Di laman itu, muncul seorang pendaftar baru Mafia Freyland yang tidak lain adalah Reyzax Unninanc.
"Reyzax! Dasar pengkhianat!" umpat Elias pada Reyzax setelah mengetahui bahwa Reyzax bergabung ke Mafia Freyland.
Mereka yang ada di ruangan itu sangat kesal dan mencela Reyzax habis-habisan. Reyzax yang menjadi orang paling tua di aliansi, justru menjadi seorang yang membelot ke pihak musuh.
"Anna! Kita harus menyelamatkan dia!" teriak Ibrahim dengan suara kencang yang meredam keramaian dalam ruangan itu.
"Benar. Anna pasti sedang mengalami masalah disana," kata Hotaru sembari mencoba mengajak anggota lainnya.
Sementara anggota lainnya mencoba mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan Anna, Yuan sama sekali tak bergeming.
Dia terlihat sangat terpuruk. Dia hanya duduk meletakkan wajahnya ke meja. Hotaru yang menyadari hal itu, mencoba menyemangati Yuan.
"Kak Yuan, kita pasti bisa menyelamatkan Anna. Tidak usah sedih, kak."
Yuan mengangkat kepalanya, lalu menoleh ke arah Hotaru sambil mengatakan, "Bukan itu yang kupikirkan."
"Lalu apa? Ceritakan saja padaku, kak," bujuk Hotaru.
"Kita keluar dulu. Nanti akan kuceritakan semuanya."
Yuan dan Hotaru pun pergi dari ruangan rapat kemudian masuk ke kamar mandi wanita.
"Nah, sekarang ceritakan semuanya padaku, kak."
Bukannya bercerita, Yuan malah menangis dengan sangat kencang sambil meletakkan wajahnya ke tubuh Hotaru.
"Kakak? Ada apa, kak? Tidak usah menangis."
Hotaru mengelus rambut Yuan dengan lembut. Hotaru mencoba menenangkan Yuan dan membuatnya menceritakan masalah yang sedang dihadapinya.
"Kakak sudah tenang? Kakak basuh muka dulu saja," ucap Hotaru pada Yuan.
Yuan pun membasuh mukanya.
"Begini, Hotaru.."
Sambil berdiri di depan wastafel, Yuan menceritakan masalah yang ia punya. Yuan berkata bahwa dia sangat merasa bersalah atas semua kejadian ini. Yuan berpikir dia tak seharusnya terlalu mudah mempercayai Reyzax.
"Tidak ada orang yang tahu kalau orang yang kita percaya akan mengkhianati kita, kak. Ini bukan sepenuhnya salahmu," nasihat Hotaru.
Hotaru nampak seperti orang yang bijak dalam menyikapi sesuatu. Seperti halnya saat ia menasihati Elias, kali ini dia juga menasihati Yuan.
"Kau tidak tahu! Di dunia nyata, aku terancam dipecat dari pekerjaanku karena orang yang kupercaya berkhianat! Lalu, orang yang kupercaya juga merebut kekasihku. Padahal... Padahal..." ucap Yuan sambil menangis tersedu-sedu.
Yuan kembali menangis. Hotaru terus mengelus rambut Yuan sambil berkata, "Luapkan saja, kak. Menangislah. Kau tidak perlu menyembunyikan kesedihanmu terlalu dalam."
Yuan menangis sangat keras untuk beberapa saat. Setelah tangisannya sedikit reda, Hotaru mulai berbicara.
"Kakak harus sabar. Kita memang tidak bisa tahu mana orang yang bisa dipercaya hanya dengan sekali lihat."
"Tapi, yang lebih parah, di dunia ini aku masih saja dikhianati. Padahal aku punya kekuatan untuk membaca pikiran orang lain. Apa aku terlalu mudah percaya pada orang lain?" keluh Yuan dengan sedikit isak tangis.
"Yang salah bukan kakak. Tapi orang yang mengkhianati kakaklah yang salah," jelas Hotaru.
"Lalu bagaimana denganku? Apa aku akan terus dikhianati? Bagaimana agar aku bisa mempercayai orang yang tepat, Hotaru?"
Yuan mulai menatap mata Hotaru. Mereka berdua berdiri saling berhadapan sehingga mereka bisa saling menatap satu sama lain dengan sangat jelas.
"Kakak hanya perlu membuat ikatan dengan orang yang kakak percaya. Kakak juga harus peduli dengan setiap masalah yang dialaminya. Bantu dia dalam menyelesaikan masalahnya."
Yuan mulai mendengarkan apa yang dikatakan Hotaru dengan serius. Hotaru pun mulai mencoba untuk menasihati Yuan sekaligus menenangkannya.
"Kepercayaan itu bagaikan air jernih yang tawar. Dan orang lain bagaikan botol kaca berwarna hitam dengan isi yang berbeda-beda. Kita tidak akan tahu isi dari botol yang akan kita tuang ke air yang kita punya. Sebuah tinta akan membuat air menjadi keruh dan tidak bisa lagi menjadi jernih. Kita hanya perlu mengganti airnya, sampai kita benar-benar menemukan sesuatu yang membuat air jernih yang tawar menjadi sesuatu yang manis."
Kata-kata itu keluar dari mulut Hotaru. Yuan yang mendengarnya merasa sedikit lega. Yuan pun menjadi lebih bersemangat dan mencoba menghiraukan apa yang terjadi padanya.
"Hei, Hotaru. Terima kasih telah menasihatiku. Tak kusangka kau sebijaksana itu," puji Yuan kepada Hotaru.
"Iya, kak. Aku cuma mencoba semampuku."
"Padahal kau sebijak itu, kenapa kau masih tidak percaya diri dengan apa yang ada pada dirimu?" tanya Yuan dengan sindiran halus yang disematkan pada Hotaru.
"Eh? Benar juga. Kak Yuan bantu aku, ya?" pinta Hotaru dengan manja.
"Iya. Pastinya. Kan, aku sudah percaya padamu."
Hotaru dan Yuan pun kembali ke ruangan rapat.
"Hei, Yuan. Kau ini kemana saja?" tanya Arvonso begitu melihat batang hidung Yuan.
"Dari kamar mandi. Bagaimana rapat kalian tanpa aku? Sudah menemukan sesuatu?" jawab Yuan sambil menyindir Arvonso.
"Kami akan menyelamatkan Anna. Axuru sudah menemukan lokasi dimana Anna disekap. Dia berhasil melacak lokasinya melalui ponsel yang dibawa Anna."
"Begitu ya. Syukurlah," ucap Hotaru dengan perasaan lega.
Yuan lalu kembali ke kursinya. Lalu berbicara dengan lantang, "Kita akan menyelamatkan teman kita. Kita juga yang akan menghukum seseorang yang telah mengkhianati kita."
Para anggota rapat yang mendengar ucapan Yuan, langsung bersorak bersama-sama mengucap kata, "Ya, pasti."
Mereka pun mulai merancang siasat dan rencana untuk membebaskan Anna. Dan apabila masih mungkin untuk dilakukan, mereka juga akan mencoba menangkap Reyzax yang telah berkhianat.
"Kita akan laksanakan operasi penyelamatan ini besok. Semuanya, bersiaplah untuk berjuang membebaskan teman kita!" ucap Yuan dengan penuh semangat.
Rapat pun diakhiri pada hari itu. Mereka semuanya pun pergi untuk pulang ke rumah masing-masing.
Elias, Hotaru, Ibrahim, dan Yuan pun pulang ke rumah bersama-sama.
Mereka pun sampai ke rumah. Hari yang sudah malam membuat mereka pun pergi ke kamar mereka untuk segera tidur.
Di kamar, Yuan dan Hotaru berbincang sejenak sebelum mereka tidur.
"Hei, Hotaru. Ternyata mempercayai orang yang tepat dan punya teman yang baik itu, sangat menyenangkan."
"Yah, kau bisa berbagi masalah satu sama lain. Saling memberi solusi. Saling membantu satu sama lain. Hal seperti itu memang sangat menyenangkan," kata Hotaru sembari berbaring di tempat tidur.
"Aku bersyukur bertemu dirimu. Walaupun kau adikku, tapi kau mau kan menjadi temanku? Di dunia nyata juga," pinta Yuan kepada Hotaru.
"Tentu. Kak Yuan kan juga belum mengajariku cara menjadi seorang yang percaya diri."
"Oh, iya. Akan kuajari, pasti."
Mereka berdua pun tertidur. Untuk kali pertama, Yuan tertidur dengan senyuman di bibirnya setelah menyembunyikan semua kesedihannya.
Sementara itu, Ibrahim melaksanakan ibadah sholat Isya' yang ia tunda karena adanya rapat. Elias pun merapikan tempat tidur mereka berdua sambil menunggu Ibrahim selesai sholat.
Elias yang beragama Kristen menghormati agama Islam yang dianut Ibrahim, begitu juga sebaliknya.
Elias yang tinggal di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, tak terlalu ambil pusing dengan perbedaan yang ada dalam kesehariannya. Baik di dunia nyata, maupun di dunia yang ia tinggali saat ini.
nice story
Comment on chapter Dunia yang Berbeda