Loading...
Logo TinLit
Read Story - DANGEROUS SISTER
MENU
About Us  

Seorang yang memiliki ciri menyerupai pria sedang duduk diatas castel ditengah malam yang begitu sunyi dan udara dingin yang menerpa. Namun, ia tidak pernah terpengaruh dengan suasana maupun suhu yang buruk. Wajahnya terlihat putih pucat, lebih putih dari kebanyakan orang Korea.

"Ckckck, mereka benar-benar iblis." Gumamnya dengan mata menyala, menunjukkan emosinya.

"Beraninya melukai Aliceku. Menjadikannya sebagai tumbal? Jangan bermimpi! Aku tidak akan membiarkan siapapun melakukannya!" Geramnya.

---***---

Alice tak mampu memejamkan matanya meskipun beberapa menit yang lalu Ten tidur disampingnya. Pria itu pergi begitu saja setelah mendengarkan bisikan mistik yang hanya seorang penyihir yang mampu mendengarkannya. Alice yang memang sedang terjaga meskipun ia memejamkan matanya dapat mendengarkannya juga. Itu adalah suara Eommanya dan entah mengapa? Ia benar-benar mulai gelisah.

Alice berusaha menghilangkan kegelisahannya dengan memejamkan matanya kembali dan ia dapat merasakan emosi Sally.

"Adam, haruskah aku menemuinya?" Gumamnya bertanya pada dirinya sendiri. Alice bimbang dan seolah berfikir keras.

"Kalau aku menemuinya pasti tidak akan mudah untuk masuk kesana. Mereka pasti membentengi castle itu dengan mantra yang kuat." Alice mendesah, ini benar-benar pilihan yang sulit. Seketika ide itu muncul yang dapat mengukirkan senyum di bibirnya.

"Ahh kenapa aku lupa ini? Aku bisa masuk kedalam mimpinya bukan? Ya, aku bisa melakukan itu." Segera, Alice duduk diatas tempat tidurnya dengan bersila dan kedua tangannya saling menyatu, kemudian ia memejamkan matanya.

Alice pov

Semakin lama aku mulai merasakan ketidak nyamanan tiap kali berada didekatnya. Ten? Apa yang berusaha kau sembunyikan dariku? Aku menatap wajah teduhnya, dia masih sama seperti dulu namun aku merasa sesuatu yang berbeda, aura yang berbeda. Aku merindukanmu yang dulu.

"Kemarilah..." Eomma? Apa eomma berusaha untuk memanggilnya? Why? Itu panggilan mistik. Aku segera memejamkan mataku ketika tubuh Ten mulai bergerak. Aku dapat merasakan gerakannya yang berlahan dan samar-samar aku melihatnya menghilang. Kenapa ia harus menggunakan kekuatannya? Bukankan itu akan sangat berpengaruh kepada umurnya? Aku tak mengerti sungguh.

Rasa apa ini? Sedih? Sally!

Aku dapat merasakan emosi kelam yang kuat. Kurasa itu dari Sally, ia pasti mencemaskanku.

"Adam, haruskah aku menemuinya?" Entah semenjak kapan, ini menjadi kebiasaan. Merasa bahwa hanya Adam yang selalu disisiku dan mendengarkanku. Kalau saja aku dapat melihatnya kembali? Walau dalam bentuk roh.

"Kalau aku menemuinya pasti tidak akan mudah untuk masuk kesana. Mereka pasti membentengi castle itu dengan mantra yang kuat." Dan kebiasaan ini tak berhenti berakhir

"Ahh, kenapa aku lupa ini? Aku bisa masuk kedalam mimpi bukan? Ya, aku bisa melakukan itu." Kenapa tidak terfikirkan olehku?

Aku pun mulai duduk dan menyatukan kedua tangan ku, memejamkan mata dan mulai membaca mantra. Aku merasakan di dalam fikiranku melihat begitu banyak lorong dan aku terbang dengan cepat melintasinya sampai pada titik dimana aku menembus dinding. Dinding dimana itu seolah pembatas antara fikiran dan alam mimpi.  Aku melewati dinding itu yang mengantarkanku pada sebuah pemandangan danau dengan kemurnian semak belukar dan jenis tumbuhan lain yang masih sangat asli tanpa tersentuh.

Disana, aku melihat sebuah pohon cukup besar dan seseorang duduk dengan kepala menunduk. Entah mengapa? Aku merasakan aura kesedihan yang kelam.

"Sally..." Ya, dia adalah Sally. Aku melihatnya masih menunduk tak mengindahkan panggilanku.

"Sally..." Panggilku lagi sembari berjalan mendekatinya. Ia masih terus menunduk sampai aku pun ikut berjongkok dihadapannya. Aku menyentuh helaian rambutnya yang berantakan dan menyelipkannya pada kedua telinganya. Kemudian ku angkat wajah cantik nan manis yang kini di penuhi dengan air mata. Berlahan ku usap kristal bening yang membasahi pipinya.

"Alice..." Lirih dan aku mengangguk sembari berkaca-kaca.

"Kau kah itu? Kenapa kau harus pergi?" Aku terdiam untuk sesaat. Sulit bagiku untuk mengutarakan semua isi hatiku tentang alasan kenapa aku harus meninggalkannya.

"Mereka akan menjagamu dengan baik." Dan pada akhirnya hanya kata itu yang mampu ku ucapkan. Aku melihat Sally menggeleng sambil menangis dan aku menghapus air matanya lagi.

"Ku mohon jangan bersedih lagi. Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat sekarang." Aku menghela nafas untuk sesaat sebelum akhirnya melanjutkan perkataanku.

"Mungkin saat ini aku tidak bisa bersamamu seperti dulu tapi aku berjanji padamu, suatu saat nanti kita akan bersama-sama lagi. Sekarang ini, aku hanya bisa menemuimu lewat mimpi Sally...Jangan pernah berfikir bahwa aku benar-benar meninggalkanmu." Aku meraih tangannya dan menggerakkannya menuju dadanya, tepat di hatinya.

"Aku selalu ada dihatimu, karena kau menempatkan diriku yang pertama dihatimu. Jadi apapun yang kau rasakan? Aku akan mengetahuinya...Jadi, berhentilah bersedih saudariku. Jangan menutup hatimu seperti dulu, bukalah hatimu untuk seseorang yang baru. Kau harus memikirkan kehidupanmu sekarang. Doyoung, meskipun dia tidak sekuat diriku...Dia akan terus melindungimu dan keluarga vampire itu, mereka akan menjagamu dengan baik. Kau hanya perlu untuk menungguku kembali Sally." Kataku sembari membelai pucuk kepalanya dengan lembut. Tidak pernah sekali pun aku berfikir akan menjadi sedekat ini dengannya, setelah semua yang terjadi diantara kami.

Sebuah takdir indah yang Tuhan berikan kepada kami. Sesama manusia yang tanpa memiliki hubungan darah nampak begitu dekat seperti ini. Kedekatan yang lebih dibandingkan dengan seseorang yang memiliki hubungan darah.

"Kapan kau akan kembali?"

"Entahlah..." Kembali lagi, aku membisu.

"Kau benar baik-baik saja? Alice maafkan aku untuk semuanya." Aku tersenyum, tidak semua hal adalah salahmu. Aku juga bersalah dan sekarang aku benar-benar bingung dengan semua yang terjadi, namun aku tidak bisa mengatakan semuanya kepadamu.

"Kalau kau ingin ku maafkan? Kau harus tetap hidup dengan baik. Aku akan terus mengawasimu dari jauh, jadi ku mohon jangan bersedih lagi. Sepertinya aku harus segera pergi." Dan Sally menggeleng lagi, memohon lewat tatapannya agar aku tidak pergi.

"Alice..." Aku mendengarkan bisikannya. Pria Monster itu, bahkan ia mampu memasuki alam mimpi dan menemukan ku disini bersama Sally. Apa kekuatannya berkembang sekarang?

"Sally, aku harus pergi. Jaga dirimu baik-baik dan ingatlah, aku akan terus mengawasimu. Kau harus hidup lebih bahagia." Gumamku sembari memeluknya erat dan aku segera pergi darinya. Kembali lagi melewati lorong dengan mendengarkan gema panggilan darinya dan juga monster itu.

Lagi, aku kembali membuka mataku dan mendapati Aaron sudah berdiri hadapan ku. Aku mengernyitkan keningku tak mengerti dengan kehadirannya secara tiba-tiba. Bahkan wajahnya nampak begitu serius.

"Why?" Tanya ku dan ia berjalan mendekat. Berjongkok dihadapan ku dan menatap ku dengan deru amarah yang sangat terasa.

"Apa yang membuatmu marah?" Aku melihatnya mengatur nafasnya dan dengan cepat, aku meraih kedua tangannya untuk menenangkannya.

"Katakan!" Pintaku.

"Maukah kau pergi bersamaku sekarang Alice?" What? Pergi sekarang? Aku menatapnya tak mengerti. Ini bukan pertama kalinya ia mengajakku untuk pergi bersamanya tanpa alasan yang jelas. Dia sama sekali tidak berubah.

"Why? Sampai kapan kau akan melarikan diri Aaron? Ku pikir, setelah banyak hal yang terjadi? Kau akan berubah menjadi lebih dewasa? Aku sungguh kecewa kepadamu." Ya, aku begitu kecewa kepadanya. Aku sangat tau seperti apa seorang Aaron karena kami tumbuh bersama. Aku dan Adam sudah cukup banyak mentolerir segala perbuatannya selama ini. Tapi sekarang? Disini? Aku tidak memiliki kekuatan untuk menjadi tangguh dihadapannya.

"Ini bukan tentang melarikan diri atau apapun Alice." Ia mendesah sembari memejamkan matanya. Ada apa dengannya? Sikap Aaron benar-benar membingungkan!

"So then?"

"Tempat ini tidak aman untukmu Alice!"

"What do you mean?" Ucapnya membuatku penasaran. Aaron mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Come on Aaron...Please" Jangan membuatku semakin penasaran.

"Mereka mempunyai tujuan lain..."

"WHAT???"

"Can you explain to me? Who they are?" Mereka? Siapa?

Aaron mendesah sebelum ia melanjutkan perkataannya.

"Your family." What? Impossible!

"Tujuan apa?" Perkataan Aaron sangat ambigu.

"Mereka memiliki tujuan lain kepadamu dan itu adalah sesuatu yang buruk." Aku menatapnya tak percaya.

"Are you kidding?"

"Apa kau melihatku bercanda? Kau lebih mengenalku dari siapapun ku rasa. Seegoisnya diriku, aku tidak akan membiarkanmu terluka sedikit pun. Meskipun aku harus membunuh semua makhluk yang berada di dunia ini hanya untuk melindungimu, pasti akan ku lakukan!" Aku tersenyum kecut. Itu hanya omong kosong Aaron bukan? Dia hanya tak suka melihatku menemukan keluarga ku lagi dan kedekatanku bersama Ten.

"Jangan berbicara omong kosong Aaron! Bagaimana bisa kau berkata seperti itu kepada keluargaku?" Aku menatapnya kesal, kenapa kau tidak pernah berubah? Alice! Kau begitu bodoh, bagaimana kau bisa berharap sesuatu seperti itu kepada seorang Aaron yang begitu egois dan kau lupa? Dia adalah seorang monster sekarang. Pemangsa manusia dan juga tidak terikat dengan perjanjian itu. Perjanjian antara vampire dan hunter. Dalam sehari, jika ia lapar dia akan memangsa berapa pun manusia yang ia inginkan.

"Coba kau fikirkan? Kenapa sekarang mereka mencarimu? Kenapa bukan dulu? Saat kau akan di kirim ke eropa? Ku rasa mereka menunggu waktu yang tepat disaat kau mencapai wujudmu yang sesungguhnya." Aku terdiam, Aaron ku mohon jangan merasuki fikiran ku dengan omong kosong mu itu.

"Kenapa kau diam Alice? Ku rasa kau yang lebih cerdas dariku sudah memikirkan ini sebelumnya bukan? Kau masih meragukan mereka hahaha." Aku melihat Aaron tertawa mengejek, ingin rasanya aku mendorongnya dengan kekuatan syihirku, namun tak semua ucapannya itu salah. Aku memang masih meragukan mereka.

Mataku melebar menatap Aaron ketika aku menyadari deru langkah kaki mendekat. Tidak hanya sepasang tapi lebih dari itu.

"Why?" Ucap Aaron yang menyadari wajah tegangku.

"Mereka datang, kau harus segera pergi dari sini!" Aku menggunakan teleport ku untuk memindahkan tubuh Aaron dan aku segera membaringkan tubuhku kembali.

Kreeet

Pintu penghubung kamarku dengan lorong akhirnya terbuka dan deru langkah kaki itu semakin mendekat. Aku memejamkan mataku kembali.

"Tidak terjadi apapun disini." Itu suara Ten.

"Tapi, aku memcium bau vampire dan sisa kekuatan syihir nak." Shit! Aku lupa untuk menetralisir syihir ku. Kenapa mereka begitu khawatir? Apa mereka melupakan diri ku yang memang seorang penyihir hitam?

"Dan lihatlah eomma...Alice masih tertidur." Aku mendengar desahan lega dari eomma.

"Syukurlah...Kita harus lebih waspada sekarang nak. Berita tentang Alice pasti sudah menyebar di kalangan penyihir dan mereka pasti akan mulai mencarinya." Mencariku? Why?

"Hm...Aku mengerti eomma. Itu kenapa aku terus menjaganya disamping aku harus melatih para pasukan vampire."

"Kita harus segera melaksanakannya sebelum semua klan berkumpul dan berusaha menyerang kita." What? Kenapa semua klan harus menyerang keluarga kami. Ten...Eomma, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalian tak mengatakannya kepada? Kenapa?

"Kalau begitu, lebih baik kau beristirahat. Besok datanglah ke kamar eomma dan kita akan membahasnya kembali."

"Ne eomma."

Kreet

Eomma pun pergi dan Ten kembali membaringkan tubuhnya disampingku. Memelukku dengan hangat.

"Aku tahu kau tidak tidur." What? Dia tahu?

"Apa yang mengganggu fikiranmu?" Aku mengambil nafas dalam. Tanpa berbalik, aku berusaha mengutarakan semua kegelisahanku.

"Kau dan semuanya." Gumanku.

"Kau meragukanku?" Dan aku pun mengangguk.

"Menghadaplah kepadaku!" Pintanya dan segera aku menatapnya.

Kami saling beradu pandang dan nampak jelas bahwa kami sibuk dengan pemikiran masing-masing. Aku dengan perjuta pertanyaan tentang dirinya dan ku rasa ia juga mempertanyakan tentang apa yang ku rasakan?

"Kau harus jujur padaku. Aku sudah cukup jauh berjalan Ten bahkan aku sudah meninggalkan Sally hanya demi bersamamu sekarang." Ucapku, entah apa yang ku fikifkan sampai aku melakukan hal itu.

"Ku mohon berhentilah untuk mengecewakanku." Rupanya harapanku begitu besar dibandingkan dengan kecurigaanku. Entah mengapa? Aku tidak bisa menerima bahkan berangan-angan tentang kemungkinan dugaan Aaron itu benar. Arrggghhh...Ten kau tidak seperti itu bukan?

"Aku tidak akan pernah mengecewakanmu, percayalah." Ucapnya penuh dengan keyakinan. Alice ayolah, kau harus mempercayainya.

"Aku akan memegang janjimu." Kataku dengan serius. Kemudian Ten memelukku dan mengecup keningku lembut.

Pada akhirnya, kami saling memejamkan mata sampai ketika aku merasakan sinar mentari membuatku silau. Aku membuka mataku dan menemukan Ten sudah tidak berbaring disampingku lagi.

Alice pov end

Sally masih meringkuk dalam tempat tidurnya. Masih teringat jelas pertemuannya dengan Alice semalam. Wajahnya terlihat gelisah dan khawatir sampai ketika Jaehyun datang bersama Doyoung. Melihat penampilan Sally yang terlihat kacau membuat kedua pria itu bingung.

"Ada apa denganmu?" Tanya Jaehyun yang sama sekali tak di tanggapi oleh Sally.

"Sally...Ada apa?" Kali ini Doyoung mendekat menatap lekat manik mata hitam nan indah itu. Sally menatap balik Doyoung dengan mata berkaca-kaca.

"Alice datang..." Gumamnya pelan yang seketika membuat dua pria itu terkejut.

"MWO? Bagaimana itu bisa terjadi?" Jaehyun terlihat begitu kesal.

"Kau yakin?" Tanya Doyoung dengan nada pelan. Sally mengangguk dengan pasti.

Sally pov

Entar itu mimpi atau kenyataan? Aku bertemu dengan Alice. Ia memintaku untuk meneruskan hidup. Menyuruhku untuk tetap bahagia? Dia terus mengkhawatirkan dan memaafkanku meskipun berulang kali aku melakukan kesalahan.

"Ini tidak bisa di biarkan!" Ah, dia mulai lagi. Aku tidak ingin berdebat dengannya sekarang.

"Dia tidak melukaimu bukan?" Kembali, monster ini selalu saja berlebihan.

"Tentu saja tidak. Dia adalah saudariku. Berapa kali aku harus mengulangnya hah?" Sungguh aku tidak menyukai siapapun yang menyinggung saudariku itu.

"Apa itu hanya mimpi atau iya benar-benar menemuimu?" Hm...Otak lemot Doyoung kambuh lagi. Kalau saja Alice ada disini, ku rasa dia akan habis dengan lidah tajam Alice.

"Ia memang datang kedalam mimpinya." Itu? Suara Taeyong? Ya, aku melihatnya berjalan kearah kami. Ku rasa sekarang ia sudah sembuh.

Jaehyun menatap Taeyong dengan ekpresi tanda tanya besar. Meskipun begitu,  tidak akan mengurangi kadar ketampanannya. Shit! Kenapa para vampire ini benar-benar begitu tampan. Aku selalu lupa diri kalau berada didekat mereka. Ah, Alice help me!

"Apa maksud perkataanmu hyung?" Monster tampan Jaehyun dengan segala keingintahuannya.

"Dia datang kedalam mimpi Sally, aku berusaha untuk masuk juga." What? Jadi suara itu...Suara itu adalah suaranya. Wow...Amazing! Seberapa besar kekuatan vampire ini sampai bisa memiliki kekuatan yang sama seperti Alice? Dan kenapa ia begitu ingin menemui Alice? Ada apa dengan mereka berdua sebenarnya?

"Bagaimana bisa kau melakukan itu? Yang ku tau kau hanya bisa membaca fikirannya dan berkomunikasi dengannya tanpa orang lain tahu." What? Bagaimana bisa? Membaca fikiran dan berkomunikasi dengan Alice? Impossible! Meskipun aku dengannya begitu dekat. Alice hanya mampu merasakan emosiku selebihnya? tidak ada. Aku pun tidak pernah bisa menebak apa yang saudariku itu rasakan. Lalu? Bagaimana bisa, seorang vampire sepertinya memiliki ikatan batin dengan Alice yang merupakan keturunan seorang Hunter dan baru-baru ini kami ketahui adalah seorang penyihir hitam? Aku tidak mengerti ini?

"Entahlah, ku rasa aku masih bisa membaca fikirannya dan berkomunikasi dengannya sampai detik ini, bahkan jika aku mau? Aku bisa menggunakan komplusif ku untuk mempengaruhinya, namun untuk mencapai itu? Aku harus mencapai level lebih tinggi lagi." Komplusif? Ah, itu adalah kekuatan untuk mempengaruhi seseorang dan para vampire itu hanya mampu mempengaruhi manusia biasa dan juga makhluk sejenis mereka kurasa. Untuk seorang hunter? mereka tidak bisa melakukan itu tak terkecuali mereka yang masih berada di level rendah seperti Doyoung.

"Hyung jangan katakan kau adalah..."

"Ani, aku tidak pantas kau sebut seperti itu. Aku hanya vampire kaum bangsawan, hanya itu saja dan hentikanlah pemikiranmu itu. Kalau sampai ini terdengar oleh klan lain, kau sangat tau apa yang akan terjadi pada keluarga kita." Aku melihat wajah Taeyong terlihat begitu serius dan Jaehyun hanya menunjukkan cengirannya.

"Tapi hyung, coba kau fikirkan? Selama ini tidak ada vampire yang memiliki kekuatan sepertimu. Bukankah itu cukup aneh?"

"Lee Jaehyun! Berhenti berbicara omong kosong! Mulai sekarang kau harus bertanggung jawab untuk semua perkataan dan tindakanmu! Kau sudah mengacaukan castil ini." Aku hanya mampu tersenyum mendengarkan ocehan Taeyong. Why? Karena aku melihat ekspresi bersalah dari wajah Jaehyun. Ku rasa hanya Taeyong yang mampu membuat monster satu ini menyadari kesalahannya. Hm...Namun, aku sekarang menyadari sepenuhnya bahwa perjanjian itu benar adanya dan mereka hanya bermain-main dengan hal ini.

Aku jadi teringat dengan perkataan Alice dalam mimpi. Membuka hati? Kepada siapa? Disini tidak ada makhluk yang sama seperti ku kecuali Doyoung? Tapi, itu tidak mungkin juga bukan? Baru beberapa menit bersamanya, ku pastikan kepalaku akan meledak! Lalu? Apa mungkin dengan para monster ini? Oh no, tidak mungkin Alice mulai mempercayai mereka? Itu tidak mungkin bukan? Tapi kalau Alice tidak mempercayai mereka, mana mungkin ia hanya mendatangiku dalam mimpi tanpa memperingatkanku untuk segera pergi dari tempat ini. Sepertinya dia mempercayai mereka dan menyerahkanku kepada para monster ini?

"Apa yang kau ragukan? Alice memang mempercayai kami untuk menjagamu. Jadi ku harap mulai dari sekarang, berhentilah membuatnya khawatir." WHAT THE HELL? Dia benar-benar bisa menebak apa yang ku fikirkan sekarang? WOW! Aku tidak percaya ini??? Sama sekali tidak percaya!!!

"Bagaimana bisa kau?" Aku kehilangan kata-kata.

"Aku mulai bisa membaca semuanya......." Semuanya? Semua makhluk? Dia sebenarnya vampire atau makhluk jenis lain.

"Benarkah itu hyung? Bagaimana dengan Hunter ini?" Tunjuk Jaehyun kepada Doyoung.

"Aku juga bisa membaca fikirannya." WOW! Aku tidak pernah berfikir dia sehebat itu.

"Hyung, kau baik-baik saja bukan?" Ayolah, kenapa Jaehyun terlihat seperti monster bodoh sekarang haha...Ku pikir aku akan GILA mulai dari sekarang! Kenapa didunia ini begitu banyak makhluk aneh? Benar-benar seperti dalam cerita dongeng...God,  kalau ini hanya sebuah cerita dongeng, ku mohon hentikanlah semuanya!

"Tentu, aku hanya meminta kalian untuk merahasiakan semua ini. Belum saatnya Appa dan Eomma tahu tentang perkembangan kekuatanku." Aku melihatnya menepuk bahu Jaehyun sebelum melangkah pergi, namun tiba-tiba ia berhenti dan membalikkan badannya.

"Kau tenang saja Sally, aku akan menemukan Alice dan membawanya kepadamu. Kau hanya perlu mengingat janjiku itu di fikiranmu." Benarkah! Aku tahu ini aneh, aneh karena mengapa ia begitu gigih untuk mencari Alice. Namun, itu tidak begitu penting sekarang bukan? Aku hanya perlu mengingat janjinya untuk membuat Alice kembali kepada ku.

"Apa kau lebih baik sekarang?" Tanya Doyoung yang seketika mengembalikan fikiranku. Aku mengangguk dan menyunggingkan sedikit senyumku.

"Apakah aku boleh mengajaknya keluar?" Ah, Doyoung sedikit tau perasaanku.

"Andwae!"

"Ne..."

Haha...Ada apa dengannya? Kini aku melihat dua bersaudara itu saling beradu pandang. Jaehyun tidak mengizinkan Doyoung membawaku keluar, sementara Taeyong mengijinkannya.

"Dia butuh udara segar." Ku rasa ada satu orang lagi yang mulai mengerti dengan apa yang ku inginkan? ah, aku lupa! Bukankah dia bisa membaca fikiranku?

"Tapi hyung, diluar terlalu bahaya untuknya." Aku tidak tau? dia benar-benar mengkhawatirkan aku atau? Dia benar-benar tidak ingin aku merasa bahagia. Monster sialan!

"Diluar bukan berarti di luar castil bukan? Kita memiliki halaman yang luas disini, biarkan dia berjalan-jalan disini karena dia sudah cukup sebal melihat tampangmu." OMG! Hahaha...Aku tidak tahu kalau seorang monster seperti Lee Taeyong  yang terkesan dingin lebih mengasyikkan dari pada seorang Lee Jaehyun yang terkesan lebih frendly itu. Dan aku melihatnya pergi menjauh setelah mengatakannya, sungguh mengesankan!

"Aku yang akan membawamu jalan-jalan disekitar sini dan kau boleh pergi." WHAT? Kenapa dia mengusir Doyoung? Aku yang menyuruhnya untuk datang kemari dan mengajakku jalan-jalan.

"No! Aku hanya akan pergi bersama Doyoung!" Kali ini aku tidak akan mengalah kepadanya.

"Kau hanya dua pilihan. Pergi denganku atau tidak keluar sama sekali." Ucapnya dengan seringaian liciknya. SHIT! Aku benar-benar tidak menyukai dua pilihan itu. Kenapa dengannya? Ada apa dengan monster sialan ini?

Sally Pov End

***

Alice masih termenung di atas tempat tidurnya. Memikirkan semua yang terjadi semalam, kedatangan Aaron dan mengatakan banyak hal yang membuat kepalanya ingin meledak. Kemudian Ten dengan tatapan dan perkataan yang meyakinkan, membuat Alice bimbang. Pada akhirnya Alice memilih untuk tak memikirkan semua itu. Pikirannya beralih pada sosok Aaron yang sampai detik ini, ia tidak tahu bagaimana keadaan saudaranya itu.

"Apa aku harus mencarinya? Ah, menggunakan syihir lebih mudah sebenarnya tapi mereka akan mengetahuinya." Alice seketika merasa frustasi dengan keadaan yang terjadi padanya saat ini. Ia menjatuhkan tubuhnya lagi pada tempat tidur empuk itu. Padahal tidak ada yang mengurungnya tetapi kenapa Alice merasa bahwa ia terkurung? Tepatnya dengan prasangka yang ia buat sendiri.

Duk

"Aawww..." Alice mengusap dahinya yang sakit karena terbentur oleh sesuatu, ia mengedarkan pandangannya berusaha untuk mencari dan Alice menemukan kitab itu lagi. Sebuah kitab matra dan berisi sejarah tentang penyihir hitam sedang melayang-layang dihadapan Alice, seolah kitab itu mengejeknya. Alice terlihat begitu kesal, terakhir kali kitab itu menghilang setelah memukuli kepalanya.

"Apa maumu? Kenapa kau muncul lagi dan kenapa kau selalu menyerangku?" Keluh Alice dan seketika kitab itu melayang dan jatuh dihadapannya dengan terbuka. Alice mengambilnya dan cukup terkejut setelah ia dapat membaca isinya.

"Mantra untuk membuat perisai yang kuat?" Alice terdiam untuk sesaat kemudian membaca isinya kembali sambil sedikit menyunggingkan senyumannya.

"Jadi...kau membantuku sekarang? Thanks!" Ucapnya sembari mengelus kitab itu dan seketika kitab itu menghilang. Alice tidak terkejut, malah hanya tersenyum melihat kitab itu menghilang.

"Dan kali ini kau semakin baik...Tidak memukul kepalaku lagi seperti dulu." Gumannya.

Beberapa menit kemudian Alice berkeliling castel dengan berlahan. Ia melakukannya dengan hati-hati, meskipun ia mengetahui bagaimana cara untuk membuat perisai bagi dirinya agar orang lain tidak melihat dan merasakan syihirnya. Gadis itu tidak ingin melakukannya sekarang, selama ia bisa melakukannya dengan dirinya yang sekarang, kenapa ia harus menggunakan syihir?

Alice tiba-tiba saja mengingat Aaron yang merupakan saudaranya selama ini. Bagaimana keadaan pria itu? Alice ingin mengetahuinya. Ia nekat melakukan ini karena ia tidak akan baik-baik saja melihat Aaron terluka. Seperti apapun Aaron? Dia masih saudaranya dan juga Alice masih begitu peduli kepadanya.

"Aaron...Dimana dirimu?" Guman Alice sambil berjalan lebih cepat dan tanpa ia duga, ada sosok yang memegangi tangannya dan menyeretnya untuk segera menikuti langkahnya. Sosok jangkung nan kuat dengan kulit putih pucat dan rambut hitam kelam.

"Aaron...Why?" Desak Alice yang tidak mengerti dengan jalan fikiran saudaranya ini. Pria itu hanya diam dan terus menyeret tangan Alice sampai berada di tengah lorong yang cukup gelap.

"Aaron! What the hell?" Tanya Alice kembali dengan ekspresi kesal dan juga lega karena masih melihatnya utuh tak tergores luka sedikit pun. Sementara Aaron masih menatap Alice dengan serius.

"Hari ini, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu. Sesuatu yang belum pernah kau lihat dan duga sebelumnya." Alice mengangkat satu alisnya sembari menatap Aaron tak mengerti.

"Kau hanya perlu mengikuti perintahku dan setelah kau melihatnya, kau baru boleh berbicara." Alice menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk dengan terpaksa. Alice tidak nyaman dengan tindakan Aaron yang selalu gegabah, namun ucapan Aaron sungguh membuatnya penasaran.

Pada akhirnya Alice berjalan dibelakang Aaron, mengikuti langkah kaki Aaron yang semakin jauh menjelajah memasuki terowongan yang semakin gelap. Dulu mungkin Alice akan menunjukkan kewaspadaan tingkat tinggi, apa lagi jika saat itu ia bersama Sally. Saat ini, dengan apa yang dimiliki Alice, ia mampu melakukan apapun dengan cepat.

Alice terus memperhatikan sekeliling. Merasakan bahwa castle milik keluarganya ini begitu luas dan banyak sekali lorong didalamnya. Meskipun tidak dapat di pungkiri castle keluarga Lee jauh lebih bagus dan nampak indah, seperti sebuah castle kerajaan mediteranian. Sebaliknya di castle ini, semakin jauh melangkah, Alice merasakan semakin banyak misteri didalamnya. Alice  yang tidak begitu tahu tentang castle ini dan keluarganya membuat Alice menghela nafas lelah, sudah kesekian kali pikiran menyebalkan itu terus masuk di dalam otaknya. Lagi, Alice selalu merasa ada sesuatu yang keluarganya itu sembunyikan dari dirinya, tapi apa? Pertanyaan itu selalu menjadi tanda tanya besar dalam otaknya.

Duk

Kepala Alice membentur punggung Aaron. Aaron menoleh ketika Alice mulai mengoceh, namun Aaron segera membekap mulut Alice agar gadis itu tidak bersuara.

"Shttt" Bisik Aaron yang seketika membuat Alice terdiam.

"Kau hanya perlu tetap diam disini. Jangan sampai mereka semua menyadari kehadiran kita. Kau bisa kan? Membuat siapapun tidak menyadari kehadiran kita?" Mohon Aaron dan Alice dengan terpaksa harus mematuhi ucapan Aaron. Gadis itu masih bingung memandangi pintu yang berjarak hanya satu meter dihadapannya dan Aaron mengisyaratkan gadis itu untuk segera memulainya.

Alice pun mulai memejamkan matanya dan sebuah perisai tak kasat mata membentuk kotak mengelilingi mereka. Alice memberikan isyarat kepada Aaron untuk menyentuh perisai itu, namun tangan Aaron tak dapat menembus perisai itu dengan tangannya. Ada ekspresi takjub di wajah Aaron, ia masih saja tidak mempercayai bahwa Alice yang dikenalnya selama ini memiliki hal menajubkan seperti itu.

"Mereka tidak akan menyadari keberadaan kita dan juga syihir ini. Jadi berhentilah bersikap berlebihan." Omel Alice yang seketika membuat Aaron menatapnya kesal.

"Dari mana kau mempelajari ini?" Aaron masih menggantungkan pertanyaan kepada Alice.

"Dari kitab pemberian seseorang. Aku baru menyadari orang itu berusaha membantuku. Hanya dengan memikirkan kesulitan yang aku hadapi? Kitab itu akan muncul dengan solusi yang harus ku pelajari dan tidak ada yang tahu tentang semua ini kecuali kau dan Maria." Terang Alice yang secara tidak langsung memperingatkan Aaron untuk menjaga kerahasiaan tentang kitab itu.

"Kalian datang...." Suara serak seorang yang kemungkinan pria paruh baya membuat keduanya terdiam. Berusaha memasang telinga mereka dengan tajam, untuk mendengarkan apa yang orang itu katakan.

"Iya Aboji..." Mata Alice melebar dan mulutnya seolah bergerak, memandang Aaron tanpa suara. Aaron mengangguk membenarkan ucapan Alice.

"Apa kau berhasil membuatnya percaya?" Percaya? Siapa? Mungkin itu yang kini bersarang didalam otak kedua orang itu.

"Ne, Aboji...Persiapan kami sudah sampai 70%." Aaron dan Alice masih mendengarkan pembicaraan mereka dengan seksama.

"Sudahlah, kau tidak perlu mencemaskan apapun suamiku. Biarkan aku dan Chittapon yang mengurus semuanya." Alice dan Aaron beradu pandang, nampak guratan pada dahi mereka. Menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti dengan panggilan nama 'Chittapon' itu.

"Gadis itu adalah putrimu tapi kurasa kau tidak mengenalinya dengan baik." Ada nada kesal pada perkataan pria baruh baya itu. Alice menyadari bahwa mereka sedang membicarakannya.

"Apa kau meragukanku? Tenanglah...Aku yang menciptakannya, selama 20 tahun ini dia tidak pernah lepas dari pengawasanku. Aku dan Chittapon pun berhasil membangkitkan kekuatannya. Setiap saat kami datang dalam mimpinya untuk terus membuka segel kekuatannya. Setelah itu akan sangat mudah untuk membangkitkan kekuatannya. Hanya dengan memainkan emosionalnya." Aaron terus menatap Alice yang terlihat semakin tegang dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Tapi akhir-akhir ini aku mendengarkan hal yang lain."

"Apa itu suamiku?"

"Dia meragukan kalian."

"Haha...Tenanglah Appa."

"Kenapa kau tertawa? Aku sedang serius sekarang. Kita sudah menunggu..."

"Ani...Berhentilah berbicara suamiku. Sepertinya ada seseorang yang berusaha untuk menggunakan perisai rapuh dan mendengarkan percakapan kita." Aaron dan Alice seketika tegang.

"Kita harus pergi dari sini Aaron!" Ajak Alice.

"Katamu perisai ini sangat kuat?" Aaron terlihat kesal.

"Entahlah, padahal aku sudah melaksanakan seperti yang di instruksikan oleh kitab itu. Kenapa bisa seperti ini?" Alice terlihat begitu bingung, ini pertama kalinya ia gagal menggunakan matra.

Kreet

"Apa yang kalian lakukan disini?" Segerombol vampire penjaga menatap Alice dan Aaron dengan tajam. Ten tiba-tiba muncul bersamaan dengan eommanya. Wajahnya pias, berbeda dari biasanya yang penuh keramahan dan senyum.

"Kau sudah terlalu jauh bertindak Aaron." Geram wanita paruh baya yang merupakan Eomma Ten dan Alice.

"Why? Kalian sudah tau seperti apa diriku bukan? Aku tidak akan membiarkan siapapun melukai Alice!"

"Bagaimana bisa kau berfikir seperti itu? Dia putriku dan aku yang melahirkannya. Jangan pernah menunjukkan betapa bodohnya dirimu." Kata eomma Alice penuh penekanan.

"Kau pikir aku sebodoh itu? Dasar wanita licik...Kau dan anakmu itu sedang merencanakan sesuatu yang jahat untuk Alice bukan? Why? Kenapa kalian harus menggunakan Alice juga? Aku sudah melakukan segala cara untuk membantu kalian selama ini." Ucap Aaron penuh amarah. Alice hanya mematung dengan ekspresi tak terbaca.

"Berhenti berbicara omong kosong. Mulai sekarang kau bukan lagi bagian dari kami vampire sampah." Geram wanita itu.

"Tangkap dia dan jebloskan ke penjara bawah tanah." Pinta Ten dengan dinginnya. Alice terdiam, ia cukup terkejut melihat sisi lain dari Eommanya dan Ten.

"No! Kalian tidak boleh memenjarakannya." Alice segera sadar dari keterdiamannya. Berusaha menghalangi para vampire itu untuk menjamah tubuh Aaron.

"Alice, menyingkirlah!" Pinta Ten dan gadis itu menggeleng dengan cepat.

"Apa yang kalian lakukan? Cepat seret pengkhianat sampah itu segera!" Kali ini Ten berteriak, menunjukkan amarahnya. Alice membeku, merasa tak percaya bahwa pria yang dihadapannya ini adalah Ten.

"Dan kau, harus diberi pelajaran untuk sifat pembangkangmu!" Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Alice dan menarik tangannya, kemudian menghilang.

Alice pov

Kenapa? Bagaimana bisa? Beribu kali pun aku bertanya tak ku temukan jawaban dari semua ini. Bagaimana bisa mereka melakukan ini kepadaku. Eomma mengatakan bahwa aku memang di ciptakan? Ada tujuan lain dibalik lahirnya diriku? Benarkah bahwa eomma tidak benar-benar mencintai Appa? Jadi semua yang dikatakan kakek itu benar?

Dan semua mimpi buruk itu? Mereka sengaja melakukannya, untuk apa? Membuka segel dan membuat semua syihirku bangkit? Lalu Ten? Dia juga bersandiwara sama seperti Eomma?

"Kau begitu mirip dengan pria bodoh itu!" Aku terhenyak, kembali lagi ke alam sadar dan tatapan itu? Apakah tatapan kebencian?

"Siapa pria bodoh itu?" Kenapa eomma berubah? Sangat berbanding terbalik dengan saat pertama kali kita bertemu. Adam! Kau lihat itu? Why? Kenapa menjadi seperti ini?

"Appamu. Dia pria bodoh yang pernah ku kenal." WHAT? Bagaimana bisa eomma mengatakan itu?

"Kalau kau tidak menyukainya, kenapa kau bersamanya?" Aku tidak mengerti, apa yang salah dengan ku dan Appa? Katakan apa yang salah?

"Itu sebagian rencana untuk menciptakanmu! Berhabiskan beberapa tahunku dengan pria bodoh. Kau tahu bagaimana menderitanya diriku? Belum lagi tua bangka itu terus saja berusaha melenyapkanku saat aku mengandungmu. Kau tidak tahu bagaimana aku berjuang untuk melindungimu dan menjagamu sampai detik ini." Haruskah dia mengatakan itu? Apa dia tidak pernah berfikir bagaimana perasaan ku sekarang?

"Kenapa kau harus menciptakanku, kalau sebenarnya kau tidak menginginkannya?" Aku dapat melihat senyum di bibirnya.

"Hanya demi Chittaponku. Kau ku ciptakan hanya untuk membuatnya  sempurna. Menjadi pemimpin para vampire, menguasai semua klan dan menjadi kekal." Ten adalah Chittapon, hanya ada dia dihati eomma. Tak pernah ada aku sedikit pun!

"Lalu apa hubungannya denganku?" Aku masih berusaha menunjukkan ketenanganku yang sebenarnya hanya sebuah sandiwara. Sesungguhnya, aku sudah hancur berkeping-keping sekarang.

Eomma mengitari tubuhku sembari mengelus pipiku dan mengangkat daguku.

"Kami membutuhkan kekuatanmu yang sempurna. Ritual saat bulan purnama yang merupakan pernikahanmu dengan Chittapon adalah puncak dari segalanya. Setelah itu kekuatanmu akan menjadi miliknya dan kau? Kau akan menjadi manusia biasa dan menua hahaha..." Aku merasa kepalaku begitu berat, seperti tertimpa batu besar. Aku tidak pernah berfikir, hal gila seperti ini terjadi kepadaku.

"Semua keputusan ada padamu Sinb-ah. Mati dengan tenang atau menjadi manusia tidak berguna yang lamban laun akan mati juga." Entah kenapa penglihatanku semakin buram, kepalaku begitu berat dan tubuhku lemas. Begitu banyak kesulitan yang ku lalui dan rasa sakit, namun saat ini beberapa kali lebih sakit. Aku tidak sanggup lagi!

"Kurasa mantra itu sudah bekerja." Aku melihat eomma tersenyum.

"Apa yang eomma lakukan kepadaku?" Belum cukupkah semuanya? Apakah mungkin ini hari terakhir ku?

"Tenanglah itu tidak akan membunuhmu, hanya menyegel kekuatanmu untuk sementara sampai ritual itu terlaksana." Aku melihatnya menggunakan syihir untuk memindah tubuhku ke tempat tidur dan aku sungguh merasa begitu lelah.

"Selamat tinggal putriku. Bermimpilah yang indah." Aku tak mampu membuka mataku lagi, semua terasa berat dan gelap.

Adam...Ku rasa aku akan benar-benar menemuimu, apa kau merindukanku?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Temu Yang Di Tunggu (up)
19336      4022     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Dear Diary
516      323     1     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
Pangeran Benawa
38013      6311     6     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
Gino The Magic Box
4211      1303     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
Einsam
401      285     1     
Romance
Hidupku sepi. Hidupku sunyi. Mama Papa mencari kebahagiaannya sendiri. Aku kesepian. Ditengah hiruk pikuk dunia ini. Tidak ada yang peduli denganku... sampai kedatanganmu. Mengganggu hidupku. Membuat duniaku makin rumit. Tapi hanya kamu yang peduli denganku. Meski hanya kebencian yang selalu kamu perlihatkan. Tapi aku merasa memilikimu. Hanya kamu.
Million Stars Belong to You
494      265     2     
Romance
Aku bukan bintang. Aku tidak bisa menyala diantara ribuan bintang yang lainnya. Aku hanyalah pengamatnya. Namun, ada satu bintang yang ingin kumiliki. Renata.
Dear You, Skinny!
980      525     5     
Romance
Somehow 1949
9949      2326     2     
Fantasy
Selama ini Geo hidup di sekitar orang-orang yang sangat menghormati sejarah. Bahkan ayahnya merupakan seorang ketua RT yang terpandang dan sering terlibat dalam setiap acara perayaan di hari bersejarah. Geo tidak pernah antusias dengan semua perayaan itu. Hingga suatu kali ayahnya menjadi koordinator untuk sebuah perayaan -Serangan Umum dan memaksa Geo untuk ikut terlibat. Tak sanggup lagi, G...
Story Of Chayra
12833      3139     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
The Story of Fairro
2756      1142     3     
Horror
Ini kisah tentang Fairro, seorang pemuda yang putus asa mencari jati dirinya, siapa atau apa sebenarnya dirinya? Dengan segala kekuatan supranaturalnya, kertergantungannya pada darah yang membuatnya menjadi seperti vampire dan dengan segala kematian - kematian yang disebabkan oleh dirinya, dan Anggra saudara kembar gaibnya...Ya gaib...Karena Anggra hanya bisa berwujud nyata pada setiap pukul dua ...