Read More >>"> Code: Scarlet (Mission 6) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Code: Scarlet
MENU
About Us  

Dia gadis kecil yang penuh semangat. Senyum selalu menghiasi wajahnya di kala dia sedang bercerita tentang banyak hal. Semua orang menyukai gadis itu. Mereka akan berkumpul dan memperhatikan setiap kata yang diucapkannya.

“Apa kalian tau apa itu sekolah? Gadis SMA. Baju yang bagus dan juga benda-benda kecil yang lucu. Lalu bersama dengan teman, kita akan pergi ke suatu tempat dan bersenang-senang. Lalu…”

Semua yang gadis itu ucapkan selalu membuat siapa saja merasa takjub. Dia seperti sesuatu yang baru yang belum pernah diketahui oleh orang lain. Padahal gadis itu juga sama seperti mereka semua. Seorang anak baru yang akan dijadikan bahan percobaan.

***

“Ichimiya-chan!” panggil Kurumi dengan suara keras. Gadis itu menatap Ichimiya dengan wajah khawatir.

“Ya?” jawab Ichimiya yang masih dalam posisi menyangga dagu. Tiga pasang mata mengelilingi mejanya.

“Apa kau benar tidak apa-apa?” tanya Rin memastikan.                 Ichimiya masih termangu. Dia benar-benar tidak ingat apa yang barusan mereka bicarakan. “Mungkin sebaiknya kau ke UKS,” ucap Rin lagi.

Semua yang memandangnya pasti akan merasa cemas. Selain itu, melihat kondisinya saat ini pasti juga membuat semua orang bertanya-tanya.

“Tenang saja. Aku baik-baik saja. Sungguh.” Dengan wajah ceria Ichimiya menjawabnya.

“Tapi..”

Tadi pagi Ichimiya datang terlambat.

Begitu membuka pintu kelas, dia menjadi pusat perhatian semua orang. Datang ke sekolah dengan kondisi tubuh yang penuh luka. Lengan kanannya berbalut perban dan luka gores di bagian wajah. Plester luka juga tertempel di pipi kanannya.

Seakan bukan hal serius, gadis itu masih bersikap biasa dan tertawa riang. Menunjukkan jika dirinya baik-baik saja. Saat guru bertanya, Ichimiya hanya menjawab jika dia terjatuh dari tangga saat bersih-bersih. Untunglah tidak ada yang bertanya lebih dari itu. Membuat perasaannya sedikit lega.

Tentu saja luka-luka yang dia dapat ini karena misinya kemarin malam. Tidak mungkin juga jika dia mengatakan yang sebenarnya pada mereka semua.

“Apa kepalamu sedikit terbentur?” tanya Kurumi dengan nada bercanda.

“Apa yang kau pikirkan sampai seserius itu?” desak Rin.

“Aku hanya mengingat tentang langit senja.”

“Langit senja? Apa saat kita pergi membeli crepes waku itu?”

Seperti diingatkan. Mereka semua saling tenggelam dalam ingatan kemarin sore. Mengingat kembali saat-saat mereka pergi bersama. Lalu satu persatu sudut bibir para gadis itu terangkat.

Hari itu adalah pertama kalinya mereka pergi bersama Ichimiya. Dan juga merupakan hari di mana Ichimiya pergi bersama teman. Bukan teman menjalankan misi, tapi teman untuk pergi bersenang-senang. Juga hari di mana Ichimiya mulai menemukan sesuatu yang berkaitan dengan ingatan masa lalunya.

***

Begitu target mereka berhasil dilumpuhkan, semua orang mulai menurunkan kewaspadaannya. Azura mendekati Ichimiya setelah 2 anak itu benar-benar tidak sadarkan diri.

“Kalian terlalu lama.” Dari balik bayangan malam Aki berjalan menenteng koper juga senapannya. Dua agen yang mengawasi segera menyimpan kembali pistol mereka. Tibanya Aki di tempat itu membuat semua keadaan menjadi tenang. Target berhasil dilumpuhkan berkat obat bius yang Aki tembakkan.

“Aki-san.” Azura menghampiri Aki yang mulai membuka tablet miliknya. Kini semua komando apa padanya—sang ketua tim.

Setelah menyimpan senapan miliknya, tatapan Aki mulai bergerak menyapu gudang tempat bekas pertarungan mereka. Lebih kacau dari yang dia duga. Saat menemukan sosok Ichimiya yang tertunduk aneh di hadapan kedua target, pemuda itu memicingkan matanya. Dengan langkah tegapnya dia mendekati Ichimiya juga Ao yang mulai sedikit panik.

“Ichi, kau tidak apa-apa?” tanya Ao saat Ichimiya tertunduk penuh peluh. Napasnya tersengkal-sengkal sambil memegangi dada.

Ichimiya tidak bisa tenang. Jantung gadis itu berdetak dengan cepat. Dadanya terasa berat untuk bernapas. Dengungan panjang terdengar dalam telinganya. Dia merasa aneh, terlebih bayangan gadis yang tadi mendorongnya terus terlihat di pikirannya. Kalimat gadis itu menggema dan terdengar berulang-ulang.

“Apa dia terluka?” Aki melepaskan alat komunikasi miliknya.

“Aku tidak yakin. Tapi dia bersikap aneh.”

Pandangan Aki melirik ke agen pengawas lalu ke Ichimiya. “Kita harus segera pergi,” perintahnya. Dia tidak ingin keadaan jadi kacau lagi. Melihat kondisi Ichimiya, dia ingin segera kembali ke Distrik 3. 

***

Malam yang semakin larut membuat udara malam makin dingin. Langit membuka tirai gelapnya lebar-lebar. Membuat bintang juga bulan dengan bebas menunjukkan keindahannya. Langit-langit gudang yang sudah usang mulai berdecit saat angin menerjang.

Dingin. Udara berubah semakin dingin setelah mereka membawa kedua anak percobaan itu keluar. Sayup-sayup terdengar suara angin berhembus yang diikuti munculnya kabut putih di sekitar kaki mereka. Menyebar dan menghentikan langkah mereka semua. Rasa dingin yang semakin menjadi-jadi menusuk sampai tulang.

Azura menghembuskan napasnya lewat mulut. Suara desahannya terdengar dan terlihat jelas sebuah asap mengepul keluar. Suhu mulai menurun drastis. Terlalu dingin seperti musim dingin. Kewaspadaan gadis itu kembali meningkat. Tangannya kembali mengaktifkan alat komunikasi di telinganya.

“Kita belum diperbolehkan pulang,” bisiknya. Semua mulai waspada.

“Berkumpul,” perintah Aki. Saat mereka mulai saling mendekat untuk menjadi satu tim, tiba-tiba salah seorang agen pengawas terjatuh. Kabut yang menyelimuti mereka semakin menebal. “Gawat.” Aki kehilangan agen pengawas yang satunya, di mana dia bertugas mengamankan target bersama Ao juga Ichimiya.

“Aki-san,” suara Ao dari alat komunikasi. Padahal jarak mereka tadi tidak lebih dari 2 meter. “Apa ini kemampuan khusus seseorang?”

“Aku tidak bisa menemukan kalian dengan mataku,” jelas Azura. Mereka seperti sudah dipindahkan ke tempat lain. Terpisah jauh padahal baru beberapa menit yang lalu mereka masih dalam jarak pandang masing-masing.

“Aku bersama agen pengawas yang masih sadar. Target aman bersama kami. Ichimiya juga ada di sini. Kami baik-baik saja.” 

“Kita tidak terpisah jauh. Tetaplah waspada dan jangan bergerak gegabah. Pastikan tetap bersama.”

“Baik.”

“Azura, apa kau bisa melihat sesuatu yang lain?” Sssssttttt….. Sssssstttttt…. Ssstt…. Tiba-tiba sambungan dengan Azura terputus. “Azura? Apa kau bisa mendengarku? Azura?!” Masih tidak ada jawaban. “Tch!” Aki punya firasat buruk.

Di lain tempat, Ao tetap tidak bergerak dari posisinya. Dia merasa aneh dengan tempat mereka saat ini. Tapi, jika tidak segera bergerak mereka akan tetap terjebak dalam kemampuan khusus musuh. Tidak ada gunanya juga tetap diam jika suhu udara semakin dingin. Ao bisa merasakan darah dalam tubuhnya mulai membeku.

Kondisi mereka sungguh tidak diuntungkan. Mereka harus membawa kedua target dan bergerak dengan hati-hati. Yang masih membuat Ao ragu adalah keadaan Ichimiya yang masih belum sepenuhnya kembali pada dirinya yang biasa. Gadis itu bergerak seperti perintah, namun tatapannya kosong. Jika bertemu dengan pihak musuh bisa saja terjadi sesuatu yang lebih buruk.

“Kita harus pergi,” Ao memimpin. Namun saat mereka mulai bergerak, terdengar suara tawa mengelilingi mereka.

“Hehe, ketemu.” Setelah suara bisikan itu terdengar jelas di telinga Ao, hal lain yang membuatnya bergerak segera adalah gerakan Ichimiya yang sedang melindungi sisi  kanannya dengan kedua lengan. Barulah beberapa detik kemudian gadis itu terhempas dengan kuat dan menghilang dari pandangannya.

“Ichimiya!”

***

Dia tidak ingat jika dirinya sudah keluar jauh dari gudang. Setelah benturan keras diterimanya dari sisi kanan, yang dia ingat kemudian adalah dinginnya air yang membasahi seluruh tubuhnya. Gelapnya dasar sungai besar yang menyesakkan napas membuatnya tersadar sepenuhnya. Apa yang sedang aku lakukan, pikirnya. Dia terus jatuh ke dasar. Tenggelam.

“Hah! Uhuk!” Untunglah sungai itu berarus tenang. Ichimiya segera naik ke permukaan dan menepi. Dia mencoba mengatur napasnya dan berpikir tenang. Saat ini, dia tengah dalam keadaan berbahaya. Karena seseorang sedang mengawasinya. Menatap dengan tatapan dingin dan siap untuk membunuhnya.

“Kau…” ucap orang itu akhirnya. Perlahan Ichimiya menoleh. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” lanjutnya. Dia berdiri sambil menyembunyikan kedua tangannya dalam saku. Dagunya terangkat dan matanya menatap rendah Ichimiya. Senyumnya menyerigai.

“Mungkin kita pernah bertemu. Mungkin juga tidak,” jawab Ichimiya. Dia balas menatap. Pemuda ini berbahaya, insting Ichimiya berbicara. Setelah mengumpulkan tenaganya kembali, dia berdiri dan dalam posisi siap bertarung. Ichimiya memasang kuda-kuda.

Suara kerikil yang menyebar di tepi sungai berseruak ketika langkah pemuda itu mendekat. Ichimiya merendahkan tubuhnya, bertumpu pada kaki kanan ketika tendangan dari pemuda itu melewati atas kepalanya. Tangan kanan Ichimiya menarik cepat belati di bawah roknya. Segera setelahnya, kaki Ichimiya memutar mencoba menumbangkan pemuda itu.

Dalam sekejap tubuh Ichimiya memutar 180 derajat. Namun targetnya berhasil melompat dan menjauh. Tidak ingin menunggu musuh kembali bersiap, Ichimiya segera melesat dan melemparkan pukulan. Memang tidak semudah yang dia pikirkan. Kepalan tangannya berhasil ditahan hanya dengan satu tangan.

“Heeee… lumayan juga kau.”

Suhu tubuh Ichimiya menurun dengan cepat. Darah dalam tubuhnya membeku. Mereka berdua menghembuskan asap putih dari mulut. Sensani ini. Ichimiya tiba-tiba tersenyum. “Jadi kau ya orang yang suka membekukan sampah di sekitar sini.”

“Ya, aku yang melakukannya. Dan aku juga suka membekukan sampah sepertimu.”

Kepalan tangan Ichimiya yang tertahan membeku perlahan. Dengan sekuat tenaga Ichimiya mencoba melepaskannya, tapi pemuda itu malah menggenggamnya dengan kedua tangan. Senyumnya semakin lebar dengan tatapan yang terlihat gila. Ichimiya terlihat kesakitan.

Terlihat senang karena membuat gadis di hadapannya tersiksa, membuat kesempatan bagi Ichimiya untuk bergerak. Tangan kirinya yang sedari tadi bebas, mengayun dengan kuat. Tetesan darah menetes ke tanah saat pemuda itu menghindar mundur. Dia memegangi pelipisnya saat darah mengucur keluar.

“Seharusnya aku langsung menyingkirkanmu,” teriaknya kesal.

“Kesalahanmu.” Kembali mereka saling beradu pukulan dan tendangan. Setelah terluka, pemuda itu jadi menyerang membabi buta. Sementara Ichimiya bertahan dan menghindar, dia juga memikirkan cara untuk segera mengakhiri pertarungan mereka.

Pistol tangannya hilang entah ke mana. Alat komunikasinya juga. Tempat pertarungan mereka adalah tempat terbuka, jika mencoba melarikan diri kemungkinan Ichimiya malah akan tertangkap. Dia memang petarung jarak dekat, namun dirinya tidak suka melukai target. Dengan belatinya, bisa saja dia mengakiri ini dengan cepat. Tapi, ada keraguan dalam hatinya.

“Kenapa kau menyerang kami?” Tanya Ichimiya di tengah pertarungan. Dia mengangkat kaki kanannya tinggi-tinggi dan menghantamkannya ke tanah dengan keras. Tanah seperti bergetar.

“Kau juga sepertiku bukan? Lalu kenapa kau berpihak pada mereka?” pemuda itu balik bertanya.

“Kami mencoba menyelamatkan mereka.” Ichimiya mencegkram lengan pemuda itu lalu memutarnya, menariknya dengan kuat dan melemparnya.

Belum sampai tubuhnya menghantam tanah, pemuda itu menjadikan kedua tanganya sebagai tumpuan dan berhasil mendarat dengan mulus. “Kau hanya diperalat oleh mereka.” Ichimiya terdiam. Pemuda itu memunggunginya, melirik ke arah Ichimiya dari sudut matanya. Dia yakin jika perkataannya benar.

Tiba-tiba suasana jadi tenang karena keduanya tidak bergerak. Pemuda itu mendesah pelan.

“Mereka menyelamatkanku,” ucap Ichimiya akhirnya.

“Kau, siapa namamu?” Pemuda itu berbalik sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Kyoya Ichimiya,” jawab Ichimiya mengangkat wajahnya.

“Hah?” Pemuda itu mengangkat satu alisnya. Seperti tidak puas dengan jawaban Ichimiya. “Tidak. Tidak. Bukan itu maksudku. Kau benar-benar bodoh ya. Maksudku ‘Code’ milikmu,” jelasnya.

Ichimiya menatap dengan heran. Saat itulah pemuda itu benar-benar kesal karena seperti dibodohi oleh mereka semua. Dia jadi merasa kasihan pada gadis di hadapannya sekarang. Gadis yang berasal dari Distrik 1. Seorang anak percobaan yang sama sepertinya.

“Jangan-jangan kau-”

“Ichimiya!” seseorang berteriak. Pemuda itu menoleh ke belakang saat merasakan seseorang mendekat. Azura, gadis itu datang dan berencana memukul wajah pemuda menyebalkan berbahaya di hadapannya itu. Tapi serangannya gagal karena kaki pemuda itu menendang kerikil-kerikil di bawah membuat pandangan Azura teralihkan. Satu pukulan kuat mengenai perutnya.

Di saat itu kesempatan Ichimiya. Dia bergerak cepat. Sangat cepat dengan bantuan kemampuan khususnya. Saat kedua lengannya ingin mengunci pergerakan pemuda itu, tiba-tiba ada beberapa titik kecil berwarna putih mengelilinginya. Seperti butiran salju. Benda itu mengalihkan fokusnya karena seperkian detik kemudain duri-duri es mulai menyebar dan menggores tubuhnya. Bukan hanya itu saja, pemuda itu juga bergerak cepat mencengkram lengan kanan Ichimiya dan membekukannya.

“Agh!” Rasanya begitu sakit. Darahnya membeku dengan cepat walau ada lapisan kain yang membalut kulitnya. Setengah tubuhnya mati rasa, dia tidak bisa bergerak bebas. “Sial,” gumamnya saat di hadapannya pemuda itu berdiri.

“Aku kasihan padamu.” Lagi-lagi tatapan merendahkan itu terpancar darinya. Ichimiya tidak bisa berbuat apa-apa saat dirinya dihajar. Dia terpental jauh lalu menghantam Azura yang masih tersungkur di tanah.

Butiran-butiran salju itu kembali mengelilingnya. Lalu kembali berubah menjadi duri-duri es. Benda itu siap untuk melukai mereka berdua. Namun tiba-tiba pemuda itu berbalik dan berjalan menjauh. Dia kembali memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Baru beberapa langkah dia beranjak, sebuah tembakan melesat melewati sisi kirinya. Suara selongsongan peluru kosong jatuh menggema dari kejauhan.

Ichimiya dengan susah payah mencoba bangun. Dia melihat ke arah asal peluru itu di tembakkan. Ada Ao yang berdiri tak jauh dari mereka. Mengarahkan pistolnya dengan tatapan marah.

“Pengganggu,” decak pemuda itu terus berjalan. Dia tidak memperdulikan sosok pria yang menghadangnya. Aki juga siap dengan pistol di tangannya. Namun hal aneh terjadi kembali, sosok pemuda tadi lenyap menjadi kabut asap. Pandangan Aki segera beralih ke atas bangunan besar di samping mereka. Di atas atap, pemuda itu berdiri. Dia yang menyerang Ichimiya dengan kemampuan es miliknya memandang dengan tatapan dingin.

“Mereka sudah ditandai.” Tiba-tiba ada satu orang lagi yang muncul. Dia datang dari belakang pemuda es itu. Menyadari ada beberapa orang yang memperhatikannya, dia tersenyum ramah. “Selamat malam. Terima kasih telah bermain bersama kami,” ucapnya. Aura orang itu terasa berbeda. Tatapan matanya yang berwarna hijau terang terlihat begitu tenang.

“Namaku, Code: 005 (Zero Zero Five). Ingat itu baik-baik. Seharusnya kau juga punya Code jika kau memang sama seperti kami.”

Ichimiya menatapnya, “Tunggu dulu.” Dengan sisa tenaganya, dia mencoba untuk berdiri.

“Jika kita bisa bertemu kembali, aku ingin tau siapa namammu.” Pemuda yang mengaku sebagai Code: 005 itu kembali menghilang. Seperti butiran salju yang tertiup angin malam, sosok pemuda itu memudar. Semantara pemuda satunya lagi, dia hanya tersenyum lalu melambaikan tangan pada kelompok Ichimiya.

“Sampai jumpa.” Dia melompat turun dan hilang dalam kegelapan malam.

Aki ataupun Ao tidak ada yang mengejarnya. Mereka berdua kini berfokus pada Azura juga Ichimiya. Prioritas utama mereka saat ini adalah kembali ke Distrik 3 segera. Karena keadan mereka yang begitu tak berdaya saat ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • Ardhio_Prantoko

    Ide ceritanya boleh, saran aku coba ambil referensi dialog dan plotting ala western biar lebih greget

    Comment on chapter Mission 3
  • yulianaselfia97

    @dede_pratiwi thanks ya kak dah mampir

    Comment on chapter Mission 15
  • yulianaselfia97

    @yurriansan hmpir sama dibagina pertama

    Comment on chapter Mission 15
  • yurriansan

    Chapter 1 dan chapter 15, sma ya crtanya?

    Comment on chapter Mission 1
  • dede_pratiwi

    sukaa ceritanya kaya lagi nonton anime...udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Mission 1
  • yulianaselfia97

    @Kang_Isa makasih ya udah mampir baca :)

    Comment on chapter Mission 4
  • Kang_Isa

    Waw! Ceritanya menarik sekali, seakan nonton anime. Bagus, lebih berani lagi penyampaian ceritanya. Setuju dengan komen sebelumnya, biar tambah greget rasa Action-nya. Good luck, ya.

    Comment on chapter Mission 4
  • yulianaselfia97

    Makasih udah mampir :)
    Makasih jga saran n kritiknya

    Comment on chapter Mission 1
  • RaniRstar

    Saya suka idenya. Tapi ... penyampaiannya kurang gereget. Ini cerita action jangan penyampaianannya ala sinetron. Harus lebih berani lagi. Semangat and good luck.

    Comment on chapter Mission 1
  • yulianaselfia97

    Thanks sarannya :)

    Comment on chapter Mission 2
Similar Tags
Premium
Ilalang 98
4703      1724     4     
Romance
Kisah ini berlatar belakang tahun 1998 tahun di mana banyak konflik terjadi dan berimbas cukup serius untuk kehidupan sosial dan juga romansa seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia bernama Ilalang Alambara Pilihan yang tidak di sengaja membuatnya terjebak dalam situasi sulit untuk bertahan hidup sekaligus melindungi gadis yang ia cintai Pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya hanya sebuah il...
I'il Find You, LOVE
5499      1477     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
29.02
380      181     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Rembulan
768      428     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Serpihan Hati
9866      1581     11     
Romance
"Jika cinta tidak ada yang tahu kapan datangnya, apa cinta juga tahu kapan ia harus pergi?" Aku tidak pernah memulainya, namun mengapa aku seolah tidak bisa mengakhirinya. Sekuat tenaga aku berusaha untuk melenyapkan tentangnya tapi tidak kunjung hialng dari memoriku. Sampai aku tersadar jika aku hanya membuang waktu, karena cinta dan cita yang menjadi penyesalan terindah dan keba...
FIGURE 09
1454      557     3     
Fantasy
FIGURE.. sebuah organisasi yang memberikan jasa agen mata-mata atau pembersihan dunia daripara sampah yang terus memakan uang rakyat. bahkan beberapa raja dan presiden tersohor memiliki nomor bisnis mereka. seseorang yang sudah menjadi incaran para agen Figure, pasti akan berakhir pada kematian atau penjara seumur hidup, itu pun masih ringan karena biasanya sang pemakai jasa menginginkan mereka h...
WALK AMONG THE DARK
744      402     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
Orkanois
2191      850     1     
Fantasy
Ini adalah kisah yang ‘gila’. Bagaimana tidak? Kisah ini bercerita tentang seorang siswa SMA bernama Maraby, atau kerap dipanggil Mar yang dengan lantang menginginkan kiamat dipercepat. Permintaannya itu terwujud dengan kehadiran Orkanois, monster bertubuh tegap, berkepala naga, dengan tinggi 3 meter, dan ia berasal dari planet Orka, planet yang membeku. Orkanois mempunyai misi berburu tubuh ...
Love after die
428      282     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...
Farewell Melody
220      149     2     
Romance
Kisah Ini bukan tentang menemukan ataupun ditemukan. Melainkan tentang kehilangan dan perpisahan paling menyakitkan. Berjalan di ambang kehancuran, tanpa sandaran dan juga panutan. Untuk yang tidak sanggup mengalami kepatahan yang menyedihkan, maka aku sarankan untuk pergi dan tinggalkan. Tapi bagi para pemilik hati yang penuh persiapan untuk bertahan, maka selamat datang di roller coaster kehidu...