Koln, Januari 2018
Arrum POV
Mungkin kita pernah, pada suatu waktu ingin berkemas pindah. Kita bersihkan koper berdebu yang lama disimpan di atas lemari kayu dan debunya membuat kita sesak dan terbatuk-batuk. Kita kemasi baju dan barang yang ingin dibawa. Dan kita tinggalkan mana yang harus ditinggalkan karena jika dibawa hanya akan memberatkan.
Barangkali tak hanya baju.
Kita juga mengemasi kenangan. Mana kenangan yang ingin dibawa dan mana yang harus ditinggalkan. Tapi, tak peduli seberapa rapih kita memilah-milah, nyatanya kenangan pahit pun terbawa-bawa. Bukan hanya dalam langkah. Tapi juga dalam mimpi buruk di tengah malam.
Mungkin kita pernah, pada satu waktu sudah selesai berkemas dan siap pindah. Sudah siap melangkah. Sudah siap meninggalkan tempat lama.
Namun sayang…
Kita sudah siap pindah, tapi belum menyiapkan rumah.
Seperti aku. Kupikir aku sudah memilah dengan baik kenangan yang ingin aku tinggalkan. Nyatanya dia tetap terbawa. Kupikir aku telah benar-benar pindah, nyatanya hatiku masih berada di tempat yang lama.
“Arrum.”
“Aku…aku…aku…” Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan.
***
Koln, Januari 2018
Leon POV
Seperti senja, kau hanya dapat dinikmati dari jauh. Ditangkap dengan bidikan lensa dan diabadikan di dalam bingkai merah tua.
Seperti senja, banyak orang yang mengagumimu. Lalu siapalah aku? Meski sudah beberapa kali berusaha, kita tidak jua bersama.
Lalu, haruskah kau kubiarkan jauh atau kembali kurengkuh?
“Arrum.”
Mengapa lucu sekali semesta ini?
“Aku…aku…aku…”
Haruskah aku mengambil pilihan pertama?