Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dialogue
MENU
About Us  

Sebuah Pertemuan

 

 

Bagiku, kamu adalah puisi tanpa diksi, prosa tanpa kata dan artikel tanpa referensi. Tapi aku masih bisa menuliskan pesonamu, menggoreskan tinta abadi di hatiku, merangkai aksara mengagumimu. Jadi, jangan lagi tanyakan alasan, mengapa aku mencintaimu.”

 

Abu melebur bersama titik-titik hujan yang membasah tanah. Kata-kata mama tadi pagi membuat seluruh tubuh Abu seakan menyebut satu nama, Zahra. Sejak detik saat kedua mata Abu menangkap wajah Zahra pertama kali, hati Abu yang seolah tak berpintu, tiba-tiba membangun banyak jendela dan pintu yang mempersilakan Zahra memasukinya.

***

“Eh, lo?”

“Iya, bisa kita ngobrol bentar?” Abu memandang Zahra dengan tatapan sedikit meneduh.

“Buat apa? Ada masalah lagi?”

“Ah, nggak kok. Cuma mau ngobrol aja sama lo.”

“Ngobrol? Maksud lo?” Kali ini mata Zahra membelalak lebih lebar.

“Oh, iya, sini, Abu, silakan!” Meme yang sedari tadi duduk tenang di bangku depan Zahra pun mulai sedikit menggeser posisi duduknya. “Kamu bisa duduk di sini, Abu.”

“Meme! Lo apaan sih?”

“Aduh, Ra! Sakit tau!” Meme meraba pahanya yang sengaja dicubit Zahra.

“Hm, thanks, ya Me. Lo baik banget. nggak kayak sahabat lo yang ….”

“Apa?” Zahra kembali menatap Abu, “Siapa yang lo maksud? Gue?”

“Jangan GR donk. Biasa aja. Kalau emosi mulu, cantiknya ntar kabur, loh.” Abu pun membalas tatapan tajam Zahra. Namun, kali ini dengan senyuman yang begitu ramah.

Dan Zahra, rupanya ia mulai tersesat dalam labirin pesona mata Abu. Wajah simpatik Abu memang sudah sangat sering menyesatkan. Tidak sedikit gadis di sekolah tiba-tiba berubah arah saat mendapati wajah Abu melintas. Bahkan, banyak juga yang terpaksa berhenti melangkah karena terjerat sinar mata Abu yang menyilaukan.

Berlebihan memang. Zahra sering mengeluhkan itu pada Meme. Zahra merasa bahwa gadis-gadis itu, termasuk Meme, terlalu mengagumi Abu yang bagi Zahra biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

“Jangan kelamaan ngliatinnya donk.” Abu mengangkat sedikit kedua alis matanya, “Ntar naksir loh.”

Seketika Zahra terkesiap.

“Astaghfirullah! Apa yang aku lakukan?” bisik Zahra lirih. “Memalukan!” umpat Zahra pada dirinya sendiri.

So? Gimana? Jadi boleh gabung, kan?” Tanpa permisi lagi, Abu langsung duduk di samping Meme, tepat di depan Zahra.

“Me, gue ke kelas duluan, ya.”

“Loh, Ra. Lo kenapa?”

“Nggak pa pa, lagi ilang napsu.”

“Udah, Me, biarin aja.” Abu ikut menyela. “Mungkin dia lagi butuh sendiri.”

Zahra kembali menatap Abu yang terlihat tersenyum tipis padanya.

“Mau lo apa sih?”

“Loh, gue cuma mau gabung kalian aja.”

“Gue nggak mau!”

Tanpa menjawab atau bertanya, Abu hanya sedikit mengangkat kedua bahunya.

Sedang Zahra yang terlihat makin kesal dengan sikap dan kata-kata Abu, berlalu meninggalkan Meme dan Abu. Kali ini, Zahra seakan melupakan Meme.

Meme yang sedari awal tidak mengerti dengan permusuhan Zahra dan Abu makin terlihat bingung dan salah tingkah menempatkan dirinya sekarang.

“Loh, Ra! Tungguin gue!” Meme bergegas berdiri dan berusaha mengejar Zahra.

Namun, belum juga Meme mengawali langkahnya, Abu sudah lebih dulu meraih tangan Meme. “Udah, biarin aja. Duduk, gih!”

Tanpa mampu menjawab bahkan menolak, Meme menuruti saja mau Abu. Tangan Meme tiba-tiba terasa dingin. Genggaman Abu selaksa racun ular berbisa yang merambat masuk ke seluruh urat nadinya.

“Tapi, Abu, gue harus susulin Zahra.”

“Lah, kenapa emang? Lo baby sitter dia?”

“Ya, bukan sih. Tapi kan ….”

“Udah. Baso lo dingin, tuh. Makan, gih! Keburu nggak enak.”

“Lebih nggak enak lagi sama Zahra, gue.”

“Nggak enak kenapa? Udah, ntar dia, gue yang urus.”

“Asli. Gue nggak enak sama Zahra.” Meme berkata sembari sesekali mengunyah butiran baso di mulutnya. “Lagian, kenapa sih Zahra kelihatannya benci banget sama lo?” Sejenak Meme terpaksa menghentikan kunyahannya.

“Nah itu dia!” Abu berkata sedikit bertenaga kali ini. hingga hampir seisi kantin mengarahkan pandangan ke meja Meme dan Abu. Bahkan, Meme pun hampir tersedak karena kaget.

“Lo apaan sih?” Meme terpaksa melotot. “Tuh, lihat! Semua pada nglihatin kita, tau!” Meme menebar pandangannya ke seluruh kantin. Dengan sedikit menundukkan kepala, ia melirik ke hampir seluruh ruangan.

“Emang kenapa, sih? Lo malu duduk sama gue?” Abu kembali bicara agak keras.

“Bukan, eh, anu ….” Meme mulai terbata. Ekspresi wajahnya pun tampak sedang salah tingkah. Sedang Abu memandangi Meme dengan kebingungan. Hingga ia pun mengernyitkan sedikit dahinya.

Alis Abu yang tebal tampak mirip ulat bulu yang hendak berebut makanan. Namun, bukan jijik yang dirasakan orang yang melihat, pesona sepasang ulat bulu di wajah Abu itu cukup membuat semua gadis terpana, termasuk Meme. Apalagi, tatapan sepasang mata itu, sudah pasti mampu menghentikan denyut nadi Meme.

“Kenapa lo, Me? Jangan ikut-ikutan aneh kayak temen lo, deh!”

“Mampus, gue.”

“Kenapa lo?” Abu makin kebingungan melihat tingkah aneh Meme.

“Hai, Abu, selera lo aneh ya, hari ini.” Mandy, siswi tercantik di sekolah tiba-tiba menghampiri meja Meme dan Abu. Dengan dikawal oleh seorang teman perempuannya, Mandy duduk tepat di depan Abu.

“Mandy?” Abu terkejut melihat Mandy ada di hadapannya. “Maksud lo selera, apaan?”

“Ngapain lo duduk bareng nih cupu? Mending juga sama gue,” kata Mandi seraya melirik kea rah Nunu yang berdiri di sampingnya.

“Sama lo? Kalian?”

“Iya, donk.” Kembali Mandy berkata dengan intonasi manjanya.

“Oh, yang ada, gue kehilangan selera, makan,” jawab Abu dan berdiri hendak beranjak pergi. “Yuk, Me, bentar lagi masuk tuh.”

Meme yang masih terbius pesona Abu, mengikuti saja ajakan Abu melangkah meninggalkan Mandy dan Nunu yang bersungut-sungut menahan kesal dan malu.

Tak lama berselang, Meme menghambur, menghampiri Zahra yang sedang duduk di bangkunya.

“Ra! Lo tadi kenapa, sih?” Meme tiba-tiba duduk di samping Zahra yang sibuk dengan novel setebal bantal di tangannya. Hanya sebuah lirikan, tanpa kata. “Ra! Lo kenapa sih?” Meme mengulang pertanyaannya. Ia mengernyitkan dahi sampai kaca mata yang menggantung di hidung kecilnya hampir saja jatuh.

“Sssstttt! Lagi seru, nih.”

“Baca apaan sih, lo?” Meme memaksa melihat sampul novel itu. “Hm, thriller lagi?”

“Huum, udah ah, seru nih.”

“Seneng banget baca thriller.” Meme kembali mengusik Zahra. “Sekali-kali baca romance, napa? Biar tahu rasanya jatuh cinta.” Meme terkekeh.

Dan sekali lagi, hanya lirikan tajam dari Zahra yang ia dapatkan sebagai jawaban.

Mendapat respon dingin dari sahabatnya itu, Meme terus saja nyerocos. “Eh, tahu nggak sih, lo, Ra? Kayaknya sih ya, Abu jatuh cinta beneran sama lo”

“Ngomong sekali lagi tentang dia, gue cabut.”

“Hm, nyantai aja lagi, Neng. Sewot banget kayaknya.”

“Meme! Jangan bikin gue bête, deh.”

“Hm, cieeee, salting gitu, Neng.” Meme terus saja meledek Zahra.

“Apaan sih, lo Me? Nggak banget deh.”

Wajah Zahra bersemu merah.

Memang, mata Meme tidak salah menangkap ekspresi salah tingkah Zahra. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum kesal gadis berhijab yang baru empat bulan menjadi bagian dari sekolah itu.

“Hm, by the way, tumben, ya Me ….”

“Itu namanya cinta sejati, Ra,” sambar Meme sebelum Zahra menyelesaikan kalimatnya.

“Lo kenapa sih, Me? Gue lagi ngomongin bu Victorya.”

“Ups!” Meme menutup bibir mungilnya. “Kenapa emang?”

“Hm, nggak biasanya, kan beliau telat gini?”

“Eh, iya, udah lima belas menit lewat.”

Bu Victorya memang salah satu guru favorit di sekolah. Perawakan yang tidak terlalu tinggi, tapi beliau terlihat menarik dengan balutan blazer yang pas di badannya. Ia juga cukup langsing. Jadi, tampak proporsional dengan tinggi badannya. Ditambah dengan senyum ramah dan ucapannya yang tegas dan bersahabat, membuat banyak siswa nyaman dengan materi-materi yang beliau sampaikan.

Bahkan, bu Victorya ini tidak pelit ilmu. Beliau selalu open minded saat ada siswa yang mengajaknya berdiskusi. Meski untuk beberapa siswa, pelajaran yang beliau sampaikan cukup sulit, tapi dengan cara membaur dengan cara berpikir anak-anak, bu Victorya pun menghilangkan kesan bahwa kimia itu sulit. Pelajaran kimia itu menantang dan menyenangkan. Hingga jam kosong untuk kimia adalah hal yang tidak diinginkan oleh para siswa.

Belum selesai kedua gadis itu membicarakan bu Victorya, guru kimia, Abu datang merangsek masuk ke kelas mereka.

“Assalamualaikum, semua,” kata Abu menyapa seluruh penghuni kelas yang mendadak hening. “Hm, gini, tadi gue dari ruang guru, dan ini ada titipan tugas dari bu Victorya buat Zahra.”

Mendengar namanya disebut, Zahra terkesiap, bola matanya berkeliling seluruh kelas.

“Gue?”

“Oh, jadi lo yang namanya Zahra?” Abu tersenyum, pasang wajah pura-pura tidak mengenal Zahra.

 

Sejak siang itu, Zahra terpaksa sering berkomunikasi dengan Abu. Bu Victorya, guru kimia mengajar di kelas mereka. Jadi, meski beda kelas, mereka berdua sama-sama mengambil jurusan IPA. Maka sudah pasti mereka mendapat pelajaran kimia dari bu Victorya. Meski siswa baru, Zahra tergolong siswa cerdas, termasuk untuk materi-materi kimia. Maka karena bu Victorya sedang mendapat tugas pelatihan ke luar kota selama lima belas hari, materi kimia untuk kelas sebelas terpaksa dititipkan ke beberapa siswa yang beliau percaya mampu. Zahra dan Abu adalah pilihan bu Victorya untuk tugas itu.

“Gimana, Ra? Udah lo e-mail-in kan tugas teman-teman?” Abu tiba-tiba berjalan menjajari Zahra yang asyik berjalan berdua dengan Meme menuju perpustakaan sekolah.

“Ini otewe.”

“Oooo, barengan ya.”

“Maksud lo? Barengan kemana?”

“Kirim e-mail lah. Lo pikir?”

“Ooooo, nothing.”

“Jangan terlalu jutek donk, Ra. Kita kan partner sekarang.”

Partner?”

“Eh, iya, gue ….” Abu sejenak menghentikan kalimatnya. Sedang Zahra sempat melirik sinis padanya. “Gue mau barengan ke ati lo. Boleh?”

“Apaan sih.” Zahra mempercepat langkahnya, meninggalkan Abu dan Meme yang terkekeh melihat Zahra makin salah tingkah.

“Loh, Ra, tungguin gue!” Meme mengejar langkah Zahra.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Melawan Takdir
1910      956     5     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
Haruskah Ku Mati
54756      6659     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
Who You?
920      589     2     
Fan Fiction
Pasangan paling fenomenal di SMA Garuda mendadak dikabarkan putus. Padahal hubungan mereka sudah berjalan hampir 3 tahun dan minggu depan adalah anniversary mereka yang ke-3. Mereka adalah Migo si cassanova dan Alisa si preman sekolah. Ditambah lagi adanya anak kelas sebelah yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk mendekati Migo. Juya. Sampai akhirnya Migo sadar kalau memutuskan Al...
between us
336      235     1     
Romance
gimana rasanya kalau di antara kita ada beribu masalah... apakah aku sanggup
Strange Boyfriend
342      274     0     
Romance
Pertemuanku dengan Yuki selalu jadi pertemuan pertama baginya. Bukan karena ia begitu mencintaiku. Ataupun karena ia punya perasaan yang membara setiap harinya. Tapi karena pacarku itu tidak bisa mengingat wajahku.
Dear You
16514      3164     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
RAHASIA TONI
42857      6208     62     
Romance
Kinanti jatuh cinta pada lelaki penuh pesona bernama Toni. Bukan hanya pesona, dia juga memiliki rahasia. Tentang hidupnya dan juga sosok yang selalu setia menemaninya. Ketika rahasia itu terbongkar, Kinanti justru harus merasakan perihnya mencintai hampir sepanjang hidupnya.
Rumah Laut Chronicles
2821      1225     7     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
JEANI YOONA?
427      306     0     
Romance
Seorang pria bernama Nicholas Samada. Dia selalu menjadi korban bully teman-temannya di kampus. Ia memang memiliki tampang polos dan bloon. Jeani seorang perempuan yang terjebak di dalam nostalgia. Ia sangat merindukan seorang mantan kekasihnya yang tewas di bunuh. Ia susah move on dari mantan kekasihnya hingga ia selalu meminum sebuah obat penenang, karena sangat depresi. Nicholas tergabung d...
Untuk Reina
27410      4497     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?