Elias terbangun dari tidurnya. Tak disangka, dia terbangun di bawah pohon besar yang rindang. Dia menoleh ke samping kanan dan kiri. Ada tiga orang disekitarnya. Mereka pun juga kebingungan seperti Elias.
"Aku dimana?" tanya Elias dalam hati.
Dia pun mencoba menghampiri ketiga orang yang juga baru terbangun.
"Hei, apa kau tahu kita ada dimana?" tanya Elias.
Mereka bertiga tidak menjawab, dan menoleh ke kanan kiri untuk melihat keadaan sekitar. Elias sadar kalau mereka bertiga bukanlah orang Indonesia, karena penampilan mereka lebih mencerminkan orang luar negeri. Karena itu, dia berbicara dengan Bahasa Inggris.
Seorang wanita dengan jas dan kemeja menjawab pertanyaan itu dengan kata 'tidak' dalam Bahasa Inggris. Begitu pula dengan seorang gadis SMA berseragam yang mungkin seumuran dengannya. Lalu, seorang laki-laki berkacamata menghampiri Elias dan berkata, "Sepertinya kita ada di dunia lain. Seperti di game."
Elias pun hanya mengiyakan.
Sang perempuan berjas hitam pun mulai memperkenalkan diri.
"Selagi kita disini, ada baiknya kalau kita saling kenal satu sama lain. Namaku Lim Xat Yuan. Saya orang Singapura. Salam kenal."
Yuan adalah seorang wanita karir. Dia bekerja di salah satu perusahaan besar di Singapura. Dia berumur 25 tahun.
Lalu, pria berkacamata dengan rambut pendek berwarna hitam ikut memperkenalkan diri.
"Aku Ibrahim Al-Rasyeed, warga negara Palestina. Aku masih berumur 17 tahun, jadi mohon bantuannya."
Elias pun memperkenalkan dirinya.
"Aku Elias Ardiyansyah. Aku berumur 18 tahun. Asalku dari Indonesia. Salam kenal."
Mereka bertiga sudah saling memperkenalkan diri. Namun, gadis SMA yang bersama mereka tidak kunjung memperkenalkan dirinya.
"Hei, namamu siapa?" tanya Yuan pada gadis itu.
"A-anu, namaku Azayaka Hotaru. Salam kenal," ucap Hotaru sambil mencoba menatap wajah mereka bertiga.
Elias, Yuan, dan Ibrahim ingin bertanya mengenai asal negara Hotaru. Namun, mereka mengurungkan niatnya setelah Hotaru menyebutkan bahwa dia berasal dari Jepang. Dia juga masih memakai seragam sekolahnya, sehingga mereka tahu kalau Hotaru masih seorang pelajar SMA.
"Baiklah. Sepertinya kita ada di tengah hutan. Mari kita cari pemukiman atau kota untuk kita menetap," ucap Yuan yang mencoba mengarahkan mereka bertiga.
Elias, Hotaru, dan Ibrahim mengikuti Yuan.
Yuan merasa ada yang aneh pada dirinya. Saat dia menatap mereka bertiga, dia dapat membaca pikiran mereka. Sehingga dia dapat membuat keputusan seperti tadi.
Dia pun mencoba memastikannya dan menceritakan pada mereka bertiga. Karena itu, ia pun berhenti sejenak. Lalu, dia membaca pikiran Yuan.
"Kenapa berhenti, kak Yuan?" ucap Elias yang tepat ada dibelakang Yuan.
Yuan pun langsung terperanjat. Dia benar-benar bisa membaca pikiran orang lain. Dia bisa mengetahui apa yang akan dilakukan dan diucapkan orang lain.
"Sudah kuduga. Dengar, di dunia ini kita diberi sebuah kekuatan. Aku baru saja memastikannya," kata Yuan bersemangat.
Elias, Hotaru, dan Ibrahim tidak lantas percaya dengan ucapan Yuan.
"Lalu, apa kekuatan kak Yuan?" tanya Hotaru.
"Kekuatanku membaca pikiran. Kalau kalian tidak percaya, coba kalian pikirkan angka berapapun. Aku pasti bisa menebaknya."
Elias, Hotaru, dan Ibrahim menuruti apa kata Yuan.
"Elias, angka yang kau pikirkan adalah 99. Hotaru, kau malah memikirkan tanggal kelahiranmu sendiri, yaitu 19 Mei. Sedangkan Ibrahim berpikir aku berbohong, karena itu dia tidak memikirkan angka apapun."
Mendengar hal itu, Elias dan yang lainnya pun terkejut. Apa yang mereka pikirkan benar-benar diketahui oleh Yuan. Karena itu, mereka bertiga mencoba menemukan kekuatan yang mereka miliki.
Pertama-tama, Ibrahim mencoba melompat. Namun, tidak ada sesuatu yang terjadi. Dia berpikir kalau dia bisa terbang ataupun lompat dengan sangat tinggi.
Ibrahim pun mencoba berlari, namun sama saja. Tapi saat dia menghadap langit dan menghembuskan nafasnya dengan kuat, api besar keluar dari hembusan nafasnya.
Elias, Yuan, dan Hotaru kagum dengan kekuatan yang dimiliki Ibrahim.
"Api, api, ada api!!" teriak Ibrahim karena saat dia membayangkan api muncul dari telapak tangannya, api itu benar-benar muncul.
"Wah, kekuatanmu hebat sekali," kata Elias sambil bertepuk tangan.
"Tolong, telapak tanganku terbakar!" teriak Ibrahim sangat keras.
Elias, Hotaru, dan Yuan tertawa. Mereka berpikir kalau Ibrahim bercanda. Karena itu, Elias mencoba bertanya sambil tertawa kecil.
"Hei, kau kenapa?"
Ibrahim lalu menghilangkan api yang ada di telapak tangannya, lalu menghampiri mereka bertiga.
"Aku takut dengan api, sungguh."
Elias dan Hotaru terkejut. Mereka berdua masih berpikir kalau Ibrahim bercanda.
"Mana mungkin orang yang takut api, bisa memiliki kekuatan api. Iya kan, Hotaru?" kata Elias.
"I-iya," jawab Hotaru.
Namun, Yuan yang membaca pikiran Ibrahim berkata kalau Ibrahim tidak sedang bercanda.
"Wah, kok bisa ya? Intinya, kau harus hilangkan phobia apimu itu," saran Elias.
"Akan kuusahakan."
Setelah Yuan dan Ibrahim menemukan kekuatannya, Elias menyuruh Hotaru untuk mencoba menemukan kekuatannya.
Hotaru pun mengeluarkan sebuah buku gambar dari tasnya, dan menggambar seekor harimau. Tiba-tiba, dari buku gambar itu bercahaya sehingga Hotaru terkejut lalu melempar buku gambarnya.
Seketika, dari buku gambarnya keluar seekor harimau putih. Tapi, harimau itu justru hendak menerkam Hotaru.
"Awaaas!!" teriak Yuan dan Ibrahim.
Tanpa pikir panjang, Elias menyuruh Ibrahim untuk membakar harimau itu dengan kekuatannya. Ibrahim pun menghembuskan nafasnya dengan kuat sambil menutup mata.
Api yang dikeluarkan Ibrahim sangat besar sehingga membakar harimau itu.
"Fyuuh.. Hampir saja," kata Elias sambil mengusap dahinya.
"Tapi kenapa harimau itu menyerangmu, Hotaru?" tanya Yuan yang masih bingung.
"Entahlah, mungkin karena aku kaget," jawab Hotaru.
Yuan, Ibrahim, dan Hotaru pun berniat untuk melatih kekuatannya. Elias pun mencoba menemukan kekuatannya.
Tak butuh waktu lama bagi Elias untuk menemukan kekuatannya. Saat ia mengepalkan tangannya, lalu ia memukul sebuah batu. Batu itu pun pecah. Dia juga mencoba berlari, dan dia berlari dengan sangat cepat.
"Wah, kekuatanmu keren. Kau bisa meningkatkan kekuatan otot-otot tubuhmu," jelas Yuan.
"Hehehe."
Mengetahui hal itu, Elias pun sangat senang. Karena dalam dunia nyata, Elias adalah seseorang yang lemah dan takut melakukan hal-hal berbahaya.
Setelah mereka mengetahui kekuatan mereka masing-masing, mereka pun berusaha keluar dari hutan. Yuan mencoba mengecek smartphone miliknya. Dan disana terdapat sinyal. Tampaknya, di dunia itu semuanya seperti dunia nyata.
Dari smartphone miliknya, Yuan pun membuka peta online. Namun, peta online yang ada di dunia itu sangat berbeda di dunia nyata. Ditambah lagi, dia tidak akan menemukan Peta Singapura ataupun negara lain di dunia nyata. Hanya ada tiga negara, yaitu Freyland, Clazion, dan Unqienda.
Di peta itu, salah satu kota terdekat bernama Asvon. Yuan pun juga memberitahu bahwa dia akan berperan seperti kakak bagi mereka bertiga.
Elias, Hotaru, dan Ibrahim pun hanya mengiyakan. Lalu, mereka berempat pun berjalan menuju kota Asvon.
nice story
Comment on chapter Dunia yang Berbeda