Loading...
Logo TinLit
Read Story - Shut Up, I'm a Princess
MENU
About Us  

Sinar matahari menyilaukan tembus dari sela-sela gorden jendela. Menyapa dua insan yang masih terlelap. Satu perempuan dan satu pria, dua duanya hanya berlapis selimut. Di baliknya, tidak mengenakan apapun. Pengaruh alkohol semalam membuat mereka lepas kendali dan berakhir dengan malam yang panjang.

Dering ponsel membuat si perempuan menggeram kesal. Ia menggeliat menutupi telinganya, tetapi  ponsel itu terus berdering. Cukup lama sampai akhirnya tangannya terulur untuk mematikan suara bising yang mengganggu tidurnya.

Ia bernafas lega saat tidak ada lagi terdengar dering dari ponsel pintarnya. Ia kembali memejamkan matanya dengan tenang. Rupanya ketenangan itu hanya sejenak. Ponselnya lagi-lagi kembali berdering. 

“Rrhhh.” Erangnya lagi meraih ponsel itu. tubuhnya terasa berat sebelah karena kekasihnya sedang memeluknya dalam keadaan tertidur. Susah payah ia mencoba melonggarkan pelukan kekasihnya. Ia  melirik nama orang yang sudah berani-berani mengganggu tidurnya yang berharga tertera di layar ponsel.

 

PAPI is calling

 

Putri langsung bangun meneggakkan punggungnya. Dengan tangan bergetar, Putri menggeser lingkaran hijau.

“Sayang..” suara serak di sampingnya menarik-narik tubuhnya untuk berbaring kembali.

“Ssttts.” Putri menaruh telunjuk di bibir kekasihnya. Memintanya untuk tidak bersuara.

“Halo, Pi?” lanjutnya dengan suara gugup mengangkat telepon. Putri berusaha terdengar senatural mungkin.

Kamu kemana aja sampai sekarang gak pulang-pulang?!” Putri menjauhkan ponsel dari telinganya. Bentakan yang tegas itu membuat telinganya mendengung. Takut-takut Putri menempelkan lagi ponsel di telinganya.

“Eng.. Putri nginep di rumah temen Pi... kan Putri udah bilang...” ucapnya sambil menaikan selimut untuk menutupi dada.

“Lima belas menit lagi Papi harus liat kamu ada di rumah, kalau gak, kamu tahu sendiri akibatnya.” Piip. Sambungan telepon di putus. Putri ternganga kemudian mendengus kesal.

Tara, kekasih Putri ikut bangun dan menengok wajah frustasi Putri.

“Kamu kenapa sayang, pagi-pagi udah bete aja.” Ucapnya memeluk tubuh ramping Putri. Putri menghela nafas lelah.

“Papi tuh bikin bete.” Putri melepas pelukannya meraih pakaiannya dan memakainya dengan segera lalu bangkit dari kasur. Satu persatu mulai dari celana dalam sampai gaun yang di pakainya semalam tertempel di tubuhnya.

“Kenapa?” wajah bloon Tara membuat Putri semakin merasa kesal.

“Ya, kamu tahu sendirikan Papi gimana?? Udahlah aku pulang dulu.” Ucap Putri terakhir memasang boot dan blazzernya. Rambutnya di urai berantakan, ia tidak peduli sekarang ia harus segera pergi dari hotel ini untuk kembali ke rumah.

Tara memutar bola matanya malas. “Papi kamu yang kolot itu selalu merusak momen.” Komentarnya. Diangguki setuju oleh Putri. Sebelum ia keluar dari kamar, Putri menangkup wajah kekasihnya dan mendaratkan kecupan.

I love you, bye.” Ucapnya mengerling ke arah Tara yang membuat Tara tersenyum puas. Putri kemudian berbalik menuju pintu.

See you, babe.” Sahut Tara menyangga kepalanya dengan dua lengan. Kembali berbaring santai di kasur empuk.

Putri melangkah dengan cepat. Ketukan antara hak sepatu dan lantai keramik hotel menimbulkan irama. Kepalanya masih sangat pusing. Ia masih hangover sebenarnya. Sampai rasanya ia ingin memuntahkan isi perutnya sekarang juga. Setiap langkah yang ia ambil membuatnya semakin pening. Namun ditahan, karena ia tidak mungkin muntah di jalan di pagi hari yang sibuk ini dan diperhatikan oleh banyak orang.

Ia tidak ingin melihat video berjudul ‘Putri Tunggal Hutomo Grup Muntah di Jalan’ viral di internet. Bukannnya hanya malu yang akan dihadapinya tapi juga amarah ayahnya. Ayahnya yang kejam itu pasti akan menghukum dirinya dengan sangat-sangat berat

Bersama dirinya yang berantakan dan hangover Putri melanjutkan langkahnya, menaiki taksi yang di pesannya online. Pikirannya gusar, kepalanya pusing, dan macet di kota menambah penderitaannya.

***

Nama lengkap, Putri Cantika Hutomo. Dari nama belakangnya, semua orang pasti sudah tahu kalau ia adalah putri dari pengusaha –dan penguasa besar Hutomo Grup—salah satu perusahaan besar yang ada di Indonesia-. Bapak Agung Hutomo, hanya memiliki Putri sebagai anak perempuan tunggalnya. Istrinya telah lama pergi meninggalkan mereka karena sakit parah yang di deritanya. Sehingga, sejak kecil ia lah yang bertugas membesarkan Putri.

 Putri memiliki paras yang luar biasa cantik. Wajahnya oriental, kulitnya putih seputih susu, tubuh semampai, dan senyum yang menawan. Putri benar-benar seperti seorang Putri. Selain parasnya, ia juga bergelimang harta. Sebagai anak tunggal ia berhak memiliki segala yang di miliki oleh ayahnya. Apapun ia bisa dapatkan dengan mudah, mobil, perhiasan, pakaian rancangan desainer besar, dan lain-lain.

Sayangnya, Putri tidak secantik kelihatannya. Karena kurangnya kasih sayang dari keluarga, Putri terjun bebas ke dalam dunia yang salah. Sejak ia beranjak remaja, Putri mulai mengikuti teman-temannya untuk melakukan hal yang di luar batas. Mulai dari kenakalan kecil seperti mencontek, membolos, sampai pergi pagi pulang pagi. Bisa bayangkan sendiri bagaimana ia menghabiskan malamnya. Entah itu berpesta atau yang lain, Papinya tidak berani membayangkan.

Seperti yang di lakukannya saat ini, pergi pagi pulang pagi. Pernah sekali Papinya di panggil oleh pihak sekolah karena saat razia di tas Putri di temukan sebungkus rokok. Agung Hutomo tentu murka luar biasa. Ia mencabut semua fasilitas Putri selama satu bulan. Selama itu juga Putri di skors dari sekolah.

Makanya, sekarang ia lebih protektif dengan Putri. Ia terus menghubungi Putri dan memantau keberadaan Putri-nya. Tetap saja ia sedikit kewalahan. Ia harus membagi perhatiannya pada pekerjaannya yang banyak dan mengawasi Putri yang bisa berbuat apa saja, semaunya dalam waktu 24 jam.

Agung memijat keningnya. Pusing, stress dengan kelakuan Putri.

“Pagi, Pi.” Sapa Putri memasuki ruang tengah mansion keluarga hutomo. Agung mendongak kepala dan langsung memicingkan matanya langsung pada Putri.

“Dari mana aja kamu kenapa sekarang baru pulang?!” bentaknya membuat Putri tersentak. Putri meringis pelan. Menunduk, tidak berani menatap pria berusia lima puluhan ini.

Putri tidak berani menjawab. Ia tidak mungkin berkata jujur kalau ia baru saja pulang dari hotel dan tidur bersama pacarnya semalam setelah berpesta. Itu sama sekali tidak mungkin. Jika ayahnya mendengar hal itu pasti ayahnya akan semakin murka.

Agung mendecak. Matanya menilai penampilan Putri dari ujung kepala sampai ujung kaki. Di dekatinya Putri untuk mencium aroma tubuh. Bau parfum, asap rokok, dan alkohol bercampur menjadi satu.

“Kamu pasti habis dugem kan, Papi yakin banget.” Agung mengacungkan telunjuk menunjuk-nunjuk wajah Putri. Putri semakin menunduk takut.

“Putri, kamu ini bener-bener kelewatan ya, kamu ini udah lulus sma, sebentar lagi jadi mahasiswa, mau jadi apa kamu kalau kerjaan kamu cuman dugem, foya-foya gak jelas, mau jadi apa??” marahnya semakin meninggikan suara.  Putri mengusap-usap lengannya. Pelan, ia menaikan kepalanya.

“Ini terakhir kok Pi, habis ini gak lagi.” ucapnya dengan nada penuh sesal. Agung menghadiahi Putri dengan tatapan maut. Matanya melotot sampai urat nadi telihat di sekitar matanya.

“Dari kemaren juga kamu ngomong begitu! Tapi tetap kamu lakuin! Kamu tahu, semua rekan bisnis Papi ngomongin kamu, Papi malu!” bentak Agung lagi. “Dan ya, Ini memang yang terakhir karena setelah ini kamu akan Papi hukum.” lanjutnya.

“Pi, please jangan cabut kartu kredit sama mobil Putri pi… Putri janji, suer deh, gak akan pergi dugem-dugem lagi.” Putri menangkup tangannya memohon-mohon. Memasang wajah paling kasihan agar hati ayahnya luluh.

Agung menggelengkan kepala. “Hukumannya, Kamu gak boleh kuliah di luar negeri, semua apply kamu sudah Papi batalkan, kamu akan berkuliah di universitas yang ada di sini biar Papi bisa ngawasin kamu.”

Rahang Putri terbuka lebar. Ia menatap ayahnya tidak percaya. Seminggu yang lalu dengan bahagianya ia mendaftarkan diri kesalah satu universitas bergengsi yang ada di Singapura. Masa perkuliahan sudah di susunnya secara apik bersama Tara. Dari mengambil tempat kuliah sampai rencana apartemen yang akan mereka tinggali bersama, semua dihancurkan begitu saja oleh ayahnya. Pupus harapan Putri.

“Pi, Papi gak bisa gitu dong! Itu Impian Putri selama ini, Pi!”

“Kamu, turutin kata Papi atau semua uang, kartu kredit, mobil, bahkan internet pun, Papi cabut. Disini, Papi yang berkuasa.” Ucap Agung dengan tegas menunjuk diri.

Putri mengepalkan tangannya. Menatap ayahnya penuh benci. Ia benci ayahnya tidak pernah mengerti dirinya. Ayahnya hanya selalu menilai dirinya dari luar saja, tidak pernah benar-benar mengenal siapa Putri. Ayah yang selalu sibuk dengan dunianya. Yang tidak pernah hadir saat di butuhkannya. Dan sekarang menjadi sok perhatian mengatur-atur hidupnya. Putri juga tidak yakin ini apakah sebuah bentuk perhatian atau penyelamatan reputasi.

“Putri benci Papi.” Ucap Putri mengepalkan tangannya kemudian berbalik meninggalkan Agung.

Dada Agung mendadak sesak. Satu kalimat singkat itu membuat hatinya terluka. Kata benci meluncur begitu saja dari bibir darah dagingnya sendiri. ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan kata itu dari orang yang ia sangat sayangi.

Hatinya semakin hancur saat ia melihat mata Putri yang berkaca-kaca sebelum berbalik meninggalkannya. Ia memandangi punggung putrinya yang melangkah naik ke lantai atas. Suara deguman pintu yang di banting keras membuatnya tersentak.

Agung kemudian menghela nafas. Membalik badannya menghadap foto keluarga yang terpajang di ruang tengah. Foto yang di ambil saat Putri masih berusia lima tahun dan istrinya masih sehat wal afiat.

“Kalau saja kamu masih ada, Putri pasti bisa menjadi wanita yang anggun seperti kamu.” Ucapnya berdialog dengan foto mendiang istrinya. Agung lagi-lagi menghela nafas. Ia memikirkan cara agar ia bisa mengendalikan Putri, mengembalikannya ke jalan yang benar, tanpa harus meninggalkan pekerjaannya.

Sibuk memikirkan cara, ponselnya berdering. Agung merogoh saku jasnya mencari ponsel. Lalu menggeser lingkaran hijaunya.

“Selamat Pagi, Pak, Maaf mengganggu. Saya ingin memberitahukan jika pelamar kemarin sudah datang dan siap untuk di interview oleh Bapak.” Agung meneggakkan kepala saat mendengar suara sekretarisnya.

“Begitu? Oh, baik, saya segera kesana.” Agung meraih kunci mobil dan melangkah keluar rumah.

***

Agung membolak-balik curriculum vitae sambil sesekali melirik pria yang ada di hadapannya. pria itu duduk dengan tegak, tatapannya penuh percaya diri. Tampilannya pun rapi, rambut klimis, kemeja yang kencang, dasi yang terikat rapi, dan sepatu yang berkilauan. Tidak ada ekspresi gugup sedikit pun. Bahkan Agung sudah menanyakan beberapa pertanyaan menyangkut posisi yang akan di tempatinya.

Pria ini mendaftarkan dirinya untuk posisi Human Resource Development Manager. Bermodalkan lulusan sarjana psikologi dari universitas ternama dengan nilai di atas rata-rata. Plus, pengalamannya bekerja di tempat praktik psikologi dan kemampuannya menghadapi banyak orang yang bermasalah. Pria di hadapannya ini, menjawab semua pertanyaan dengan santai dan cerdas. Dan itu membuat Agung salut.

Melihat kemampuan yang di miliki pria itu, Agung malah terpikir sesuatu yang lebih cocok untuknya. Mengurus Putri. Dari pengalamannya, ia pasti bisa menghadapi Putri dengan cara yang benar.

“Saya bisa kembali mempertimbangkan anda untuk menjabat di posisi yang anda inginkan, tetapi sebelumnya, saya punya pekerjaan yang lebih cocok untuk anda.” Ucap Agung mengulum senyuman. Di pandangnya wajah pria yang kira-kira usianya antara dua puluh lima sampai tiga puluh tahun itu.

Pria itu mengerutkan keningnya, tapi tetap mempertahankan senyumnya. “Kalau boleh saya tahu, pekerjaan apa yang lebih cocok untuk saya, pak?” tanyanya dengan sopan.

“Pekerjaan ini memang di luar perusahaan, bahkan menyangkut urusan pribadi saya.” Ucap Agung dengan misterius. Pria itu masih diam, menunggu Agung melanjutkan penjelasannya.

Agung memutar satu figura yang ada di meja kerjanya. Figura itu berisi foto Putri. Agung menunjuk wajah Putri yang ada di foto itu.

“Ini anak saya, namanya Putri, saat ini dia memiliki masalah dengan emosinya.” Ucap Agung. Dari foto, Putri tampak baik-baik saja. Seperti gadis biasanya. Tidak tampak seperti orang yang memiliki masalah dengan hidupnya. Tapi ada satu hal yang ia lihat dari pose, ekspresi, dan gaya berpakaiannya.

“Saya lihat memang begitu, anak ini pasti sangat manja dan suka berbuat semaunya.” Komentarnya. Agung terdiam, bukannya tersinggung, Agung malah kagum dengan komentarnya yang tepat sasaran.

“Maaf Pak, saya tidak bermaksud untuk menghina.” Lanjutnya merasa bersalah.

“Tidak, Tidak, anda benar, saya sudah tidak tahan lagi dengan sikapnya, maka dari itu saya ingin anda mengurusnya.” Ucap Agung dengan yakin. Pria itu menahan nafas. Di pandanginya terus foto gadis berambut panjang dengan gaun berwarna putih. Tersenyum manis. Cantiknya bak seorang model professional. Pria ini masih tidak habis pikir masalah apa yang menimpa gadis itu sampai ayahnya sendiri kewalahan.

“Kapan saya bertemu dengan nona Putri?” Tanya pria itu segera. Agung tersenyum simpul.

“Segera.” Jawab Agung penuh semangat.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Benci Hujan
6319      1702     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Pemeran Utama Dzul
381      253     4     
Short Story
Siapa pemeran utama dalam kisahmu? Bagiku dia adalah "Dzul" -Dayu-
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1723      872     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..
Aranka
4145      1396     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
6646      2037     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Last Game (Permainan Terakhir)
467      314     2     
Fan Fiction
Last Game (Permainan Terakhir)
Cinta Kita Yang Tak Sempurna
4031      1609     0     
Romance
Bermula dari kisah awal masuk kuliah pada salah satu kampus terkenal di Kota Malang, tentang Nina yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang aktivis di UKM Menwa yang bernama Aftar. Namun Nina tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikannya dan tulus mencintainya bahkan rela berkorban pada akhirnya, dia adalah Gio. Namun dipertengahan cerita muncul-lah Bayu, dia ad...
Menghapus Masa Lalu Untukmu
2973      1139     1     
Romance
Kisah kasih anak SMA dengan cinta dan persahabatan. Beberapa dari mereka mulai mencari jati diri dengan cara berbeda. Cerita ringan, namun penuh makna.
I\'m Too Shy To Say
453      309     0     
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.
Your Secret Admirer
2297      796     2     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...