SinB pov
Hidup? Apa kalian semua tahu seperti apa hidup yang akan kalian lalui? Aku mungkin akan memberikan sanjungan bagai siapapun yang mampu menebak apa yang akan terjadinya pada diri mereka esok. Namun kenyataannya manusia memiliki begitu banyak keterbatasan bukan? Begitu banyak cela, begitu banyak kekurangan. Dengan semua realita itu? Pantaskan kita terus meyakini bahwa ucapan kita selalu benar?
Aku Hwang SinB, gadis berumur 17 tahun. Sepanjang berjalalanan hidup ku, aku mulai mempelajari dan mengenal tentang banyak hal dari yang sederhana, perasaan sedih, senang, khawatir, terabaikan, sepi dan sendiri. Manusia, kehidupan dan apapun yang menghubungannya. Sesuatu yang ku mengerti saat ini bahwa segala sesuatu tidak ada yang akan bertahan selamanya. Keabadian yang selalu akan menjadi mustahil bagi manusia seperti kami.
Kebanyakan orang selalu berpendapat bahwa hidup adalah tentang cinta? Aku tidak pernah menyalahkan pendapat itu tetapi aku juga tidak menganggapnya benar. Satu bukti nyata adalah orang tuaku, mereka menikah karena cinta dan mereka mengakhiri hubungan mereka dengan sejuta alasan yang tak sepatah kata pun menyebutkan kata cinta.
Sedetik saja manusia bisa berubah. Ya, aku sangat setuju dengan pepatah ini. Beberapa kata yang kita ucapkan tak luput dari dusta. Hidup dengan mengandalkan perasaan diatas kelogisan hanya akan membuatmu terlihat lemah dan jikalau kau hanya mengandalkan kelogisanmu dibandingkan perasaanmu kau akan menjadi manusia egois dan keras kepala.
Bukankah begitu rumit menjadi manusia? Karena begitu rumit menjadi manusia, mereka menciptakan sebuah aturan yang mengarah pada kebijaksanaan dan keadilan menurut penilaian mereka. Jadi? Bukan cinta yang membuat dunia begitu rumit, tetapi kerumitan itu karena manusianya—karena kita!
"Sampai kapan kau akan terus berdiri disitu?" Aku membalikkan badanku dan mengembangkan senyum pada sosok gadis cantik nan ceria itu. Terkadang aku merasa kebahagian itu cukup sederhana, hanya menyisihkan sedikit waktu untuk saling memperhatikan satu sama lain. Menyisihkan waktu hanya untuk bersama untuk sesaat itu cukup berpengaruh kepada perasaan kita agar tidak mudah berubah—berubah menjadi asing dan dingin.
"Sinb-ah...Kajja, nanti kita akan terlambat." Ia menggenggam tanganku dan menariknya sampai depan sebuah van. Aku hanya mampu menghela nafas. Hari ini akan menjadi awal baru, lembaran baru. Sekolah baru dengan suasana baru dan teman baru tentunya. Bisakah aku beradaptasi?
Kami sudah masuk didalam van yang entah mengapa aku merasa nyaman didalamnya. Aku tinggal bersama kakak dari eommaku. Semenjak mereka memutuskan untuk bercerai, aku dibesarkan dirumah nenek. Bukan karena mereka tidak peduli denganku? Hanya saja, aku merasa kalau aku hanya menjadi penghalang bagi mereka untuk membuka lembar baru dengan keluarga baru mereka. Jadi ku putuskan untuk tinggal bersama nenek, namun semenjak nenek meninggal beberapa waktu lalu...Sebelum Nenek meninggal, beliau menitipkan ku pada Paman karena nenek cukup tahu bahwa aku tidak akan mau kembali kepada kedua orang tua ku. Heolmoni—Aku merindukanmu!
"Nanti kau akan sekelas dengan Yuju." Ucap Paman membuatku harus dengan terpaksa tersenyum, meskipun aku tidak tahu apa yang membuatku harus tersenyum? Mungkin untuk sebuah kesopanan?
"Lihatlah Appa, bahkan dia tidak bisa tersenyum dengan benar." Aish, gadis ini selalu saja begitu jeli. Aku hanya mampu mendesah sembari menatapnya datar.
"Yuju-ya, kau tak harus memaksanya untuk menjadi seperti dirimu. Kau perlu ingat...Kita memiliki karakter kita masing-masing. Melihatnya tidak begitu murung seperti biasanya, eomma rasa itu cukup baik." Aku menangkap senyum tulus di bibir bibikku. Ah, aku benar-benar merasa iri dengan keluarga Paman. Meskipun hidup tidak terlalu mewah namun mereka cukup bahagia dengan semuanya. Yuju kau cukup beruntung.
Van kami telah sampai di depan sebuah gerbang sekolah. Jeon Ho High School, sekolah elit yang akan mengangkat martabat keluarga siapapun yang masuk disekolah ini. Sekolah dengan berjuta koneksi, jika kalian ingin sukses dengan mudah? Maka kalian dapat masuk ke sekolah ini.
"Hati-hati ya kalian berdua." Nasehat bibi
"Yuju-ya...Jaga Sinb baik-baik." Ucap Paman sembari mengacak rambut Yuju hangat. Aku hanya mampu mengembangkan senyum sipul. Sungguh keluarga yang hangat.
"Tentu...Kami masuk dulu Appa...Eomma..." Aku mengikutinya untuk membungkuk memberikan salam kepada paman dan bibi.
Kami berjalan bersama memasuki pintu gerbang sekolah ini. Seperti dugaanku sekolah ini benar-benar wah, dengan bangunan kokoh nan modern dan nuansa elegantnya benar-benar kuat. Siswa-siswi berlalu lalang dengan kemewahan yang melekat pada diri mereka.
"Kenapa aku merasa...Kau tak terkejut sama sekali ketika memasuki sekolah ini?" Aku menoleh menatap Yuju sepenuhnya kemudian tersenyum.
"Benarkah?" Tanyaku.
"Ne, kau tahu? Saat pertama kali aku masuk sekolah ini. Aku benar-benar shock, bagaimana tidak? Saat aku hanya bermain-main dengan SNS mereka sudah membicarakan tentang saham, membuka cabang perusahaan baru, tentang sidang...Coba kau bayangkan? Di usia mereka yang seharusnya hanya memikirkan untuk bersenang-senang bermain bersama teman-teman, menggoda satu sama lain, tapi mereka sibuk dengan pembicaraan orang dewasa." Aku hanya mampu tersenyum mendengarkan ocehan sepupuku yang satu ini.
"Tunggu...Bukankah jarak rumahmu yang dulu sangat dekat dengan sekolah ini? Kenapa kau tak mendaftar disekolah ini. Ku rasa Paman yang menjadi pemilik sebuah firma hukum cukup mampu untuk menyekolahkanmu disini?" Ya, Appa memang pemilik sebuah firma hukum dan jika saat itu aku menuruti saran Appa dan Eomma mungkin aku akan menjadi siswa di sekolah ini dan mungkin aku akan masuk kelas ketiga (Grup Pewaris Kehormatan). Sebuah Herarki konyol yang diciptakan oleh anak cheobal itu. Aku adalah tipikel seseorang yang berhati-hati dalam bertindak. Sebelum mereka menyarankanku untuk masuk di sekolah ini, aku menyelidikinya terlebih dahulu. Ada 4 kategori tingkatan, kalian bisa menyebutnya kasta. Kelas tertinggi adalah bagi mereka yang menjadi pewaris sebuah perusahaan dan julukan mereka adalah chaebol. Kelas kedua adalah bagi mereka pewaris saham, kekayaan yang berbentuk saham. Kelas ke tiga adalah seperti diriku, jika saja aku masih tinggal bersama Appa. Namun kenyataannya sekarang aku berada di kelas ke empat yaitu kelas social. Aku tidak ingin mengecewakan paman yang begitu peduli padaku. Jadi kuputuskan untuk masuk ke dalam lingkaran herarki yang menyebalkan ini. Karena aku tidak ingin terlihat mencolok maka dengan hanya bermodalkan otakku aku memasuki sekolah ini, memanfaatkan kepedulian social di sekolah ini dan akhirnya aku memperoleh beasiswa. Yuju masuk disini karena paman menjadi pekerja di perusahaan Jeon Ho Group dan ia juga masuk kelas social bersamaku. Yuju dengan keberuntungan dari Paman dan aku menggunakan kepintaranku untuk masuk kemari.
"Aku tidak tertarik untuk sekolah disini." Aku melihatnya mengkirutkan kening. Apakah jawabanku aneh?
"Wae?" Masih belum merasa puas dengan jawabanku.
"Aku hanya tertarik pada sebuah sekolah yang lebih menggunakan otak...Meskipun sekolah Baek Ho sekolah dengan jadwal belajar yang cukup padat? Tapi tidak ada yang bisa meremehkan tingkat kejeniusan siswanya. Setidaknya itu sedikit manusiawi bukan? Dari pada seseorang dengan kapasiitas otak rendah namun berlagak seperti seseorang dengan kepintaran dan kekayaan, hanya karena mereka lebih mampu untuk menyewa guru privat mahal untuk membuat mereka sedikit pintar. Bukankah itu cukup mengesalkan?" Yuju hanya mampu mengangguk membenarkan semua perkataanku.
"Aku tidak percaya kau memiliki pemikiran seperti itu Sinb-ah." Ucapnya dengan mata berbinar.
"Jadi, sekarang katakan! Apa saja yang harus ku ketahui saat menjadi siswa disini?" tanyaku dan ia seolah berfikir.
"Kau hanya harus berusaha menghindari perselisihan dengan para chaebol. Hanya itu saja...tapi apa kau cukup tahu siapa mereka?" Aku menggeleng, untuk apa aku perlu tahu?
"Di club apa mereka biasa berkumpul?" Tanyaku to the poin.
"Disini siapapun bisa masuk club...Selama kau punya uang dan berambisius. Kau bisa masuk club manapun tapi bersiaplah untuk menjadi budak atau di bully." Hm...ternyata lebih parah dari yang ku duga.
"Kau masuk club mana?" Ku rasa Yuju pasti memilih club yang aman baginya.
"Seni...Aku cukup berbakat di menyanyi dan dance. Mereka semua mengakui kemampuanku, dari situ aku mendapatkan kekuatan." Ku pikir dia memilih club yang aman ternyata pilihannya cukup ekstrim. Club itu adalah tempat mereka para siswa yang ingin menunjukkan kemampuannya. Mungkin Yuju adalah salah satu yang berbakat tapi yang lain? Aku tidak yakin, ku rasa mereka hanya memanfaatkan club itu hanya sebagai salah satu tempat mereka menunjukkan betapa sempurnanya para chaebol itu. Entah mengapa? Baru beberapa menit aku disini...Aku sudah merasa muak.
"Jadi club mana yang ingin kau masuki?" Aku diam sesaat sembari memikirkannya masak-masak.
"Judo."
"MWO? Apa kau yakin? Aku memang tahu kau bagus di Judo tapi di tempat ini kurang peminatnya. Kemungkinan hanya ada 10 orang anak yang bergabung, itu pun karena mereka memang seorang atlet." Bagus kalau begitu, dengan anggota sedikit seperti itu tidak akan cukup mengganggu bukan? Dan ku rasa para chaebol itu tidak akan pernah masuk didalam club Judo.
"Sangat yakin." Ucapku sambil berjalan mendahuluinya. Aku melirik Yuju yang seolah berfikir keras, sungguh menggemaskan!
Kami berjalan menuju kelas kami yang berjarak beberapa meter dari lorong. Seperti yang dikatakan Yuju sebelumnya mereka yang ku lihat berusaha untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam banyak hal, bahkan saat bicara pun mereka terlihat bersaing. Ku rasa besok aku harus membawa earphone ku agar telingaku terhindar dari segala hal yang memuakkan ini.
"Yuju-ya..." Seseorang memanggilnya dengan perawakan yang terlihat begitu cantik dan menawan. Untuk sesaat aku merasa tersihir, aku merasa kagum dan iri pada kecantikan natural gadis yang kini berdiri dihadapanku sekarang. Ku rasa dia sedikit berbeda dari yang lain.
"Sowon eonni..." Panggil Yuju yang seketika merangkul tangan gadis yang bernama Sowon itu. Kemudian dengan senyum yang masih membekas di bibirnya, ia memandangiku dengan ekspresi ingin tahu. Yuju dapat menangkap rasa keingintahuan dari gadis itu.
"Kenalkan eonni...Dia adalah sepupuku Hwang Sinb." Gadis itu mengulurkan tangannya penuh semangat dan aku segera menyambutnya. Ini sangat aneh, entah kenapa? Aku merasa kami akan menjadi teman yang baik.
"Kim Sowon imnida." Ucapnya dengan senyum yang begitu manis.
"Sowon eonni adalah senior kita, jadi kau harus memanggilnya eonni..." Pinta Yuju membuatku mengangguk pelan.
"Eonni...Dia memang seperti itu selalu datar ekspresinya. Ku harap kau tak merasa tersinggung..." Aish, apa yang anak ini bicarakan sebenarnya? Aku menatapnya tajam.
"Lihatlah, dia sekarang sedang mengancamku dengan tatapan tajamnya..." Seketika gadis itu tertawa dengan anggunnya.
"Sowon-ah..." Kami bersamaan menoleh pada sosok jangkung yang kini berjalan penuh karisma mendekati kami. Tunggu...sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana? Oh my god, dia... DK hyung!!!
"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak melihatku latihan tadi?" Keluhnya dengan ekspresi merajuk. Aish namja gila ini...bisa juga pertingkah seperti bayi. Aku benar-benar tidak dapat menahan tawaku. Aku ingin lihat, apakah dia mengenaliku?
"Maafkan aku, aku ada jadwal main golf bersama anak-anak tadi." Ucap Sowon Eonni dengan ekspresi bersalahnya. Dari yang ku tangkap? Mereka sepertinya pasangan?
"KAU? Sepertinya aku pernah melihatmu? Tapi dimana?" Aku masih berusaha mempertahankan ekspresi datarku. Tapi...membayangkan kita pernah menjadi teman seperjuangan? Ku rasa ini tidak terlalu buruk juga bertemu dengannya disini. Semoga saja gadis disampingku ini benar-benar pasangannya...itu akan cukup melegakan bagiku, ah...aku benar-benar tak sabar untuk mengoloknya!
"Cacing Hwang...Kau kah itu?" MWO? Dia masih mengingat julukan sialan itu?
"Annyeong...Pria gila..." Ucapku dengan berusaha sebisa mungkin untuk menahan tawaku. Aish! Kenapa aku harus bertemu dengannya disini dan dapat ku lihat tatapan Yuju yang seolah mempertanyakan tentang keakraban kami. Sowon eonni juga menatap kami dengan ekspresi bingun tapi masih saja tidak hilang keanggunannya itu.
"Wow...Itu benar-benar kau." DK Hyung, merangkul dan mengacak rambutku, dasar. Bahkan ia meninggalkan Sowon eonni dengan ekspresi kebigungannya. Aku berusaha melepaskan rangkulannya tapi dia masih tetap sama seperti 4 tahun yang lalu.
"Ayolah...Jangan seperti ini..." Bisikku kepadanya sambil melirik pada dua makluk cantik dihadapanku yang masih mematung menatap kami dengan tanda tanya besar di otak mereka masing-masing, ku rasa seperti itu.
"Wae? Kita sudah lama tidak bertemu. Apa keahlianmu masih sama?" Aku mengirutkan keningku merasa bingung.
"Apa maksudmu?" Aku masih berusaha melepaskan rangkulannya. Kedua gadis itu masih sama menatap kami dengan heran bercampur bingung. Ku pastikan Yuju akan tertawa jika tahu bahwa aku pernah bersahabat dengan pria gila ini. Mengenalnya benar-benar membuatku kehilangan imageku yang dingin.
"Tonjokan mautmu." MWO? Aku melotot kearahnya dan seketika ia terbahak.
"BHAHAHAHAHAH, Kau tetap sama." Aku hanya menghela nafas sebal. Kalau saja tidak ada dua makluk yang sejenis dengan ku itu, mungkin sudah ku tendang dia.
"Jadi? Kalian saling kenal?" Aku menoleh menatap Sowon eonni yang mulai berjalan mendekati kami. Apa dia cemburu? Tapi aku hanya menangkap senyum. Diluar dugaan ia mencubit lengan DK Hyung.
"Aish apa yang kau lakukan?" Keluh DK hyung.
"Kau...Berhentilah menggodanya. Sinb-ah mianhae, dia memang selalu seperti itu." Aku hanya mampu tertawa melihat mereka. Sungguh manis!
"Yak! Kau tertawa? Ini pertama kalinya?" Yuju menggerak-gerakan badanku beberapa kali. Segera—aku merubah ekspresi ku kembali.
"Kau tidak tahu saja...Dulu dia adalah satu tim denganku. Dia adalah drummer di BLACKJADE." Oh my god, jangan katakan dia akan merekrut ku kembali? Apa mungkin dia belum bisa move on dari keinginan gilanya untuk menjadi rockstar? Oh, ini cukup mengkhawatirkan!
"Yuju-ya...Ayo kita kekelas. Bukankah sebentar lagi bel akan berbunyi?" Kataku dengan menyeret Yuju.
"Tunggu...Kau pikir aku akan melepaskanmu?" Aku berhenti dan menghela nafas pasrah dan Yuju berbisik kepadaku.
"Wae?" bisik Yuju.
"Dia menyebalkan!" kataku
"Dia itu keren!" Ucap Yuju lagi. Aku mendengarkan langkah kakinya dan aku sudah mendapati ia berada dihadapanku. Memegang kedua pundakku dengan cukup percaya diri.
"Kau harus bergabung dengan BLACKJADE lagi cacing hwang." Aish sudah ku duga!
"Tapi Hyung..."
"Hyung?" Sahut Yuju dan Sowon eonni bersamaan. DK hyung terbahak melihat reaksi kedua gadis itu dan aku? Hanya mampu menghela nafas sebal.
"Kalian tahu? Julukan untuk gadis dihadapan kalian ini? Sin Boo Hyung! Tidak ada yang benar-benar berfikir kalau dia adalah wanita..." SIAL! Dia mulai berceloteh.
"Bagaimana bisa begitu?" Tanya Yuju dengan tingkat ketidak mengertiannya.
"Karena itu imagenya di BLACKJADE 'Pria berwajah wanita'...Siapapun yang tidak memanggilanya dengan sebutan itu...Akan mendapatkan pukulan dan tendangan maut darinya." SI KUNYUK INI!!!
"Hyung...Apa kau tidak bisa berhenti? Apa kau merindukan pukulan atau tendangan mautku itu hah?" ancamku dan lagi-lagi dia terbahak.
"Baiklah...Aku tidak akan merusak hari pertamamu disini, tapi ku pastikan kau akan terus berurusan denganku." Bisiknya
"Kau mengacamku?" Tanyaku.
"Tidak...Hanya mengingatkan saja kalau aku pria gila seperti dulu." Dan untuk kesekian kalinya ia terbahak.
"Lakukan saja...Kalau kau masih sayang dengan nyawamu, kau akan berpikir dua kali untuk mendekatiku. Kau paham dengan maksud ku bukan?" Ia hanya tertawa ringan.
"Ka...Sebelum aku tendang barang berhargamu!"
"Aish...Kau tidak pernah berubah." Ucapnya dengan cengiran khas pria gila seperti biasanya.
"Jangan pernah berharap bahwa langit akan turun ke bumi. Seperti itu pula dengan diriku. Dasar kau! Ingat hyung, aku hanya akan seperti bayangan disini. Sekali kau mengusikku? Kau akan lihat seorang dewa kematian dihadapanmu! Encamkan itu..." Ucapku sembari berjalan meninggalkannya yang masih dapat ku dengar tawanya.
"Hahahaha...Jangan pernah berharap bahwa langit akan turun ke bumi, aku juga akan seperti itu. Tidak ada yang dapat mengalahkan keteguhan ku! Ku pastikan kita akan bertemu lagi di BLACKJADE Cacing Hwang!" Aish...Si kunyuk itu!
"Aku tidak mengerti sebenarnya kalian mempunyai hubungan apa? Dan apa benar ucapannya itu?" Yuju menyerangku dengan pertanyaan yang membuatku ingin memenggal kepalanya disini! Kalau boleh sekarang! Aku berhenti dan menatapnya sebal.
"Berhenti bertanya atau aku akan menyumpal mulutmu dengan lakban." Seketika bibirnya mengerucut menatapku kesal.
"Urusi saja urusanmu!" Ucapku sembari berjalan meninggalkannya.
SinB pov end