Setelah beberapa jam mereka berjalan, mereka menemukan sebuah jalan raya dimana banyak kendaraan berlalu lalang. Mereka mencoba mencari angkutan umum.
Mereka berjalan menyusuri jalanan dan akhirnya menemukan sebuah halte. Elias, Hotaru, dan Ibrahim sebenarnya tidak mempunyai uang sepeserpun. Namun, Yuan yang telah bekerja dan mendapat uang membiayai hidup mereka bertiga di dunia ini untuk sementara waktu.
Sambil menunggu bus, dia mencoba mengecek saldo uang elektronik yang ia punya melalui smartphone miliknya. Karena dia seorang wanita karir yang sering lembur, dia selalu membawa ponsel dan bahkan tertidur dengan masih mengenakan jas dan mengantongi smartphone miliknya itu.
"Eh, kenapa mata uangnya berubah?" ucap Yuan yang terkejut setelah melihat saldo di rekeningnya.
"Ada apa, kak Yuan?" tanya Hotaru yang duduk disampingnya.
"Oh, tidak. Hanya saja semua uang di saldo rekeningku, mata uangnya telah terkonversi dari Dollar Singapura menjadi mata uang dunia ini."
Mata uang di Kota Asvon menggunakan satuan Shard. Kota Asvon sendiri adalah bagian dari negara bernama Freyland. Sehingga pada rekening Yuan, dia memilik uang 250 Shard atau setara dengan 2500 Dollar Singapura.
"Bila dihitung-hitung, 10 Dollar Singapura sama dengan 1 Shard. Dan aku hanya memiliki 2500 Dollar Singapura dari gajiku bulan ini. Semoga saja cukup untuk biaya hidup kita berempat," kata Yuan sambil memandangi layar ponselnya.
"2500 Dollar Singapura sama dengan 25 Juta Rupiah. Itu sudah cukup untuk berbulan-bulan bila hidup di Indonesia," ucap Elias yang kagum dengan uang yang dimiliki Yuan.
Setelah beberapa lama, bus yang mereka nanti pun tiba. Bus itu lumayan sepi, karena adanya monorel gantung dan kereta listrik yang terdapat di daerah itu.
"Semoga saja biaya hidup disini lebih murah daripada di Jepang. Nantinya, kita harus mencari pekerjaan disini untuk membantu kak Yuan," ucap Hotaru.
Yuan tersenyum mendengar hal itu. Lalu, Elias dan Ibrahim pun setuju.
Setelah mereka sampai, Yuan membuka lagi ponselnya dan mencoba mencari informasi mengenai harga sewa rumah dan properti yang ada di daerah sekitar mereka.
Yuan pun menemukan suatu situs, dan membukanya. Harga sewa rumah yang ditawarkan dipatok hanya sekitar 35-45 Shard per bulan. Sehingga Yuan memilih yang paling murah, karena masih ada kebutuhan lainnya.
Setelah Yuan selesai mengurus administrasi melalui ponselnya, mereka berempat langsung menuju rumah yang mereka sewa.
Setelah berjalan sekitar 1 kilometer, mereka pun menemukan rumah yang mereka sewa.
"Akhirnya kita bisa beristirahat. Aku lelah sekali," ucap Yuan sambil meregangkan tubuhnya.
"Kak Yuan, terimakasih sudah membantu kami. Kami tidak tahu apa jadinya jika kami tidak bertemu anda," kata Hotaru sambil membungkukkan badannya.
"Tidak masalah."
Yuan membuka pintu, dan berjalan menuju ke dalam.
"Di rumah ini ada dua kamar tidur, dan semuanya ada di lantai dua. Aku dan Hotaru akan tidur di kamar sebelah kanan. Kalian yang kiri saja," jelas Yuan.
"Baik, tapi hari masih sore kalau kami disuruh tidur," ucap Elias.
"Hmm.. Kalau begitu, kalian jaga rumah. Aku dan Hotaru akan membeli sesuatu untuk makan malam, tapi kami berdua mandi dulu," kata Yuan.
Elias dan Ibrahim pun menuruti apa kata Yuan. Lalu, Yuan dan Hotaru pun pergi ke kamar mandi. Selepas mereka selesai mandi, mereka pun pergi ke minimarket terdekat.
"Hotaru, ada yang ingin kuberitahukan padamu," kata Yuan.
"Oh, ada apa kak?"
"Kita akan membeli makanan instan saja, ya. Jujur, aku tidak pandai memasak."
Hotaru agak terkejut mendengar hal itu. Tapi, hal itu bisa ia dimaklumi karena Yuan adalah seorang wanita karir yang bekerja sangat keras.
"Oh, lebih baik jangan. Makanan instan tidak baik untuk kesehatan. Lebih baik kita membeli bahan masakan dan aku akan yang akan memasak," pinta Hotaru.
"Kau bisa memasak? Baiklah. Ajari aku juga, ya!"
"Oh, siap. Omong-omong, apa kakak belum menikah?"
Yuan pun terdiam sejenak. Lalu ia mengakui kalau dia belum menikah di umurnya yang ke-25. Setelah itu, mereka berhenti membahas soal kehidupan nyata mereka.
Sesampainya di minimarket, mereka membeli apa yang mereka butuhkan.
***
Ibrahim dan Elias berbincang mengenai kehidupan nyata mereka berdua. Ibrahim yang tinggal di Palestina yang masih berkonflik dengan Israel, sangat bercita-cita menjadi seorang regu penyelamat yang disebut white helmet.
Namun saat Ibrahim berumur 6 tahun, rumahnya terbakar hebat sehingga ayahnya meninggal. Sejak saat itulah ia takut dengan api.
Sedangkan Elias adalah seorang siswa SMA di Indonesia yang menjadi korban penindasan oleh teman-teman sekelasnya. Dia pernah berupaya menolong seorang gadis yang seumuran dengannya beberapa bulan lalu. Gadis itu disiksa oleh tiga orang siswi SMA yang satu sekolah dengan sang gadis.
Namun saat ia hendak menolongnya, salah satu siswi SMA yang menyiksa gadis itu menghampirinya dan menghajar Elias tanpa ampun. Tidak hanya itu, kedua orang temannya ikut menghajar Elias sehingga dia tak sadarkan diri. Dia pun tak pernah bertemu gadis yang menjadi korban penindasan itu hingga saat ini.
Sejak saat itulah, Elias sangat malu menjadi seseorang yang lemah. Bukan hanya menjadi korban penindasan, dia juga dihajar oleh perempuan saat ia hendak menolong seseorang.
Setelah Elias dan Ibrahim mengobrol cukup lama, Yuan dan Hotaru pun kembali. Yuan dan Hotaru lalu menuju dapur untuk memasak makanan.
Hotaru pun memasak ditemani oleh Yuan. Mereka memasak sop daging sapi. Setelah mereka selesai memasak, mereka pun menghidangkannya di meja makan.
"Wah, kelihatannya enak, daging sapi, ya?" tanya Ibrahim sambil menyendok nasi.
"Iya," jawab Hotaru singkat.
Mereka pun makan bersama. Saat selesai makan, Ibrahim dan Elias mencoba menahan Yuan dan Hotaru untuk tetap di meja makan. Mereka ingin mendengar cerita mengenai kehidupan nyata masing-masing.
Yuan pun menolak hal itu. Tapi, Hotaru secara sukarela menceritakan kehidupannya.
Hotaru adalah seorang anak dari petani di Jepang. Dia hidup di desa, tapi selalu ingin merasakan hidup di kota besar seperti Tokyo.
Pada saat SMP, dia mendapat nilai tertinggi se-prefektur. Karena itu, dia mendapat beasiswa di sebuah SMA khusus wanita di Tokyo.
Kehidupan di kota tak seperti yang ia bayangkan. Dia harus bekerja sangat keras untuk biaya hidupnya, dan belajar keras untuk mempertahankan prestasinya. Sehingga ia tak punya waktu luang.
Walau pada saat kelas 1 dan 2 dia selalu menduduki peringkat ke-3 paralel sekolah, namun dia tak mendapat teman sama sekali. Perbedaan logat bicara dan gaya penampilannya yang biasa saja, membuat ia tak percaya diri.
Dia hanya mempunyai satu orang sahabat, yaitu Tamaka Mizune. Mereka menjadi sahabat karena mereka duduk berdekatan dalam kelas, juga karena mereka mengalami masalah yang sama dalam hal percaya diri.
Setelah mendengar cerita Hotaru, Elias dan Ibrahim berkata bahwa Hotaru itu gadis yang cantik. Yuan pun berkata kalau saja Hotaru masuk ke sekolah umum campuran, mungkin dia sudah ditaksir banyak laki-laki.
Hotaru yang sangat malu karena dipuji Yuan, membuat Hotaru kelepasan berkata bahwa Yuan belum menikah di depan Ibrahim dan Elias. Elias dan Ibrahim yang penasaran mendengar cerita Yuan.
"Aku punya masalahku sendiri. Untuk apa aku bicara pada kalian. Aku sudah dewasa, kalian juga tak perlu tahu kehidupan orang dewasa sepertiku!" bentak Yuan yang kesal setelah kejadian itu.
Yuan pun pergi menuju kamarnya. Hotaru yang merasa bersalah mencoba meminta maaf pada Yuan. Yuan pun masih kesal, namun dia memaafkan Hotaru. Hotaru lalu keluar kamar untuk menasihati Elias dan Ibrahim. Tak lama setelah itu, Yuan pun tertidur.
Elias dan Ibrahim juga merasa bersalah. Padahal mereka sudah dibantu banyak oleh Yuan. Setelah Hotaru menasihati mereka, mereka berdua pun berencana meminta maaf pada esok hari.
Elias dan Ibrahim pun tidur di kamar mereka. Sedangkan Hotaru tidur bersama Yuan di kamarnya.
***
Matahari pun terbit. Hotaru sudah bangun sangat pagi untuk memasak sarapan. Begitu juga dengan Ibrahim dan Elias yang bangun untuk melaksanakan sholat Subuh karena mereka berdua beragama Islam. Setelah itu mereka pun berkumpul di meja makan.
"Anu, kak Yuan. Kami minta maaf soal yang kemarin malam. Kami tidak bermaksud menyinggung perasaanmu," ucap Elias dengan nada pelan.
Begitu juga dengan Ibrahim. Mereka berdua meminta maaf pada Yuan.
"Ah, tidak usah dipikirkan. Baru-baru ini di dunia nyata kehidupanku sedang kacau, jadi aku masih terbawa emosi. Lain kali akan aku ceritakan kehidupanku pada kalian," jawab Yuan.
Mendengar hal itu, Elias dan Ibrahim pun menjadi tenang.
"Ngomong-omong, Ibrahim beragama Islam, kan? Tenang saja, aku bekerja di restoran yang memiliki predikat halal. Jadi makanan ini halal, kok," terang Hotaru.
"Syukurlah," ucap Ibrahim sambil menyantap makanannya.
"Oke, ayo kita mencari pekerjaan bersama-sama!" kata Yuan bersemangat.
"Tidak. Aku akan menjaga rumah saja. Kalian bertiga, semangat!" ucap Hotaru.
Elias, Ibrahim, dan Yuan pun pergi meninggalkan rumah. Tapi sebelum mereka jadi mencari pekerjaan, Yuan melihat ada sebuah sekolah SMA saat mereka berjalan bersama. Karena itu, Yuan kembali ke rumah dan mengajak Hotaru, Elias, dan Ibrahim untuk mendaftar sekolah.
"Tidak usah, kak. Kami akan merepotkan jika kami bersekolah," keluh Hotaru.
"Kalian masih bisa kerja paruh waktu, kan? Sekolah itu penting," terang Yuan.
Lalu, Yuan pun mengurus izin sekolah mereka. Ternyata, izinnya lebih mudah dari yang Yuan pikirkan. Mulai hari itu juga Elias, Hotaru, dan Ibrahim pun bersekolah di sana. Tapi, mereka akan mulai belajar seperti biasa mulai besok.
"Kalian bertiga, semangat sekolahnya. Jangan kecewakan kakak!" ucap Yuan.
"Baik!" jawab Elias, Hotaru, dan Ibrahim.
Lalu untuk mempermudah komunikasi dengan warga kota Asvon, mereka berempat membeli buku kamus bahasa Asvon yang ada di koperasi sekolah itu.
"Kakak tinggal dulu. Kalian lihat-lihat dulu saja sekolahnya," kata Yuan sembari pergi meninggalkan sekolah.
Elias, Hotaru, dan Ibrahim pun berterima kasih. Setelah berkeliling sekolah, mereka pun pulang ke rumah.
nice story
Comment on chapter Dunia yang Berbeda