Loading...
Logo TinLit
Read Story - Coldest Husband
MENU
About Us  

"Dav, yang ambil konsumsi siapa?" tanya seorang laki-laki pada Dava yang tengah duduk di bangku kesekretariatan.

"Emang anak konsumsi yang biasa ambil siapa? Kan ada si Agam," jawab Dava.

"Dav, si Agam kan gak masuk, dia sakit." Laki-laki itu melanjutkan, "Di konsumsi yang laki-lakinya cuma dia, dan sekarang dia gak masuk, mau di ambil sama siapa? Sama gue?"

"Ya udah sama lo aja Han, lo kan logistik,"

Dava adalah tipe ketua yang kurang perhatian. Dava tidak akan mengajukan diri kalau disuruh kemana-mana. Memang sih, Dava adalah ketua yang tidak baik kalau dalam urusan ambil barang begini, ia akan melimpahkan pekerjaan yang tentu bukan pekerjaannya kepada orang lain.

"T-tapi Dav, duit bensinnya?" Farhan mengadahkan tangan.

"Ya udah sini, sama saya saja, mana notanya?" Aidan yang tiba-tiba datang membuat Farhan dan Dava menoleh.

Farhan merogoh nota belanja konsumsi yang ada di saku celananya kemudian memberikan secarik kertas itu pada Aidan.

"Mau gue temenin, Dan?" tawar Farhan.

"Gak usah, saya sendiri saja." Aidan langsung pergi sebelum mendapat anggukan dari Farhan.

Aidan pergi ke gerbang terlebih dahulu untuk izin kepada dua tatib yang berjaga, dan bilang kepada mereka bahwa Aidan akan mengambil konsumsi di tempat catering.

"Kak! Kak Aidan!" seorang perempuan yang memakai pakaian serba hijau stabilo dari atas hingga kebawah berlari-lari setelah turun dari angkot.

Aidan diam di tempat ketika perempuan itu memanggil. Laki-laki itu melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul tujuh lebih lima belas.

"Kak, izinin gue masuk dong, plis." Binar memohon pada Aidan.

Baru saja Aidan membuka mulutnya untuk mengambil napas, Binar langsung menyerbu, "Plis, plis, plis, kak, gue udah capek-capek naik angkot, masa di suruh pulang?" jeda sebentar, "Gue telat bangun kak, sumpah beneran, gue gak bohong,"

Aidan menarik napasnya, "Terus?"

"Tadi pagi pas habis kakak telepon, gue ketiduran kak."

"Ya udah, lanjutin tidurnya, pulang." Aidan bersuara tanpa intonasi.

"Alasan yang sama," komentar salah seorang tatib, "Ikut ospek tahun depan aja kalau sekarang gak siap,"

Mata Binar memerah, ia tidak mau mengulang ospek yang sangat menyebalkan ini di tahun depan, apalagi bareng adik-adik yang baru masuk. Binar gak mau, semuanya ribet.

Binar memegang tangan Aidan dengan erat, keningnya ia landaskan di lengan Aidan, "Plis kak, gue mohon, gue pengen ikut ospek,"

Kedua tatib yang berada disana saling memandang karena melihat kejadian terlarang yang seharusnya tidak ada yang berani melakukan itu.

Binar menyentuh tangan Aidan.

Aidan tidak suka disentuh oleh perempuan yang bukan mahromnya.

Aidan memberontak untuk melepaskan tangannya dari jeratan Binar, "Gak usah pegang-pegang."

Setelah jeratan tangan Binar terlepas, Binar masih berusaha memegang tangan Aidan, "Plis, kak, plis. Gue janji gak akan telat lagi."

Aidan memundurkan langkahnya, "Jangan paksa saya untuk membentak."

Binar diam, matanya yang bulat fokus menatap lurus pada mata hazel Aidan, "Plis, kak ..." Binar memohon dengan wajah manis.

Astagfirullah, Aidan menundukkan wajahnya, ia telah bertatapan dengan perempuan yang bukan mahromnya. Laki-laki itu mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan, "Masuk." Jeda sebentar, "Kalau besok telat lagi, gak usah masuk."

Binar mengangguk cepat, "Makas--" ucapan Binar terhenti ketika Aidan telah pergi menuju mobilnya yang terparkir disebelah mini market.

"MAKASIH KAK AIDAN!" teriak Binar sambil melambaikan tangan pada Aidan yang melihat kearahnya selama dua sekon.

Tak terasa Binar menarik senyumannya, kalau dilihat-lihat Aidan memang tampan dengan rambut modis, hidung mancung, mata hazel, dan alis tajamnya.

"Kamu dihukum," ucap Hisyam.

Binar tidak sadar kalau Hisyam sedang berbicara kepadanya, gadis itu masih tersenyum sendiri seraya memandang mobil Aidan yang pergi meninggalkan pekarangan mini market.

"Heh, kamu gila?" tanya teman Hisyam bernama Ari.

Binar berdiri tegap ketika mendengar suara Ari yang terdengar cukup keras di telinganya, "Siap, saya tidak gila!"

"Ini bukan militer."

"Suka-suka gue lah. Mau gue sebut panti jompo, hah?" Binar menantang Hisyam.

"Kebun binatang!" Hisyam terlewat kesal.

Binar tertawa, "Hahaha gue lagi ngomong sama monyet,"

"BINAR YUMNAA ANANTA!" Dava berteriak dengan suara tegas, lelaki itu sudah kesal dengan kelakuan Binar, perempuan yang satu itu sudah kelewatan. Datang suka-suka, dan tidak punya sopan santun.

"Ada apa kak Dava?" suara Binar berubah menjadi lembut.

"Syam, bantu tuh banyak yang pingsan, kesehatan kurang personil," suruh Dava pada Hisyam.

Hisyam mengangguk kemudian segera pergi ke lapangan untuk membantu panitia yang lain.

"Siapa yang suruh kamu masuk?" tanya Dava sambil menatap Binar dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Kak Aidan yang ganteng dong," jawab Binar penuh semangat.

"Astaga si Aidan itu otaknya kesambet kali ya, gue udah bilang kalau lo telat gak usah disuruh masuk, bego."

"Kak Dava kayak yang ganteng aja berani bilang gitu ke kak Aidan," jawab Binar asal ceplos.

Tekanan darah Dava naik seketika, matanya memerah, "BINAR!"

"IYA, KAK DAVA?!"

"LARI LIMA KELILING LAPANGAN BASKET!" suruh Dava.

"GAK MAU!"

"CEPETAN!"

"GAK MAU! GUE MAU OSPEK, BUKAN MAU OLAH RAGA!"

"BINAAAAR! CEPETTT!"

"GAAAAK!"

"CEPETAN GAK?!"

"GAK!"

"CEPET!"

"TETEP GAK MAU!"

***

"Lo tau gak, si Inggrid itu pura-pura pingsan karena pengin digendong sama kak Rafli,"

Binar yang tengah membersihkan toilet membelalakkan mata ketika mendengar dua orang perempuan yang tengah bergosip ketika hendak masuk ke toilet.

"Elo yang namanya Binar ya?" tanya salah seorang diantara mereka.

"Apaan?" Binar bertanya balik dengan ketus.

"Cantik-cantik kok trouble maker,"

"Ya terus kalau gue cantik dan suka membuat kerusuhan masalah gitu buat lo?"

"Makanya kalau gak niat kuliah tahun ini, gak usah daftar dulu. Nyusahin semuanya ish,"

Binar tertawa, "Haha lo merasa gue nyusahin lo, gitu? Coba mikir, kapan gue nyusahin lo?"

"Ya iyalah, kak Dava sama kak Aidan harus kena batunya gara-gara lo."

"Gue gak pernah minta mereka buat memanjakan gue tuh, merekanya aja terlalu berlebihan. Ya mungkin karena gue terlalu cantik kali ya?" ucap Binar percaya diri.

"Lo pakai pelet kali ya, masa kak Aidan yang jutek gitu mau aja ngikutin permintan lo," desis gadis itu, "Udah telat dua hari, gak tau malu lagi,"

Emosi Binar memuncak, tangannya menjulur pada ember yang ada disebelahnya, kemudian mengangkat ember itu dan ditumpahkan airnya ke kepala gadis yang membuat keributan.

Byurrrr

"WOI! BINARRRRRRRRR! GILA LO!" Rara berteriak ketika tubuhnya telah basah kuyup karena ulah Binar.

Rara mendorong tubuh Binar ke dinding kemudian mengacak-ngacak rambutnya sambil menjerit-jerit.

Teman Rara berusaha melerai perdebatan keduanya namun teman Rara iu menyerah karena Rara dan Binar bagaikan kucing dan tikus.

"ADA APA INI?!" Dava beserta gerombolannya datang untuk melihat kejadian yang cukup membuat heboh satu kampus itu.

"BINARRR, GILA, RASAKAN INI!" Rara menarik rambut Binar dengan kuat.

"Awhhhhh, lepasin woy!" Binar meringis walaupun tangannya masih menghalau gerakan Rara.

Dava mendorong tubuh Binar sehingga gadis itu terlempar ke lantai. Binar menangis saat itu juga, air matanya turun dengan deras melewati wajah cantiknya.

"Dava!" Suara bariton seseorang terdengar menggema toilet perempuan.

Aidan datang, pria tampan itu menarik lengan hoodie army-nya sampai menutupi telapak tangan, dengan gerakan gesit ia segera membantu Binar berdiri.

"Dav, dia perempuan! Kamu gak seharusnya melakukan itu!" bentak Aidan pada Dava membuat tangisan Binar semakin keras, "Dan kalian!" telunjuk Aidan bergerak menunjuk mata beberapa laki-laki yang datang bersama Dava, "Kalian hanya menonton adegan tadi?! Laki-laki cupu." Aidan menarik tangan Binar agar menjauh dari gerombolan laki-laki itu.

Dava tersenyum kecut, "Haha, jadi kayak gitu laki-laki yang diidam-idamkan perempuan karena kealimannya?"

PLAKKK

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Dava. Rara menampar pipi mulus milik Dava.

"Lo boleh melerai perdebatan, tapi lo jangan pernah menyakiti wanita sedikitpun! Banci!" Rara pergi diikuti oleh temannya.

Dava tersenyum kecut sembari memegang pipinya yang membiru, "Haha siap, gue memang cocok jadi tumbal,"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Begitulah Cinta?
17834      2691     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
Chasing You Back
415      292     1     
Romance
Sudah 3 tahun, Maureen tidak pernah menyerah mengejar pangeran impiannya. Selama 3 tahun, pangeran impiannya tidak mengetahui tentangnya. Hingga suatu saat, Pangeran Impiannya, Josea Josh mulai mendekati Maureen? Hmmm ..
Meet Mettasha
261      210     1     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
Tanda Tanya
439      319     3     
Humor
Keanehan pada diri Kak Azka menimbulkan tanda tanya pada benak Dira. Namun tanda tanya pada wajah Dira lah yang menimbulkan keanehan pada sikap Kak Azka. Sebuah kisah tentang kebingungan antara kakak beradik berwajah mirip.
Warisan Kekasih
1068      703     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Bittersweet Memories
47      47     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
Piromaniak
5771      1680     5     
Romance
Dia merubah apiku dengan cahayanya
The Girl In My Dream
438      308     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
DanuSA
32239      4930     13     
Romance
Sabina, tidak ingin jatuh cinta. Apa itu cinta? Baginya cinta itu hanya omong kosong belaka. Emang sih awalnya manis, tapi ujung-ujungnya nyakitin. Cowok? Mahkluk yang paling dia benci tentu saja. Mereka akar dari semua masalah. Masalalu kelam yang ditinggalkan sang papa kepada mama dan dirinya membuat Sabina enggan membuka diri. Dia memilih menjadi dingin dan tidak pernah bicara. Semua orang ...
Peringatan!!!
2422      1043     5     
Horror
Jangan pernah abaikan setiap peringatan yang ada di dekatmu...