat Sinb dan Yuju saling melirik tidak mengerti.
"Baiklah..." Ucap Sinb sambil berjalan meninggalkan mereka berdua.
Sinb berjalan dengan tenang memasuki ruang music sampai ketika ia melihat sosok DK berdiri memunggunginya sembari memainkan gitar.
"Hyung...Tak bisakah kau bertingah seperti tak mengenaliku? Kau benar-benar ingin ku rumukkan tulang mu? Katakan! Apa maumu?" Ucap Sinb tanpa tahu bahwa DK di dalam ruangan itu tidak sendirian.
"Wow, kau memang yeoja luar biasa. Sepertinya kau memang berbakat untuk mengacam orang?" Mata Sinb melebar ketika melihat sosok lain diruangan itu. Namja yang baru saja ia serang, salah satu dari dua kunyuk sialan!
"Dia memang seperti itu." Ucap DK yang kini berjalan mendekati Sinb dan mulai merangkul bahunya. Sinb yang merasa emosi setiap melihat wajah namja itu bertambah kesal.
"Dia akan menjadi sangat liar ketika kalian mengusiknya!" Kalian? Sebenarnya ada berapa orang didalam ruangan ini? Mata Sinb seketika menjelajah mencari sosok lain di ruangan itu dan benar saja, ia menemukannya. Namja yang berhasil mendapatkan ciuman pertamanya, kini sedang menatapnya dengan santai duduk di sebuah sofa. Ekspresi tanpa dosa itu sungguh mengganggu Sinb.
"Apa mau mu, katakan!" Ucap Sinb tanpa berbasa-basi.
"Kalian lihat bukan? Karena itu aku menyukainya." Kedua namja itu seketika tersenyum menanggapi omongan DK sementara Sinb hanya menghela nafas kesal, menahan emosinya.
"Hyung...Kau ingin mati? Hentikan omong kosong ini!" Bisik Sinb yang sudah tidak tahan dengan suasana dan nuansa aneh ini.
"Wkwkwkwk, baiklah! Kau itu adalah hoobie kesayanganku. Saat mereka berdua berfikir untuk menjadikanmu target. Aku tidak bisa menerima itu, jadi ku putuskan untuk memanggilmu agar kalian bisa berunding." Seketika Sinb menatap DK tak percaya dan dari tatapannya seolah mengatakan 'apa kau gila?' Dk yang mengerti arti tatapan dari Sinb hanya nyengir kuda.
"Apa kau tidak tau apa yang mereka lakukan kepadaku?" Kali ini volume suara Sinb meninggi.
"Liatlah hyung, ku rasa dia tidak akan mau meminta maaf kepadaku." Ucap namja yang semenjak tadi berdiri diharapan mereka.
"Wonwoo-ya, dia akan mau meminta maaf karena ia selalu memagang kata-katanya. Benar bukan kataku?" Tanya Dk yang seketika membuat SinB menghela nafas lagi. Ia tahu apa yang sunbaenya ini katakan? Bahwa sekarang Sinb hanya ingin menjadi dirinya sendiri, tidak berurusan dengan apapun yang rumit dan memusingkan baginya. Dokyeom memang selalu bisa mengerti apa yang gadis ini fikirkan, karena mereka memang begitu dekat dulu.
"Kalau begitu? Bukankah dia harus meminta maaf kepadaku sekarang hyung? Bukankah kau tidak pernah melihatku sebaik ini? Aku melakukannya itu karena dirimu hyung." Ucap Wonwoo dengan tatapan sinisnya membuat Sinb begitu kesal. Gadis itu mulai mengatur nafasnya sebelum berjalan mendekati Wonwoo.
"Aku akan meminta maaf, kalau kau juga meminta maaf kepadaku!" DK hanya tertawa ketika ia mendengarkan ucapan Sinb. Gadis pemberani yang tidak akan pernah terprovokasi oleh apapun!
"Wae? Kenapa aku harus meminta maaf kepadamu? Aku tidak merasa memiliki salah kepadamu!" Ucap Wonwoo dengan santai.
"Tentu kau punya. Kau membentakku dan menarikku dengan kasar. Itu poin kesalahanmu." Kedua namja itu hanya terkikik mendengarkan ocehan Sinb. Gadis itu benar-benar luar biasa. Dia seolah bertindak seperti hakim dalam sebuah sidang.
"Kalau aku tidak mau?" Wonwoo tidak berhenti bermain-main.
"Tidak masalah, aku juga tidak akan meminta maaf. Mengenai ide kalian ingin menargetkanku? Kalian yakin akan melakukan itu? Kalian belum tau siapa diriku bukan?" Ucap Sinb sambil tersenyum penuh arti
"Memang siapa dirimu?" Ucap Wonwoo dengan ekspresi meremehkan.
"Aku Hwang Sinb...Gadis yang tidak akan mudah menyerah! Kalian boleh saja mengusikku dengan berbagai macam cara. Kalau pun kalian menyuruh banyak orang untuk mengerjaiku. Aku akan mematahkan semua tulang orang-orang suruhanmu! Itu sangat mudah untukku seperti membalikkan telapak tangan." Kata Sinb dengan serius.
"wkwkwkwkwk...Kau benar-benar menunjukkan sifat aslimu." Ucap DK sambil terbahak.
"Sebaiknya kalian memilih damai. Aku benar-benar tidak ingin semuanya menjadi semakin memanas. Gadis ini benar-benar tidak bisa kalian pandang remeh. Dia tidak selemah yang kalian kira. Percayalah padaku!"
"Jadi apa mau mu? Aku harus meminta maaf?" Ucap namja yang entah sejak kapan sudah berdiri samping Wonwoo. Namja yang telah mencium Sinb.
"Sebaiknya kau mengikuti saranku Mingyu-ya." Sahut DK sembari menunjukkan tangannya kearah Mingyu dengan gaya super berlebihan. Mingyu tertawa geli melihat kelakuan DK.
"Kalian benar-benar membuang waktuku!" Gumam Sinb yang nampak terdengar jelas. Wonwoo yang semanjak tadi begitu kesal datang mendekat hanya beberapa inci jarak diantara mereka dan keduanya saling menatap tajam.
"Kau tidak tau bagaimana aturan main disini bukan? Kaum sosial seperti mu tak layak untuk mengatakan hal semacam itu." Sinb tertawa sinis.
"Oh, aku melupakan itu. Mungkin aku tidak terbiasa dengan hirarki konyol seperti yang kau ucapkan. Ku rasa sebuah sekolah adalah tempat dimana kita belajar bukan? Mengembangkan semua hal yang mampu kita kembangkan. Baru pertama kali ini ada sebuah sekolah dengan sistem sekonyol ini? Aku tidak mengerti kalau sebagian dari kalian masih berfikir kolot seperti jaman dinasti joseon yang masih disibukkan dengan kasta. Kau harus berfikir dan bertindak sesuai kastamu. Hello? Come on, tidakkan itu cukup menggelikan? Disaat anak seusia kita di negara lain sudah melakukan banyak penelitian dan menemukan banyak hal baru, kita masih disibukkan dengan kasta yang memuakkan, bukankan itu cukup konyol?" DK hanya terkikik dan ekspresi kedua namja itu sulit diartikan.
"Kau pandai berargumen. Aku benar-benar menyukaimu. Bagaimana kalau kita berkencan saja?" Celoteh Mingyu yang seketika membuat Sinb menatapnya tak percaya. Disaat seperti ini? Namja itu masih saja berbicara omong kosong.
"Hyung...Aku benar-benar tidak tahan berada disini. Jebal, jangan tularkan ke dunguanmu itu kepada mereka berdua. Aku pergi..." Sinb pergi begitu saja meninggalkan ketiga pria itu yang masih tercengang melihat sosok berbeda seorang gadis yang tidak pernah sekali pun mereka jumpai.
DK hanya mampu tersenyum sembari mengatakan. "Bagaimana? Dia luar biasa bukan? Dia adalah gadis terkuat yang ada disini menurutku. Jangan mengusiknya, dia hanya akan menyelesaikan studinya disini. Percaya padaku, setelah ini dia tidak akan berurusan lagi dengan kalian. Kalau aku berbohong, mobil baru ku bisa menjadi milik kalian." Ucap DK dengan cengiran yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Kenapa kau begitu melindunginya?" Ucap Wonwoo tak mengerti. Mingyu yang penasaran juga menantikan jawaban dari DK.
"Dia telah menyelamatkan hidupku." Gumam DK sembari meninggalkan kedua namja itu yang masih mematung.