Masih kah kau ingat? Satu hari di bulan Juni, setahun yang lalu.
Hari yang dingin, dipenuhi oleh hujan, dari pagi hingga ke petang.
Langit nya kelabu, harinya penuh haru, dan aku sedang berteduh.
Aku berdiri, mematung, menikmati hujan, di pinggir jalan, sendirian.
Semuanya membisu, sebab hujan dan petir kian lama kian berpesta. Aku sedikit khawatir, takut terkena sambaran petir. Dan orang di sebelah ku juga takut, takut sepatu mengkilapnya menjadi kotor sebab percikan lumpur.
Dalam hening itu, langkah mu tiba-tiba terdengar, mengalun pelan diiringi suara percikan air yang jatuh. Aku melihat mu, dan kau menatap ku.
Itu adalah kali pertama kita bertatap mata, kali pertama kita berjumpa, dan kali pertama aku merasakan kembalinya perasaan tak karuan didalam hati.
Namun sayang, jika diingat, hari itu justru hanya akan membuat ku semakin merasa luka. Sama seperti mengingat kebersamaan kita dulu, tawa kita, dan duka kita.
Aku sedang berusaha melupakan semua hal yang mengingatkan ku tentang mu. Melupakan Jakarta, tempat kita bertemu. Melupakan masa SMA, masa dimana kita berjumpa. Melupakan diriku sendiri, diriku yang pernah menyukai mu.
Aku mati-matian melupakan semuanya. Dan sekarang, aku mengambil langkah besar, berpindah dari Jakarta menuju Bandung. Tempat masa lalu ku, masa dimana aku belum mengenal banyak kawan dan lawan. Masa kecil ku. Tapi, Bandung justru merupakan tempat dimana kenangan tak bertepi tentang keluarga ku bermuara, sebab Bandung adalah kampung halaman kedua orang tuaku.
Dan sekarang, muncul sebuah pertanyaan didalam kepala ku. Akan menjadi seperti apa, dan bagaimana warna kehidupan ku di Bandung?
Apa akan tetap sama? Berwarna kelabu.
Ataukah menjadi cerah dan penuhi banyak warna? Aku tak tahu, kita lihat saja, besok, dan hari-hari berikutnya.